Ekonomi Indonesia Q2 Tahun 2022 Tumbuh Impresif di Tengah Ketidakpastian dan Krisis Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perekonomian Indonesia tumbuh impresif sebesar 5,44% (YoY) pada triwulan 2 tahun 2022 dan secara triwulanan, ekonomi nasional tumbuh 3,73% (QoQ). Bahkan PDB harga konstan jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi, yakni sebesar Rp2.924 triliun. Capaian ini menandakan tren pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut dan semakin menguat.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers tentang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal II tahun 2022, Jumat (5/8/2022), mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibanding negara lain. Dua engine pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu China dan Amerika Serikat sedang dalam situasi stasioner dan pemerintah berharap hal tersebut dalam jangka panjang tidak berdampak pada ekonomi di ASEAN.
Pengeluaran konsumsi dan ekspor menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Kebijakan pemerintah yang mengizinkan masyarakat untuk melaksanakan mudik pada Hari Raya Idulfitri di bulan Mei lalu telah mendorong konsumsi masyarakat dengan sangat kuat dan menghasilkan perputaran ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Sumbangan pertumbuhan yang siginifikan juga berasal dari kinerja impresif ekspor Indonesia. Selain karena faktor peningkatan harga komoditas, menguatnya kapasitas output di berbagai sektor juga turut mendorong peningkatan ekspor Indonesia.
“Konsumsi rumah tangga pertumbuhannya 5,51% artinya engine pertumbuhan dari segi rumah tangga yang selama Covid-19 berdampak, ini sudah kembali pada kondisi asal,” ujar Menko Airlangga.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah masih tumbuh positif. Ketimpangan ekonomi antar-wilayah juga semakin berkurang. Ekonomi luar Jawa, terutama Maluku dan Papua tumbuh tinggi 13,01%. Bahkan Bali Nusra mulai tumbuh dan mencapai 3,94%.
“Ekonomi di Jawa pulih dan yang menarik tentu Bali Nusra yang biasanya pertumbuhannya rendah, ini sudah naik di 3,4%. Jadi pembukaan di sektor pariwisata, kebijakan dari penanganan Covid-19 yang sudah membuka terhadap turis ini sangat membantu di Bali dan Nusa Tenggara,” jelas Menko Airlangga.
Pertumbuhan ekonomi dari sisi demand tecermin juga dari pertumbuhan dari sisi sektoral. Industri pengolahan sebagai driver terbesar pertumbuhan masih tumbuh positif sebesar 4,01% (yoy). Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi & makan minum tumbuh tinggi masing-masing 21,27% dan 9,76% didorong oleh pelonggaran syarat perjalanan dan momen hari raya Idulfitri. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah masih tumbuh positif dan ketimpangan ekonomi antar wilayah semakin berkurang.
Pertumbuhan diperkirakan masih akan berlanjut tecermin dari kinerja positif berbagai leading indicator ekonomi. Indeks kepercayaan konsumen di angka baik yaitu 128,2 dan penjualan ritel terus tumbuh yaitu 15,42. Sementara itu, prospek permintaan yang terus meningkat menjadi insentif bagi industri untuk meningkatkan produksi, tecermin dari Purchasing Manager Index (PMI) yang terus tercatat mengalami ekspansi di level yang semakin kuat.
Di tengah ketidakpastian global, indikator sektor eksternal Indonesia relatif baik dan terkendali, tecermin dari transaksi berjalan yang masih surplus, neraca perdagangan yang surplus selama 26 bulan berturut-turut, cadangan devisa tetap tinggi per Juli 2022 untuk membiayai 6,2 bulan impor, dan rasio utang masih berada pada level yang aman.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers tentang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia kuartal II tahun 2022, Jumat (5/8/2022), mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibanding negara lain. Dua engine pertumbuhan ekonomi dunia, yaitu China dan Amerika Serikat sedang dalam situasi stasioner dan pemerintah berharap hal tersebut dalam jangka panjang tidak berdampak pada ekonomi di ASEAN.
Pengeluaran konsumsi dan ekspor menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini. Kebijakan pemerintah yang mengizinkan masyarakat untuk melaksanakan mudik pada Hari Raya Idulfitri di bulan Mei lalu telah mendorong konsumsi masyarakat dengan sangat kuat dan menghasilkan perputaran ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Sumbangan pertumbuhan yang siginifikan juga berasal dari kinerja impresif ekspor Indonesia. Selain karena faktor peningkatan harga komoditas, menguatnya kapasitas output di berbagai sektor juga turut mendorong peningkatan ekspor Indonesia.
“Konsumsi rumah tangga pertumbuhannya 5,51% artinya engine pertumbuhan dari segi rumah tangga yang selama Covid-19 berdampak, ini sudah kembali pada kondisi asal,” ujar Menko Airlangga.
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah masih tumbuh positif. Ketimpangan ekonomi antar-wilayah juga semakin berkurang. Ekonomi luar Jawa, terutama Maluku dan Papua tumbuh tinggi 13,01%. Bahkan Bali Nusra mulai tumbuh dan mencapai 3,94%.
“Ekonomi di Jawa pulih dan yang menarik tentu Bali Nusra yang biasanya pertumbuhannya rendah, ini sudah naik di 3,4%. Jadi pembukaan di sektor pariwisata, kebijakan dari penanganan Covid-19 yang sudah membuka terhadap turis ini sangat membantu di Bali dan Nusa Tenggara,” jelas Menko Airlangga.
Pertumbuhan ekonomi dari sisi demand tecermin juga dari pertumbuhan dari sisi sektoral. Industri pengolahan sebagai driver terbesar pertumbuhan masih tumbuh positif sebesar 4,01% (yoy). Selain itu, sektor transportasi dan pergudangan serta akomodasi & makan minum tumbuh tinggi masing-masing 21,27% dan 9,76% didorong oleh pelonggaran syarat perjalanan dan momen hari raya Idulfitri. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah masih tumbuh positif dan ketimpangan ekonomi antar wilayah semakin berkurang.
Pertumbuhan diperkirakan masih akan berlanjut tecermin dari kinerja positif berbagai leading indicator ekonomi. Indeks kepercayaan konsumen di angka baik yaitu 128,2 dan penjualan ritel terus tumbuh yaitu 15,42. Sementara itu, prospek permintaan yang terus meningkat menjadi insentif bagi industri untuk meningkatkan produksi, tecermin dari Purchasing Manager Index (PMI) yang terus tercatat mengalami ekspansi di level yang semakin kuat.
Di tengah ketidakpastian global, indikator sektor eksternal Indonesia relatif baik dan terkendali, tecermin dari transaksi berjalan yang masih surplus, neraca perdagangan yang surplus selama 26 bulan berturut-turut, cadangan devisa tetap tinggi per Juli 2022 untuk membiayai 6,2 bulan impor, dan rasio utang masih berada pada level yang aman.