Jadi Pahlawan Digital, Generasi Muda Harus Produktif dan Inovatif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Generasi muda sebagai ‘pahlawan digital’ mengemban tugas yang tidak ringan. Pasalnya, sebagai generasi yang melek digital harus bisa memanfaatkan teknologi digital ini untuk hal-hal produktif dan bermanfaat untuk dirinya maupun masyarakat.
Dalam webinar bertema “Menjadi Netizen Cerdas dan Berakhlak Mulia di Era Digital”, Selasa (26/7), Kabid Humas dan Kerjasama RTIK Jambi Arif Setiadi mengatakan, generasi muda pada era digital punya banyak kesempatan untuk melakukan inovasi, baik pada bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan.
Di era digital ini, kata dia, pemuda berperan sebagai agen perubahan, kontrol sosial, penguat moral, penjaga nilai, dan juga sebagai penerus bangsa.
“Generasi muda sebagai agen perubahan karena pemuda lah yang bisa memberikan fenomena dan pendampingan agar masyarakat sekitar bisa kembali berbudaya, tidak kebablasan,” ujarnya, dikutip Sabtu (30/7/2022).
Terkait digitalisasi, dosen Pelita Raya Institute itu menyebut generasi muda sebagai pahlawan digital. Untuk itu, para pemuda memiliki beberapa tugas untuk selalu belajar dan membiasakan diri dengan teknologi digital untuk berkarya, berinovasi, bekerja, dan juga berbisnis.
Namun, penggunaan dan pemanfaatan teknologi juga harus dilakukan dengan bijak agar tidak menggerus norma dan budaya.
“Budaya hari ini benar-benar tergerus, apalagi terkait pandemi bahwa budaya ngobrol dan berinteraksi sudah tergerus karena anak muda milenial saat ini cenderung berkomunikasi lewat digital. Sopan santun juga menurun. Banyak teknologi saat ini yang bisa menghasilkan uang, tapi perhatikan juga dampak negatifnya agar tidak tumbuh berakar dalam diri kita,” tuturnya dalam webinar yang ditujukan untuk komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.
Wakil Ketua RTIK Aceh Adi Khairi Rahimi menambahkan, individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital.
Salah satu jenis perangkat lunak adalah program aplikasi. Dia pun mengingatkan untuk berhati-hati dalam menginstal aplikasi di perangkat.
“Ini sering salah kaprah. Menginstal aplikasi gratis lalu memberikan semua akses dan izin. Padahal, mungkin saja ada aplikasi yang tanpa sadar diciptakan untuk memata-matai kita. Jadi, jangan sembarang memberikan izin ketika menginstal aplikasi,” tukasnya.
Menurut dia, ada banyak jumlah perangkat keras dan lunak yang memiliki spesifikasi masing-masing. Namun, kegunaannya masih terus dikembangkan. Adi pun mengimbau masyarakat untuk tidak lelah belajar dan memahami perkembangan teknologi agar tidak gagap teknologi alias gaptek.
“Tidak ada yang gaptek kalau kita mau belajar. Semua sumber informasi ada, mari membaca. Kadang kita terjebak, berada di zona nyaman, sering beranggapan bahwa semuanya sudah dipermudah dengan aplikasi, tinggal klik tapi tidak tahu fungsi dan kegunaannya. Kalau memang masih gaptek, ayo belajar, gabung dengan komunitas dan tanyakan ke ahlinya,” saran dia.
Lebih lanjut, Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulsel Syamsu Rizal menyampaikan, selain tol darat dan tol laut, saat ini juga ada tol langit yaitu jaringan infrastruktur digital yang memang tidak kelihatan tapi mampu memberikan berbagai percepatan.
Dia menerangkan, pengembangan ekosistem digital dilakukan melalui pemutakhiran penguasaan teknologi digital, pemutakhiran pemahaman dan penguasaan sikap digital, serta perubahan tingkah laku adaptif digital.
Terkait perilaku di era digital, Syamsu menegaskan bahwa yang terpenting bukan sekadar memahami dan pandai mengoperasikan aspek digital (teknis dan non teknis) melainkan paham cara memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan dan mencapai tujuan.
“Semua orang punya tujuan dalam berinteraksi dengan dunia digital, tapi kadang karena keasyikan kita lupa pada tujuan kita, padahal waktu dan sumber daya kita terbatas. Kebutuhan dan tujuan itu adalah proses seleksi, bagaimana kita menyaring dan memfilter, mana yang mau diserap dan mana yang tidak perlu atau bahkan harus dibuang. Dari situ akan muncul ekosistem digital yang sehat,” paparnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
Dalam webinar bertema “Menjadi Netizen Cerdas dan Berakhlak Mulia di Era Digital”, Selasa (26/7), Kabid Humas dan Kerjasama RTIK Jambi Arif Setiadi mengatakan, generasi muda pada era digital punya banyak kesempatan untuk melakukan inovasi, baik pada bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan.
Di era digital ini, kata dia, pemuda berperan sebagai agen perubahan, kontrol sosial, penguat moral, penjaga nilai, dan juga sebagai penerus bangsa.
“Generasi muda sebagai agen perubahan karena pemuda lah yang bisa memberikan fenomena dan pendampingan agar masyarakat sekitar bisa kembali berbudaya, tidak kebablasan,” ujarnya, dikutip Sabtu (30/7/2022).
Terkait digitalisasi, dosen Pelita Raya Institute itu menyebut generasi muda sebagai pahlawan digital. Untuk itu, para pemuda memiliki beberapa tugas untuk selalu belajar dan membiasakan diri dengan teknologi digital untuk berkarya, berinovasi, bekerja, dan juga berbisnis.
Namun, penggunaan dan pemanfaatan teknologi juga harus dilakukan dengan bijak agar tidak menggerus norma dan budaya.
“Budaya hari ini benar-benar tergerus, apalagi terkait pandemi bahwa budaya ngobrol dan berinteraksi sudah tergerus karena anak muda milenial saat ini cenderung berkomunikasi lewat digital. Sopan santun juga menurun. Banyak teknologi saat ini yang bisa menghasilkan uang, tapi perhatikan juga dampak negatifnya agar tidak tumbuh berakar dalam diri kita,” tuturnya dalam webinar yang ditujukan untuk komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.
Wakil Ketua RTIK Aceh Adi Khairi Rahimi menambahkan, individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak dalam lanskap digital.
Salah satu jenis perangkat lunak adalah program aplikasi. Dia pun mengingatkan untuk berhati-hati dalam menginstal aplikasi di perangkat.
“Ini sering salah kaprah. Menginstal aplikasi gratis lalu memberikan semua akses dan izin. Padahal, mungkin saja ada aplikasi yang tanpa sadar diciptakan untuk memata-matai kita. Jadi, jangan sembarang memberikan izin ketika menginstal aplikasi,” tukasnya.
Menurut dia, ada banyak jumlah perangkat keras dan lunak yang memiliki spesifikasi masing-masing. Namun, kegunaannya masih terus dikembangkan. Adi pun mengimbau masyarakat untuk tidak lelah belajar dan memahami perkembangan teknologi agar tidak gagap teknologi alias gaptek.
“Tidak ada yang gaptek kalau kita mau belajar. Semua sumber informasi ada, mari membaca. Kadang kita terjebak, berada di zona nyaman, sering beranggapan bahwa semuanya sudah dipermudah dengan aplikasi, tinggal klik tapi tidak tahu fungsi dan kegunaannya. Kalau memang masih gaptek, ayo belajar, gabung dengan komunitas dan tanyakan ke ahlinya,” saran dia.
Lebih lanjut, Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Sulsel Syamsu Rizal menyampaikan, selain tol darat dan tol laut, saat ini juga ada tol langit yaitu jaringan infrastruktur digital yang memang tidak kelihatan tapi mampu memberikan berbagai percepatan.
Dia menerangkan, pengembangan ekosistem digital dilakukan melalui pemutakhiran penguasaan teknologi digital, pemutakhiran pemahaman dan penguasaan sikap digital, serta perubahan tingkah laku adaptif digital.
Terkait perilaku di era digital, Syamsu menegaskan bahwa yang terpenting bukan sekadar memahami dan pandai mengoperasikan aspek digital (teknis dan non teknis) melainkan paham cara memanfaatkannya untuk pemenuhan kebutuhan dan mencapai tujuan.
“Semua orang punya tujuan dalam berinteraksi dengan dunia digital, tapi kadang karena keasyikan kita lupa pada tujuan kita, padahal waktu dan sumber daya kita terbatas. Kebutuhan dan tujuan itu adalah proses seleksi, bagaimana kita menyaring dan memfilter, mana yang mau diserap dan mana yang tidak perlu atau bahkan harus dibuang. Dari situ akan muncul ekosistem digital yang sehat,” paparnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
(ind)