Muda Usia Harus Matang Kerja
loading...
A
A
A
"Namun, masuknya generasi muda bukan otomatis menjadi solusi membenahi suatu korporasi besar. Karena itu dibutuhkan anak muda yang punya kapabilitas dan leadership. Tantangan di korporasi sangat besar, seperti Telkom tentu punya struktur dan hierarki. Memang itu karakter korporasi," ujar Yuswohady.
Menurut Yuswohady, kalangan muda memiliki stigma over confidence, akan tetapi lemah dalam kinerja. Hal ini yang seringkali memicu konflik dengan generasi lebih senior.
Akan tetapi dia optimistis sosok anak muda seperti Fajrin yang berkarir di Telkom akan mengalami adaptasi yang lebih lancar. Hal itu disebabkan latar belakang pengalaman co-founder Bukalapak itu dan usianya yang sudah cukup matang.
"Dia memiliki leadership dan jam terbang yang cukup. Setidaknya dia akan mampu memberikan warna anak muda. Mungkin tidak akan menyelesaikan seluruh masalah di Telkom yang sangat besar. Tapi yang penting adalah perubahan kulturnya karena untuk kemampuan teknologi sudah dimiliki Telkom," ujarnya.
Lebih lanjut dia juga mengatakan, permasalahan organisasi juga dialami oleh korporasi besar lainnya seperti Indofood ataupun Astra. Dengan banyaknya jumlah karyawan dan volume bisnis tentu dampaknya adalah struktur birokrasi di korporasi tidak dapat lincah seperti perusahaan level startup. Tantangan lainnya adalah politik kantor yang juga membutuhkan pengalaman dalam menyelesaikannya. (Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 Tembus 10 Juta)
"Itu sebabnya banyak anak muda banyak yang gagal beradaptasi di korporasi atau lembaga pemerintahan. Kematangan dari pengalaman tentu bukan hal yang bisa dimanipulasi dan harus dibuktikan," ujarnya.
Fokus Digitalisasi
Pada sebuah kesempatan siaran langsung melalui kanal Youtube pekan lalu, beberapa komisaris dan direksi dari kalangan milenial yang baru ditunjuk menyampaikan pentingnya digitaliasi dalam proses bisnis di BUMN.
Komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Adrian Zakhary misalnya. Menurutnya, perubahan konsep menuju digitalisasi menjadi keharusan di perusahaan perkebunan yang memiliki area luas di sisi produksi, pasca panen, hingga pemasaran.
“Perusahaan perkebunan itu memang hierarki yang kebanyakan masih sangat tradisional. Teknologi dimanfaatkan namun belum terlalu optimal. Kami punya konsep namanya perkebunan digital yang kita sosialisasikan dan kita kawinkan yang sudah dimiliki holding perkebunan. Ini sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo melalui ketahanan pangan,” ungkapnya.
Menurut Yuswohady, kalangan muda memiliki stigma over confidence, akan tetapi lemah dalam kinerja. Hal ini yang seringkali memicu konflik dengan generasi lebih senior.
Akan tetapi dia optimistis sosok anak muda seperti Fajrin yang berkarir di Telkom akan mengalami adaptasi yang lebih lancar. Hal itu disebabkan latar belakang pengalaman co-founder Bukalapak itu dan usianya yang sudah cukup matang.
"Dia memiliki leadership dan jam terbang yang cukup. Setidaknya dia akan mampu memberikan warna anak muda. Mungkin tidak akan menyelesaikan seluruh masalah di Telkom yang sangat besar. Tapi yang penting adalah perubahan kulturnya karena untuk kemampuan teknologi sudah dimiliki Telkom," ujarnya.
Lebih lanjut dia juga mengatakan, permasalahan organisasi juga dialami oleh korporasi besar lainnya seperti Indofood ataupun Astra. Dengan banyaknya jumlah karyawan dan volume bisnis tentu dampaknya adalah struktur birokrasi di korporasi tidak dapat lincah seperti perusahaan level startup. Tantangan lainnya adalah politik kantor yang juga membutuhkan pengalaman dalam menyelesaikannya. (Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 Tembus 10 Juta)
"Itu sebabnya banyak anak muda banyak yang gagal beradaptasi di korporasi atau lembaga pemerintahan. Kematangan dari pengalaman tentu bukan hal yang bisa dimanipulasi dan harus dibuktikan," ujarnya.
Fokus Digitalisasi
Pada sebuah kesempatan siaran langsung melalui kanal Youtube pekan lalu, beberapa komisaris dan direksi dari kalangan milenial yang baru ditunjuk menyampaikan pentingnya digitaliasi dalam proses bisnis di BUMN.
Komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Adrian Zakhary misalnya. Menurutnya, perubahan konsep menuju digitalisasi menjadi keharusan di perusahaan perkebunan yang memiliki area luas di sisi produksi, pasca panen, hingga pemasaran.
“Perusahaan perkebunan itu memang hierarki yang kebanyakan masih sangat tradisional. Teknologi dimanfaatkan namun belum terlalu optimal. Kami punya konsep namanya perkebunan digital yang kita sosialisasikan dan kita kawinkan yang sudah dimiliki holding perkebunan. Ini sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo melalui ketahanan pangan,” ungkapnya.