Pemahaman dan Kecakapan Digital jadi Bekal UMKM Perluas Pasar

Rabu, 10 Agustus 2022 - 22:12 WIB
loading...
A A A
Dia menjelaskan, orientasi manusia untuk berperilaku konsumtif dipengaruhi empat hal, yakni untuk bertahan, memenuhi kebutuhan hidup, memuaskan hasrat atau keinginan, serta sebagai gaya hidup.

Sekarang ini, budaya konsumtif semakin terdorong seiring dengan perkembangan teknologi digital. Tanpa perlu keluar rumah, warganet bisa memanfaatkan internet untuk berbelanja, yakni dengan kehadiran toko online, fasilitas ojek online, penawaran penjualan paket wisata, serta aplikasi keuangan.

Untuk menanggulangi perilaku konsumtif, kata Shalahuddin, warganet harus dapat mengelola pandangan hidupnya karena semua agama tidak menyuruh umatnya untuk hidup berlebih-lebihan.

“Kita bisa mencontoh perilaku kreatif dan produktif para tokoh di dunia digital, misalnya menjadi content creator, copywriter, atau public speaker. Sehingga, ruang media sosial tidak hanya dijadikan sebagai aktivitas konsumsi saja, namun beralih pada kegiatan yang produktif,” ucapnya.

“Dunia digital itu mampu memasilitasi kita untuk berekspresi, marilah menata ekspresi tersebut untuk menata jalinan relasi dan tatanan sosial baru sekaligus tidak lagi terjebak dengan kontestasi narasi simbol,” imbuh dia.



Sedangkan, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Dimas Prakoso Nugroho mengatakan, para pelaku usaha digital juga harus membekali diri akan pemahaman digital, mengingat ancaman penipuan di dunia maya terus berkembangan seiring kemajuan teknologi internet.

Adapun modus penipuan yang umum terjadi di antaranya, phising atau upaya untuk mencuri data pribadi seseorang, pharming handphone yang berupa arahan kepada korban untuk mengunjungi situs palsu, sniffing atau peretasan untuk mengambil informasi warganet, money mule atau permintaan untuk dikirimkan uang dan kemudian melanjutkan pengiriman kepada orang lain, serta penipuan yang meminta kode one time password.

Selain itu, warganet juga perlu mewaspadai adanya ancaman penjual atau toko online palsu, lowongan kerja palsu, serta penipuan dengan modus percintaan.

“Serangan phising caranya cukup banyak, salah satunya melalui email calon korban. Pelaku mengirimkan email yang seolah-olah asli dari suatu lembaga. Namun, tujuan pelaku untuk menghimpun data korban, menjual informasi data, hingga yang paling parah dengan mencuri dana milik korban baik yang tersimpan di account virtual,” ujar anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) itu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1352 seconds (0.1#10.140)