Ramalan Resesi AS 2022 Disebut Palsu, Ini Penjelasannya!

Kamis, 21 Juli 2022 - 08:37 WIB
loading...
Ramalan Resesi AS 2022...
Warga Amerika Serikat tengah mengantre makanan. Foto/Telegraph
A A A
JAKARTA - Potensi resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) menjadi topik hangat yang sering dibicarakan mengingat tingginya inflasi AS dalam empat dekade terakhir. Dilansir dari Fortune, kepala ekonom Jefferies (bank investasi Amerika Serikat), Aneta Markowska, mengatakan bahwa ramalan resesi AS tidak akan terjadi dalam laporan riset terbarunya.



Meski pesimisme akan ekonomi AS meluas di kalangan bankir, pengusaha, bahkan konsumen, Markowska menyebutkan bahwa resesi ini hanya berada di ranah imajinasi belaka.

"(Resesinya) tidak nyata. Rumah tangga dan bisnis saat ini masih memiliki banyak uang. Kondisi itu membuat harga dan tingkat permintaan tidak elastis dalam jangka pendek," ujar Markowska, dikutip Kamis (21/7/2022).

Tidak hanya itu, untuk bisa disebut sebagai resesi, indikator pengangguran juga menjadi faktor yang diperhitungkan. Markowska menyebutkan bahwa jutaan lowongan pekerjaan masih tersedia di AS dan tidak akan ada PHK besar-besaran dengan margin yang masih diperoleh perusahaan.

"Saya prediksi bahwa tingkat pengangguran nasional bahkan akan terus menurun, terendah di sekitar 3,2%. Jauh dari masa krisis 'Great Recession' di akhir 2007 hingga 2009 yang mencapai lebih dari 10%. Di Juni 2022, tingkat pengangguran AS tetap stabil di 3,6%," ucap Markowska.

Dia mengatakan, ramalan resesi AS secara luas memang diakibatkan karena PDB yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Hanya saja, Biro Ekonomi Nasional AS menyebutkan bahwa masih ada indikator lain mulai dari pendapatan riil hingga produksi industri.

"Jika dilihat sektor pendapatan rumah tangga dan tingkat pekerjaan, semua masih dalam kondisi yang baik. Ramalan resesi AS 2022 nampaknya 'palsu'," ungkap Markowska.

Hanya saja, meskipun resesi tidak akan terjadi, dia tidak menepis bahwa penurunan ekonomi tidak dapat dihindari.

"Saya memperkirakan PDB AS di 2022 dan 2023 masing-masing di 2,2% dan 0%, dan resesi mungkin akan dimulai di semester kedua tahun depan dan akan berlangsung setidaknya selama lima kuartal. Risiko ekonomi masih condong ke tingkat lebih tinggi," terang Markowska.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1532 seconds (0.1#10.140)