JBIC Jadikan RI Prioritas Utama, Menko Airlangga Tawarkan Investasi Sektor Kesehatan dan Pangan
loading...
A
A
A
Pemerintah Indonesia segera mengambil langkah konkrit untuk melaksanakan transisi energi ke Energi Baru dan Terbarukan (EBT) untuk mencapai Nationally Determined Contributions (NDC) pengurangan emisi karbon 29% pada tahun 2030.
Pemerintah Jepang juga telah melakukan banyak kolaborasi dengan Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Salah satunya melalui skema Joint Crediting Mechanism (JCM).
Skema ini juga sedang dipertimbangkan sebagai bagian dalam kerjasama pendanaan JBIC dengan Indonesia dalam program transisi energi.
Proyek besar yang juga menjadi pembahasan adalah terkait proyek Masela yang akan menjadi semakin strategis terutama pasca perang Ukraina dan Rusia, terutama karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7.
Gas menjadi sangat penting, karena dapat digunakan sebagai bahan baku ammonia, bahan baku pupuk, dan gas bisa digunakan untuk membangun methanol yaitu salah satu blending untuk biofuel.
Nilai investasi proyek ini mencapai USD19,85 Miliar. Namun demikian, proyek ini mempunyai tantangan ke depan yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi dan perubahan industri hulu Migas, sehingga perlu evaluasi dan identifikasi ulang ruang lingkup proyek.
Gubernur JBIC Hayashi menyampaikan, Indonesia negara sangat strategis dan customer JBIC yang terpenting. Oleh karena itu, dirinya mengaku sangat berbahagia bisa bertemu langsung dengan Menko Airlangga dan Menteri Agus.
“Dukungan JBIC di bidang energi dengan mendukung listrik 11,6 GW yang sangat membantu pembangunan ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Selain membahas mengenai energi, pertemuan juga membahas pengembangan sektor otomotif di Indonesia. Di Indonesia, hampir 90% prinsipalnya berasal dari Jepang dan JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.
Pemerintah Jepang juga telah melakukan banyak kolaborasi dengan Indonesia dalam pengurangan emisi karbon. Salah satunya melalui skema Joint Crediting Mechanism (JCM).
Skema ini juga sedang dipertimbangkan sebagai bagian dalam kerjasama pendanaan JBIC dengan Indonesia dalam program transisi energi.
Proyek besar yang juga menjadi pembahasan adalah terkait proyek Masela yang akan menjadi semakin strategis terutama pasca perang Ukraina dan Rusia, terutama karena melonjaknya kebutuhan gas dari negara-negara G7.
Gas menjadi sangat penting, karena dapat digunakan sebagai bahan baku ammonia, bahan baku pupuk, dan gas bisa digunakan untuk membangun methanol yaitu salah satu blending untuk biofuel.
Nilai investasi proyek ini mencapai USD19,85 Miliar. Namun demikian, proyek ini mempunyai tantangan ke depan yaitu adanya percepatan transisi energi, persyaratan dekarbonisasi dan perubahan industri hulu Migas, sehingga perlu evaluasi dan identifikasi ulang ruang lingkup proyek.
Gubernur JBIC Hayashi menyampaikan, Indonesia negara sangat strategis dan customer JBIC yang terpenting. Oleh karena itu, dirinya mengaku sangat berbahagia bisa bertemu langsung dengan Menko Airlangga dan Menteri Agus.
“Dukungan JBIC di bidang energi dengan mendukung listrik 11,6 GW yang sangat membantu pembangunan ekonomi Indonesia,” ucapnya.
Baca Juga
Selain membahas mengenai energi, pertemuan juga membahas pengembangan sektor otomotif di Indonesia. Di Indonesia, hampir 90% prinsipalnya berasal dari Jepang dan JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.