Pemahaman dan Kecakapan Digital jadi Bekal UMKM Perluas Pasar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Era digital memberikan panggung maha besar dan kesempatan maha luas bagi siapapun untuk merintis dan mengembangkan bisnis. Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pun harus siap menghadapi persaingan usaha di era digital.
Sejumlah platform seperti lokapasar atau marketplace dan media sosial (medsos) dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran sehingga bisa menjangkau konsumen yang lebih luas.
Kurangnya pemahaman akan perangkat digital janganlah menjadi suatu alasan untuk berkreasi dan inovasi, sebab banyak tutorial di medsos dan website serta jaringan kewirausahaan yang dapat dimanfaatkan sebagai rujukan warganet untuk memulai produksi ataupun melebarkan sayap usahanya.
Dalam webinar bertema “UMKM, Yuk Pahami Digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Rabu (3/8), Relawan TIK Muhammad Muhyi Setiawan mengatakan, warganet dapat dikatakan telah cakap bermedia digital di sektor ekonomi dan UMKM apabila dapat memahami penggunaan dompet digital atau e-wallet, lokapasar atau marketplace, serta cara-cara bertransaksi secara aman.
Sedangkan hal-hal lain yang perlu dipersiapkan agar pengusaha kecil bisa berpartisipasi aktif di lokapasar di antaranya kemampuan menggunakan gawai, story telling, fotografi dasar, pengelolaan bisnis dasar, pemasaran digital, dan pemahaman akan fitur-fiturnya.
UMKM dapat memanfaatkan mesin pencarian dan aplikasi media sosial untuk belajar dan mencari hal-hal yang dibutuhkan demi bisa membekali dirinya agar cakap bermedia digital.
“Inovasi tidak hanya dilakukan oleh Gojek ataupun Grab, tapi UMKM juga harus berinovasi,” tandas Pemilik Gerbong Kopi itu, dikutip Rabu (10/8/2022).
Untuk bisa berinovasi, sambung dia, pelaku usaha harus dapat memanfaatkan media sosial yang ada. “Misalnya kebutuhan untuk belajar dan memahami sesuatu kita tidak lagi dibatasi dengan jarak dan letak geografis, tapi dengan adanya Youtube kita bisa belajar apapun di sana,” ujarnya dalam webinar yang khususnya ditujukan bagi komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya itu.
Sementara itu, dosen yang juga aktif sebagai Relawan TIK dan Pandu Digital Indonesia Shalahuddin menekankan pentingnya mengubah perilaku konsumtif menjadi lebih produktif di dunia maya.
Dia menjelaskan, orientasi manusia untuk berperilaku konsumtif dipengaruhi empat hal, yakni untuk bertahan, memenuhi kebutuhan hidup, memuaskan hasrat atau keinginan, serta sebagai gaya hidup.
Sekarang ini, budaya konsumtif semakin terdorong seiring dengan perkembangan teknologi digital. Tanpa perlu keluar rumah, warganet bisa memanfaatkan internet untuk berbelanja, yakni dengan kehadiran toko online, fasilitas ojek online, penawaran penjualan paket wisata, serta aplikasi keuangan.
Untuk menanggulangi perilaku konsumtif, kata Shalahuddin, warganet harus dapat mengelola pandangan hidupnya karena semua agama tidak menyuruh umatnya untuk hidup berlebih-lebihan.
“Kita bisa mencontoh perilaku kreatif dan produktif para tokoh di dunia digital, misalnya menjadi content creator, copywriter, atau public speaker. Sehingga, ruang media sosial tidak hanya dijadikan sebagai aktivitas konsumsi saja, namun beralih pada kegiatan yang produktif,” ucapnya.
“Dunia digital itu mampu memasilitasi kita untuk berekspresi, marilah menata ekspresi tersebut untuk menata jalinan relasi dan tatanan sosial baru sekaligus tidak lagi terjebak dengan kontestasi narasi simbol,” imbuh dia.
Sedangkan, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Dimas Prakoso Nugroho mengatakan, para pelaku usaha digital juga harus membekali diri akan pemahaman digital, mengingat ancaman penipuan di dunia maya terus berkembangan seiring kemajuan teknologi internet.
Adapun modus penipuan yang umum terjadi di antaranya, phising atau upaya untuk mencuri data pribadi seseorang, pharming handphone yang berupa arahan kepada korban untuk mengunjungi situs palsu, sniffing atau peretasan untuk mengambil informasi warganet, money mule atau permintaan untuk dikirimkan uang dan kemudian melanjutkan pengiriman kepada orang lain, serta penipuan yang meminta kode one time password.
Selain itu, warganet juga perlu mewaspadai adanya ancaman penjual atau toko online palsu, lowongan kerja palsu, serta penipuan dengan modus percintaan.
“Serangan phising caranya cukup banyak, salah satunya melalui email calon korban. Pelaku mengirimkan email yang seolah-olah asli dari suatu lembaga. Namun, tujuan pelaku untuk menghimpun data korban, menjual informasi data, hingga yang paling parah dengan mencuri dana milik korban baik yang tersimpan di account virtual,” ujar anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) itu.
Sejumlah platform seperti lokapasar atau marketplace dan media sosial (medsos) dapat dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran sehingga bisa menjangkau konsumen yang lebih luas.
Kurangnya pemahaman akan perangkat digital janganlah menjadi suatu alasan untuk berkreasi dan inovasi, sebab banyak tutorial di medsos dan website serta jaringan kewirausahaan yang dapat dimanfaatkan sebagai rujukan warganet untuk memulai produksi ataupun melebarkan sayap usahanya.
Dalam webinar bertema “UMKM, Yuk Pahami Digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, Rabu (3/8), Relawan TIK Muhammad Muhyi Setiawan mengatakan, warganet dapat dikatakan telah cakap bermedia digital di sektor ekonomi dan UMKM apabila dapat memahami penggunaan dompet digital atau e-wallet, lokapasar atau marketplace, serta cara-cara bertransaksi secara aman.
Sedangkan hal-hal lain yang perlu dipersiapkan agar pengusaha kecil bisa berpartisipasi aktif di lokapasar di antaranya kemampuan menggunakan gawai, story telling, fotografi dasar, pengelolaan bisnis dasar, pemasaran digital, dan pemahaman akan fitur-fiturnya.
UMKM dapat memanfaatkan mesin pencarian dan aplikasi media sosial untuk belajar dan mencari hal-hal yang dibutuhkan demi bisa membekali dirinya agar cakap bermedia digital.
“Inovasi tidak hanya dilakukan oleh Gojek ataupun Grab, tapi UMKM juga harus berinovasi,” tandas Pemilik Gerbong Kopi itu, dikutip Rabu (10/8/2022).
Untuk bisa berinovasi, sambung dia, pelaku usaha harus dapat memanfaatkan media sosial yang ada. “Misalnya kebutuhan untuk belajar dan memahami sesuatu kita tidak lagi dibatasi dengan jarak dan letak geografis, tapi dengan adanya Youtube kita bisa belajar apapun di sana,” ujarnya dalam webinar yang khususnya ditujukan bagi komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya itu.
Sementara itu, dosen yang juga aktif sebagai Relawan TIK dan Pandu Digital Indonesia Shalahuddin menekankan pentingnya mengubah perilaku konsumtif menjadi lebih produktif di dunia maya.
Dia menjelaskan, orientasi manusia untuk berperilaku konsumtif dipengaruhi empat hal, yakni untuk bertahan, memenuhi kebutuhan hidup, memuaskan hasrat atau keinginan, serta sebagai gaya hidup.
Sekarang ini, budaya konsumtif semakin terdorong seiring dengan perkembangan teknologi digital. Tanpa perlu keluar rumah, warganet bisa memanfaatkan internet untuk berbelanja, yakni dengan kehadiran toko online, fasilitas ojek online, penawaran penjualan paket wisata, serta aplikasi keuangan.
Untuk menanggulangi perilaku konsumtif, kata Shalahuddin, warganet harus dapat mengelola pandangan hidupnya karena semua agama tidak menyuruh umatnya untuk hidup berlebih-lebihan.
“Kita bisa mencontoh perilaku kreatif dan produktif para tokoh di dunia digital, misalnya menjadi content creator, copywriter, atau public speaker. Sehingga, ruang media sosial tidak hanya dijadikan sebagai aktivitas konsumsi saja, namun beralih pada kegiatan yang produktif,” ucapnya.
“Dunia digital itu mampu memasilitasi kita untuk berekspresi, marilah menata ekspresi tersebut untuk menata jalinan relasi dan tatanan sosial baru sekaligus tidak lagi terjebak dengan kontestasi narasi simbol,” imbuh dia.
Sedangkan, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Dimas Prakoso Nugroho mengatakan, para pelaku usaha digital juga harus membekali diri akan pemahaman digital, mengingat ancaman penipuan di dunia maya terus berkembangan seiring kemajuan teknologi internet.
Adapun modus penipuan yang umum terjadi di antaranya, phising atau upaya untuk mencuri data pribadi seseorang, pharming handphone yang berupa arahan kepada korban untuk mengunjungi situs palsu, sniffing atau peretasan untuk mengambil informasi warganet, money mule atau permintaan untuk dikirimkan uang dan kemudian melanjutkan pengiriman kepada orang lain, serta penipuan yang meminta kode one time password.
Selain itu, warganet juga perlu mewaspadai adanya ancaman penjual atau toko online palsu, lowongan kerja palsu, serta penipuan dengan modus percintaan.
“Serangan phising caranya cukup banyak, salah satunya melalui email calon korban. Pelaku mengirimkan email yang seolah-olah asli dari suatu lembaga. Namun, tujuan pelaku untuk menghimpun data korban, menjual informasi data, hingga yang paling parah dengan mencuri dana milik korban baik yang tersimpan di account virtual,” ujar anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) itu.
(ind)