Dukung Transisi Energi, Begini Strategi Dirut Pertamina

Kamis, 01 September 2022 - 19:00 WIB
loading...
Dukung Transisi Energi,...
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Transisi energi jadi salah satu agenda yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun terus menggaungkan perihal transisi energi tersebut guna meraih target penurunan emisi karbon 29 persen pada 2030 mendatang.

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi, PT Pertamina (Persero) pun diharapkan bisa memberikan kontribusinya terhadap target transisi energi tersebut.



Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan komitmen untuk mendukung pemerintah dalam transisi energi sekalipun dalam bisnisnya, Pertamina masih didominasi oleh energi fosil. Ia mengatakan bahwa pertamina kerap dihadapkan dengan pertanyaan untuk memilih dekarbonisasi atau mulai masuk ke energi baru dan terbarukan (EBT).

"Saya selalu mengatakan, tidak akan memiliki kata atau. Yang dipilih harus dan karena ini tidak bisa hanya satu sektor saja leading, harus semua. Yang namanya net zero emmision, namanya net artinya penghasil karbon emisinya tetap ada dan tidak apa-apa, tapi ada program untuk menurunkan emisi tersebut. Ada juga kemudian program-program yang sifatnya netral, tidak menghasilkan emisi," tutur Nicke, seperti dikutip dari video yang diterima MNC Portal Indonesia, Kamis (1/9/2022).

Nicke menuturkan bahwa Pertamina bakal meningkatkat produksi renewable energy atau energi terbarukan. Adapun saat ini produksi energi terbarukan Pertamina masih di bawah tiga persen.

"Kita akan tingkatkan menjadi 17 persen di tahun 2030. Inilah kontribusi Pertamina untuk men-support target bauran energi nasional dari new and renewable energy," tutur Nicke.

Untuk itu, Nicke menjelaskan Pertamina telah mengalokasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) lebih besar guna bisa meningkatkan produksi energi terbarukan.

"Dari capex allocation kita, ini kita alokasikan untuk pengembangan new and renewable energy adalah sekitar 14 persen, lebih tinggi dari rata-rata perusahaan global. Perusahaan global itu memberikan alokasinya 9 persen," kata dia.

Secara nominal, Pertamina mengalokasikan capex hingga 14 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp208,35 triliun untuk pengembangan energi terbarukan dari 2022 hingga 2026.

Pada rencana bauran energi atau energy mix di dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), disebutkan bahwa Indonesia menargetkan kontribusi energi terbarukan sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050.



Berangkat dari hal tersebut, Nicke mengatakan kontribusi sisanya dipenuhi dari energi fosil berupa fuel dan gas. Pertamina pun bakal menjalankan strategi bersamaan antara produksi energi terbarukan dan energi fosil.

"Jadi, Pertamina tetap harus mem-provide ini karena memang bauran energi nasional masih ada di dalamnya fossil energy, tapi karena ada target net zero emmision di 2060 maka kita harus lakukan program dekarbonisasi untuk bisa menurunkan emisi karbon yang dihasilkan dari 69 persen energy mix yang non renewable energy," beber Nicke.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1782 seconds (0.1#10.140)