Krisis Gas, Eropa Diyakini Sulit Terhindar dari Resesi

Rabu, 27 Juli 2022 - 14:05 WIB
loading...
Krisis Gas, Eropa Diyakini Sulit Terhindar dari Resesi
Pemangkasan lanjutan aliran gas dari pipa Nord Stream 1 diperkirakan bakal mendorong Eropa ke jurang resesi. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Kontraksi perekonomian Eropa tampaknya tak terhindarkan setelah pasokan gas alam dari Rusia ke blok tersebut makin menyusut. Industri berat di kawasan dipastikan menghadapi penjatahan yang sulit dalam beberapa bulan mendatang.

Seperti diketahui, raksasa gas Rusia Gazprom mengumumkan bahwa pasokan melalui pipa Nord Stream 1 akan kembali dikurangi untuk pemeliharaan turbin di sepanjang pipa. Pasokan yang sebelumnya tinggal 40% dari kapasitas pipa tersebut dipangkas lagi menjadi hanya 20% dari kapasitasnya.

Eropa yang terpukul akibat pengurangan pasokan gas tersebut bereaksi keras. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut Rusia sengaja mengobarkan "perang gas" dengan Eropa. Sementara Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menuding alasan pemeliharaan pipa yang mengurangi pasokan itu sebagai "lelucon."



Yang pasti, hal itu menempatkan Eropa dalam situasi yang sulit di tengah inflasi yang merajalela, dan terganggunya rantai pasokan akibat perang di Ukraina. Jerman sebagai ekonomi terbesar dan pendorong pertumbuhan tradisional di Eropa memiliki alasan khusus untuk khawatir. Jerman bergantung pada gas Rusia. Hal itu diakui Menteri Habeck yang menegaskan bahwa pemerintah sangat khawatir terhadap kondisi tersebut.

"Kita memiliki situasi yang serius. Sudah waktunya bagi semua orang untuk memahami itu," saat wawancara dengan penyiar ARD, seperti dilansir CNBC, Rabu (27/7/2022).

Dia juga mengatakan bahwa Jerman harus mengurangi konsumsi gasnya. Dia mengatakan dalam skenario pasokan rendah, gas untuk industri akan dikurangi sebelum rumah pribadi atau infrastruktur penting seperti rumah sakit.

"Tentu saja ini menjadi perhatian besar, yang juga saya bagikan, bahwa ini bisa terjadi. Kemudian rantai produksi tertentu di Jerman atau Eropa tidak akan lagi berproduksi. Kami harus menghindari itu dengan semua kekuatan yang kami miliki," katanya.

Dengan beragam sanksi yang diterima Rusia sebagai tanggapan atas perangnya di Ukraina, gas dinilai menjadi salah satu senjata yang dapat digunakannya untuk melawan Eropa. Akibatnya, wilayah yang menerima sekitar 45% dari pasokan tahunannya dari Rusia ini berusaha mati-matian untuk mencari alternatif.

Kecuali jika situasinya berubah secara dramatis, para analis memperkirakan musim dingin yang sulit di masa depan untuk benua itu. "Biaya energi yang tinggi mendorong Eropa Barat menuju resesi," kata S&P Global Market Intelligence dalam sebuah laporan, Minggu.

"Perkiraan Juli kami sudah memasukkan kontraksi kuartal kedua yang ringan dalam PDB riil di Inggris, Italia, Spanyol, dan Belanda. Dengan kenaikan inflasi yang mengejutkan, bank sentral meningkatkan kecepatan pengetatan kebijakan moneter. Sementara rebound dalam pariwisata dan layanan konsumen mungkin memberikan sedikit peningkatan di kawasan itu pada kuartal musim panas, kemunduran lain kemungkinan terjadi pada kuartal keempat karena pasokan energi yang tidak dapat diandalkan," ungkap laporan tersebut.



Harga gas alam dan listrik yang sangat tinggi akan merusak daya saing industri di Jerman dan pusat-pusat manufaktur lainnya. S&P memperingatkan perang Rusia-Ukraina yang destruktif kemungkinan akan berlanjut sepanjang 2022, menurunkan kepercayaan konsumen dan bisnis di seluruh Eropa.

Disebutkan pula bahwa pertumbuhan PDB riil zona euro diproyeksikan melambat dari 5,4% pada 2021 menjadi 2,5% pada 2022 dan 1,2% pada 2023, sebelum meningkat menjadi 2,0% pada 2024.

Pemerintah Uni Eropa Selasa (26/7) sepakat untuk menjatah gas alam di musim dingin dalam upaya untuk melindungi diri dari pemangkasan pasokan lebih lanjut oleh Rusia. Namun, apakah penghematan gas itu dapat dicapai masih harus dilihat mengingat hal itu juga memicu perbedaan pendapat di antara anggota UE.

"Tak banyak yang bisa didapat dengan memotong konsumsi. Pada dasarnya, ada permintaan besar untuk gas alam dan terutama gas alam cair di Eropa. Penjatahan, yang terutama akan berdampak pada industri padat energi seperti produsen mobil, perusahaan kimia, dan penambangan cryptocurrency, tidak dapat dikesampingkan," kata Simon Tucker, kepala energi, utilitas, dan sumber daya global di Infosys Consulting.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1880 seconds (0.1#10.140)