Upaya Terus Memperkuat Posisi Indonesia di Pasar Udang Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Produk udang dan olahannya asal Jawa Timur berpotensi besar memenuhi kebutuhan pasar global. Berdasarkan data dari International Trade Center (dalam tademap.org), nilai ekspor perikanan dunia pada tahun 2021 mencapai USD164,24 miliar (naik 15,34% yoy). Selama lima tahun terakhir (2017-2021) ekspor perikanan dunia secara rata-rata meningkat 3,23% per tahun.
Baca juga: Lewat Inovasi, Delos Bantu Petambak Udang Tembus Pasar Ekspor
Secara spesifik untuk produk udang dan olahannya pada tahun 2021 mencapai USD48,36 miliar atau meningkat 26,27% yoy pada 2021). Selama lima tahun terakhir (2017-2021) ekspor udang dan olahan dunia secara rata-rata meningkat 4,91 % per tahun.
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor komoditas perikanan dan menempati peringkat 11 dunia, selain itu juga menguasai pangsa pasar ekspor sebesar 3,2% pada 2021 (atau mencapai USD5,26 miliar). Adapun lima negara pengekspor utama komoditas perikanan di dunia adalah Tiongkok, Norwegia, Vietnam, India, dan Kanada.
Kepala Divisi IEB Institute Rini Satriani menjelaskan, khusus untuk produk udang dan olahannya, Indonesia mampu menempati peringkat keenam setelah India India, Ekuador, Tiongkok, Kanada, dan Vietnam. Nilai ekspor udang dan olahannya asal Indonesia pada 2021 mencapai USD2,92 miliar atau berkontribusi 6,03% terhadap total ekspor udang dan olahannya dunia pada 2021.
Jika dibandingkan terhadap total ekspor perikanan Indonesia, maka ekspor udang dan olahannya Indonesia berkontribusi sebesar 55,41%. Nilai ekspor perikanan Indonesia untuk periode Januari-Mei 2022 mencapai USD2,26 miliar atau naik 15,04% YoY dari USD1,96 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan jenis komoditas, ekspor udang Indonesia didominasi oleh lobster, udang kecil (shrimp), udang besar (prawn) dengan negara tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Vietnam, dan Thailand.
Melihat potensi tersebut, Indonesia Eximbank Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) baru-baru ini meresmikan Desa Devisa Kluster Udang di Situbondo, Jawa Timur, yang disaksikan Wakil Bupati Situbondo Hj. Khoirani S.Pd., M.H (15/7). Sebagai lembaga khusus Kementerian Keuangan, LPEI selalu mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berorientasi ekspor melalui berbagai program dan di antaranya adalah Program Desa Devisa.
Direktur Eksekutif LPEI Riyani Tirtoso menjelaskan, LPEI terus bersinergi dengan pemerintah baik pusat dan juga daerah, pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan potensi suatu wilayah. Untuk itu, melalui Program Desa Devisa, LPEI hadir membantu para pelaku usaha untuk ditingkatkan kapasitasnya, baik dari sisi knowledge maupun aspek produksinya.
"Diberikan pelatihan, pendampingan agar mampu membangun produk yang berstandar internasional. Program Desa Devisa ini selain memajukan produk atau komoditas, juga memiliki tujuan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kalau produknya memiliki daya saing tinggi, artinya harga jual juga bagus, maka secara tidak langsung, masyarakatnya akan makmur," ucapnya.
“Desa devisa kluster udang merupakan binaan bersama antara LPEI dengan salah satu debitur kami, Panca Mitra Multiperdana (PMMP). Hasil panen udang dari desa devisa akan dijual kepada PMMP, jadi kualitasnya terjamin. Kami berharap ke depannya akan banyak lagi desa devisa dengan mengangkat skema bisnis seperti ini,” tutup Riyani.
Baca juga: Lewat Inovasi, Delos Bantu Petambak Udang Tembus Pasar Ekspor
Secara spesifik untuk produk udang dan olahannya pada tahun 2021 mencapai USD48,36 miliar atau meningkat 26,27% yoy pada 2021). Selama lima tahun terakhir (2017-2021) ekspor udang dan olahan dunia secara rata-rata meningkat 4,91 % per tahun.
Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor komoditas perikanan dan menempati peringkat 11 dunia, selain itu juga menguasai pangsa pasar ekspor sebesar 3,2% pada 2021 (atau mencapai USD5,26 miliar). Adapun lima negara pengekspor utama komoditas perikanan di dunia adalah Tiongkok, Norwegia, Vietnam, India, dan Kanada.
Kepala Divisi IEB Institute Rini Satriani menjelaskan, khusus untuk produk udang dan olahannya, Indonesia mampu menempati peringkat keenam setelah India India, Ekuador, Tiongkok, Kanada, dan Vietnam. Nilai ekspor udang dan olahannya asal Indonesia pada 2021 mencapai USD2,92 miliar atau berkontribusi 6,03% terhadap total ekspor udang dan olahannya dunia pada 2021.
Jika dibandingkan terhadap total ekspor perikanan Indonesia, maka ekspor udang dan olahannya Indonesia berkontribusi sebesar 55,41%. Nilai ekspor perikanan Indonesia untuk periode Januari-Mei 2022 mencapai USD2,26 miliar atau naik 15,04% YoY dari USD1,96 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Berdasarkan jenis komoditas, ekspor udang Indonesia didominasi oleh lobster, udang kecil (shrimp), udang besar (prawn) dengan negara tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Vietnam, dan Thailand.
Melihat potensi tersebut, Indonesia Eximbank Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) baru-baru ini meresmikan Desa Devisa Kluster Udang di Situbondo, Jawa Timur, yang disaksikan Wakil Bupati Situbondo Hj. Khoirani S.Pd., M.H (15/7). Sebagai lembaga khusus Kementerian Keuangan, LPEI selalu mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berorientasi ekspor melalui berbagai program dan di antaranya adalah Program Desa Devisa.
Direktur Eksekutif LPEI Riyani Tirtoso menjelaskan, LPEI terus bersinergi dengan pemerintah baik pusat dan juga daerah, pemangku kepentingan lainnya dalam mengembangkan potensi suatu wilayah. Untuk itu, melalui Program Desa Devisa, LPEI hadir membantu para pelaku usaha untuk ditingkatkan kapasitasnya, baik dari sisi knowledge maupun aspek produksinya.
"Diberikan pelatihan, pendampingan agar mampu membangun produk yang berstandar internasional. Program Desa Devisa ini selain memajukan produk atau komoditas, juga memiliki tujuan meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Kalau produknya memiliki daya saing tinggi, artinya harga jual juga bagus, maka secara tidak langsung, masyarakatnya akan makmur," ucapnya.
“Desa devisa kluster udang merupakan binaan bersama antara LPEI dengan salah satu debitur kami, Panca Mitra Multiperdana (PMMP). Hasil panen udang dari desa devisa akan dijual kepada PMMP, jadi kualitasnya terjamin. Kami berharap ke depannya akan banyak lagi desa devisa dengan mengangkat skema bisnis seperti ini,” tutup Riyani.
(uka)