Krisis Gas, Eropa Diyakini Sulit Terhindar dari Resesi

Rabu, 27 Juli 2022 - 14:05 WIB
loading...
A A A
"Perkiraan Juli kami sudah memasukkan kontraksi kuartal kedua yang ringan dalam PDB riil di Inggris, Italia, Spanyol, dan Belanda. Dengan kenaikan inflasi yang mengejutkan, bank sentral meningkatkan kecepatan pengetatan kebijakan moneter. Sementara rebound dalam pariwisata dan layanan konsumen mungkin memberikan sedikit peningkatan di kawasan itu pada kuartal musim panas, kemunduran lain kemungkinan terjadi pada kuartal keempat karena pasokan energi yang tidak dapat diandalkan," ungkap laporan tersebut.



Harga gas alam dan listrik yang sangat tinggi akan merusak daya saing industri di Jerman dan pusat-pusat manufaktur lainnya. S&P memperingatkan perang Rusia-Ukraina yang destruktif kemungkinan akan berlanjut sepanjang 2022, menurunkan kepercayaan konsumen dan bisnis di seluruh Eropa.

Disebutkan pula bahwa pertumbuhan PDB riil zona euro diproyeksikan melambat dari 5,4% pada 2021 menjadi 2,5% pada 2022 dan 1,2% pada 2023, sebelum meningkat menjadi 2,0% pada 2024.

Pemerintah Uni Eropa Selasa (26/7) sepakat untuk menjatah gas alam di musim dingin dalam upaya untuk melindungi diri dari pemangkasan pasokan lebih lanjut oleh Rusia. Namun, apakah penghematan gas itu dapat dicapai masih harus dilihat mengingat hal itu juga memicu perbedaan pendapat di antara anggota UE.

"Tak banyak yang bisa didapat dengan memotong konsumsi. Pada dasarnya, ada permintaan besar untuk gas alam dan terutama gas alam cair di Eropa. Penjatahan, yang terutama akan berdampak pada industri padat energi seperti produsen mobil, perusahaan kimia, dan penambangan cryptocurrency, tidak dapat dikesampingkan," kata Simon Tucker, kepala energi, utilitas, dan sumber daya global di Infosys Consulting.
(fai)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2036 seconds (0.1#10.140)