Penerimaan Negara Bisa Naik-Turun Sangat Tajam, Pemerintah Bersiap-siap
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menyebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berperan sebagai peredam guncangan atau shock absorber.
Dalam hal ini, menjaga inflasi agar terkendali dengan memastikan harga-harga terutama administered price dan harga energi tidak meningkat secara drastis, juga menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga momentum pemulihan ekonomi.
“Berarti APBN harus memberi alokasi subsidi dan kompensasi yang lebih tinggi. Ada peningkatan belanja perlindungan sosial dan subsidi kepada masyarakat. Supaya masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan rentan bisa terjaga daya belinya. Kita pantau terus dan kita jaga supaya terlaksana dengan baik,” papar Suahasil di Jakarta, dikutip Rabu (3/8/2022).
Sebagai shock absorber, lanjut dia, APBN perlu dijaga keberlangsungan kesehatannya, yaitu melalui konsolidasi dan reformasi fiskal.
“Supaya tahun 2023 APBN bisa memenuhi amanat Undang-Undang 2 Tahun 2020 yaitu dengan defisit di bawah 3%. Ini sedang kami desain,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Suahasil juga memaparkan realisasi APBN di semester I/2022 yang mengalami pertumbuhan pendapatan negara mencapai 48,5% sejalan dengan pertumbuhan belanja negara sebesar 6,3%.
“Tumbuhnya sangat tinggi. Namun, kita harus berjaga-jaga karena seperti dalam 2-3 bulan terakhir, dia bisa turun dengan sangat tajam, bisa naik lagi dengan sangat tajam. Ini membuat perencanaan kita harus sangat hati-hati dalam konteks pajak, kepabeanan cukai, dan juga PNBP kita,” tuturnya.
Meski begitu, pemerintah tengah bersiap-siap menghadapi kondisi ekonomi dunia yang masih mengalami guncangan.
“Kalau suku bunga masih meningkat di Amerika, di belahan dunia Eropa, maka turbulensi ke emerging market masih akan terjadi. Dengan demikian pemerintah bersiap-siap. APBN bersiap-siap,” tandasnya.
Untuk menghadapi itu, diperlukan inovasi dalam mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru pascapandemi. Salah satunya dengan memanfaatkan titik-titik potensi dan opprtunity di masa mendatang dengan mengadopsi teknologi baru, revitalisasi industri, pembangunan EBT ekonomi hijau, dan juga program lainnya.
“Pola hidup new normal, ini adalah potensi kita. Peta perdagangan dan investasi yang baru. Kesadaran atas ekonomi hijau. Ini adalah ruang untuk pertumbuhan masa depan, juga mengenai energi dan ketahanan pangan,” urainya.
Dia menegaskan pemerintah akan terus bersinergi antar badan pengelola fiskal terkait dalam menghadapi berbagai kondisi ekonomi, tantangan dan resiko global di masa mendatang.
“Kami mohon dukungan dari seluruh media dan juga masyarakat untuk terus menjaga protokol kesehatan, tapi terus menjalankan kegiatan ekonomi. Sehingga kondisi ekonomi kita perbaiki, protokol kesehatan kita perkuat, dan kita bisa betul-betul keluar dari pandemi Covid ini dengan Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya.
Dalam hal ini, menjaga inflasi agar terkendali dengan memastikan harga-harga terutama administered price dan harga energi tidak meningkat secara drastis, juga menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga momentum pemulihan ekonomi.
“Berarti APBN harus memberi alokasi subsidi dan kompensasi yang lebih tinggi. Ada peningkatan belanja perlindungan sosial dan subsidi kepada masyarakat. Supaya masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan rentan bisa terjaga daya belinya. Kita pantau terus dan kita jaga supaya terlaksana dengan baik,” papar Suahasil di Jakarta, dikutip Rabu (3/8/2022).
Sebagai shock absorber, lanjut dia, APBN perlu dijaga keberlangsungan kesehatannya, yaitu melalui konsolidasi dan reformasi fiskal.
“Supaya tahun 2023 APBN bisa memenuhi amanat Undang-Undang 2 Tahun 2020 yaitu dengan defisit di bawah 3%. Ini sedang kami desain,” ungkapnya.
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Suahasil juga memaparkan realisasi APBN di semester I/2022 yang mengalami pertumbuhan pendapatan negara mencapai 48,5% sejalan dengan pertumbuhan belanja negara sebesar 6,3%.
“Tumbuhnya sangat tinggi. Namun, kita harus berjaga-jaga karena seperti dalam 2-3 bulan terakhir, dia bisa turun dengan sangat tajam, bisa naik lagi dengan sangat tajam. Ini membuat perencanaan kita harus sangat hati-hati dalam konteks pajak, kepabeanan cukai, dan juga PNBP kita,” tuturnya.
Meski begitu, pemerintah tengah bersiap-siap menghadapi kondisi ekonomi dunia yang masih mengalami guncangan.
“Kalau suku bunga masih meningkat di Amerika, di belahan dunia Eropa, maka turbulensi ke emerging market masih akan terjadi. Dengan demikian pemerintah bersiap-siap. APBN bersiap-siap,” tandasnya.
Untuk menghadapi itu, diperlukan inovasi dalam mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru pascapandemi. Salah satunya dengan memanfaatkan titik-titik potensi dan opprtunity di masa mendatang dengan mengadopsi teknologi baru, revitalisasi industri, pembangunan EBT ekonomi hijau, dan juga program lainnya.
“Pola hidup new normal, ini adalah potensi kita. Peta perdagangan dan investasi yang baru. Kesadaran atas ekonomi hijau. Ini adalah ruang untuk pertumbuhan masa depan, juga mengenai energi dan ketahanan pangan,” urainya.
Dia menegaskan pemerintah akan terus bersinergi antar badan pengelola fiskal terkait dalam menghadapi berbagai kondisi ekonomi, tantangan dan resiko global di masa mendatang.
“Kami mohon dukungan dari seluruh media dan juga masyarakat untuk terus menjaga protokol kesehatan, tapi terus menjalankan kegiatan ekonomi. Sehingga kondisi ekonomi kita perbaiki, protokol kesehatan kita perkuat, dan kita bisa betul-betul keluar dari pandemi Covid ini dengan Indonesia yang lebih baik,” pungkasnya.
(ind)