Pacu Kreativitas Gen Z, IOH Gandeng CGV Gelar Kompetisi Film Pendek

Selasa, 06 September 2022 - 17:15 WIB
loading...
Pacu Kreativitas Gen Z, IOH Gandeng CGV Gelar Kompetisi Film Pendek
(kiri-kanan): Director & Chief Regulatory Officer IOH Muhammad Buldansyah, Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis dan Kebudayaan Kemenparekraf Fadjar Hutomo, Direktur CGV Haryani Suwirman dalam peluncuran program SOS Save Our Socmed di Jakarta, Senin
A A A
JAKARTA - Fenomena flexing kian marak seiring kian masifnya penggunaan internet dan media sosial (medsos) . Banyak anak-anak Gen-Z yang senang pamer kekayaan dan menyombongkan diri di medsos yang memberi dampak negatif.

Pasalnya, flexing menyebabkan rasa fear of missing out atau FOMO, kurang percaya diri, merusak mental pribadi, dan mempengaruhi produktivitas.

Padahal, negara ini sangat membutuhkan generasi muda yang kreatif, produktif dan positif untuk membawa Indonesia lebih maju ke depannya.

Guna meredam dan mengurangi dampak negatif internet dan medsos, program literasi digital terus digaungkan baik oleh pemerintah maupun kalangan swasta.

Salah satunya oleh Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) yang berkolaborasi dengan CGV dalam menggelar program literasi digital Save Our Socmed (SOS) melalui kompetisi film pendek.

Program ini ditujukan untuk pelajar, mahasiswa, dan umum dengan total hadiah Rp100 juta. SOS juga disertai dengan pelatihan pembuatan film gratis di bioskop-bioskop CGV di 10 kota Indonesia bagi para pendaftar. Adapun tema yang diangkat adalah “Waspada Flex Culture, Stay Humble!”.

Director & Chief Regulatory Officer IOH Muhammad Buldansyah dalam peluncuran program SOS “Save Our Socmed” di Jakarta, Senin (5/9), mengatakan, peran teknologi sangat penting apalagi IOH sudah menjangkau hampir seluruh Indonesia dan hingga pelosok desa.

“Kalau ruang digital diisi dengan konten-konten yang tidak baik, tentu akan berakibat negatif secara sosial. Ini yang membuat kami concern dan ingin teknologi digital yang kami persembahkan bisa berdampak positif,” ujarnya, dikutip Selasa (6/9/2022).



Menurut dia, kompetisi film yang merupakan bagian dari kegiatan CSR IOH pilar pendidikan digital tersebut sejalan dengan misi perusahaan untuk menghadirkan pengalaman digital kelas dunia, menghubungkan, dan memberdayakan masyarakat Indonesia.

“Lewat program ini, kami ingin memberikan keterampilan digital dan mengajak anak muda untuk memanfaatkan media sosial sebagai sarana meningkatkan kreativitas dengan membuat konten positif. Sehingga, anak muda yang jadi pengguna terbesar internet bisa memamerkan kreativitas mereka alih-alih terbawa flex culture,” tuturnya. “Mari ekspresikan kreativitas dan kepedulian kita melalui platform digital,” ajak dia.

Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dari total 210 juta pengguna internet Indonesia periode 2021–2022, sebanyak 99,16% pengguna ada di kelompok usia 13-18 tahun.

Meski pengguna internet di kalangan anak muda sangat besar, data Digital Civility Index (DCI) Microsoft menunjukkan terdapat peningkatan konten dan perilaku negatif di media sosial.

Berdasarkan survei tersebut, 30% responden menyebut kesopanan di sosial media memburuk selama pandemi, tolong-menolong berkurang 11%, sikap tidak saling mendukung berkurang 8%, rasa kebersamaan juga menurun 11%.

Dampaknya, flex culture menjadi kontributor yang menyebabkan lebih dari 19 juta anak-anak Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami depresi (Riskesdas, 2018).



Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Manajemen Krisis, Kebudayaan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Fadjar Hutomo mengatakan, ekonomi kreatif sifatnya inklusif dan ekonomi digital saat ini sangat berbasis konten. Untuk itu, pihaknya bertugas meyakinkan bahwa konten-konten yang akan ditayangkan itu bersifat positif.

“Kami berharap lewat pelatihan dan kompetisi film pendek SOS ini bisa menjadi media pembelajaran bagi anak muda Indonesia untuk memamerkan kreativitas. Sehingga, media sosial bisa menjadi wadah untuk membuat konten positif,” tukasnya. “Kalau bisa konten-konten tersebut tidak hanya jadi tontonan tapi juga tuntunan,” tandas Fajar.

Dia menambahkan, nilai ekonomi yang tercipta dalam ekosistem ekonomi kreatif digital seperti halnya film ini sifatnya multiplier dan sangat besar. Untuk itu, pemerintah berkomitmen membuat ekosistem ini lebih baik lagi.

Sementara itu, Direktur CGV Haryani Suwirman menyatakan CGV sangat mendukung kegiatan yang mengeksplorasi kreativitas anak muda sekarang.

“Kami berharap lewat ajang ini bisa mengangkat bakat-bakat terpendam untuk memajukan dunia perfilman Indonesia. Kami percaya anak muda Indonesia punya banyak ide-ide luar biasa,” tukasnya.

Produser Maxima Pictures Ody Mulya Hidayat menambahkan, melalui program literasi digital ini pihaknya berharap bisa menggali potensi anak muda Indonesia yang luar biasa.

“Saya yakin mereka bisa menjadi penggerak industri perfilman di Indonesia ke depan. Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan seperti ini, di samping itu program ini juga memiliki nilai edukasi yang bermanfaat bagi masyarakat,” ucapnya.



Ajang kompetisi ini juga bisa menjadi peluang, apalagi menurut Ody dari sisi film di Indonesia masih kurang konten.

“Kita berharap para filmmaker di daerah membuat konten yang menarik dan lebih komersial. Walaupun mungkin cuma 10 menit kalau bisa viral itu bisa mahal harganya,” tukasnya.

Sebagai informasi, para peserta program SOS akan menerima pelatihan pembuatan film pendek dan edukasi mengenai dampak negatif flex culture.

Hasil karya mereka lantas dilombakan dan seluruh peserta akan diajak untuk bersama-sama menyaksikan karya-karya yang terpilih.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1894 seconds (0.1#10.140)