Utang Pendanaan BUMN Capai Rp1.580 Triliun, Erick Thohir: Kondisinya Sehat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Total utang pendanaan konsolidasi BUMN pada 2021 mencapai Rp1.580 triliun. Jumlah itu setara 36% dari investasi tertanam atau modal ekuitas plus utang pendanaan BUMN senilai Rp4.358 triliun.
Nilai utang pendanaan perusahaan pelat merah ini dikonfirmasi langsung Menteri BUMN Erick Thohir. Menurutnya, nilai konsolidasi utang pendanaan menggambarkan bahwa perseroan negara dalam kondisi sehat.
"Jadi kondisinya sehat. Kita memang memfokuskan utang pendanaan investasi karena kita ingin memastikan bahwa utang-utang ini punya return atau pengembalian yang baik," ungkap Erick, Jumat (9/9/2022).
Selain itu, utang pendanaan terhadap EBITDA ini menurun dari rasio 4,26 ke 3,37. Untuk total aset tumbuh dari Rp8.312 triliun pada 2020 menjadi Rp8.978 triliun pada 2021 atau naik 8%.
Lalu pendapatan usaha, dari Rp1.930 triliun naik 19% menjadi Rp2.292 triliun. Erick menilai pertumbuhan tersebut sama dengan pencatatan kinerja keuangan BUMN sama dengan situasi sebelum Covid-19.
Untuk laba bersih BUMN secara konsolidasi juga meningkat signifikan dari Rp13 triliun pada 2020 menjadi Rp125 triliun pada 2021. Dengan efisiensi dan perbaikan bisnis model, Erick berharap laba bersih pada 2022 akan mencapai Rp144 triliun.
Sementara realisasi dividen pada tahun anggaran 2022 sudah mencapai Rp39,7 triliun atau lebih besar daripada target awal yang sebesar Rp36,4 triliun. Erick menargetkan setoran dividen BUMN terus meningkat menjadi Rp43,3 triliun pada 2023.
Nilai utang pendanaan perusahaan pelat merah ini dikonfirmasi langsung Menteri BUMN Erick Thohir. Menurutnya, nilai konsolidasi utang pendanaan menggambarkan bahwa perseroan negara dalam kondisi sehat.
"Jadi kondisinya sehat. Kita memang memfokuskan utang pendanaan investasi karena kita ingin memastikan bahwa utang-utang ini punya return atau pengembalian yang baik," ungkap Erick, Jumat (9/9/2022).
Selain itu, utang pendanaan terhadap EBITDA ini menurun dari rasio 4,26 ke 3,37. Untuk total aset tumbuh dari Rp8.312 triliun pada 2020 menjadi Rp8.978 triliun pada 2021 atau naik 8%.
Lalu pendapatan usaha, dari Rp1.930 triliun naik 19% menjadi Rp2.292 triliun. Erick menilai pertumbuhan tersebut sama dengan pencatatan kinerja keuangan BUMN sama dengan situasi sebelum Covid-19.
Untuk laba bersih BUMN secara konsolidasi juga meningkat signifikan dari Rp13 triliun pada 2020 menjadi Rp125 triliun pada 2021. Dengan efisiensi dan perbaikan bisnis model, Erick berharap laba bersih pada 2022 akan mencapai Rp144 triliun.
Sementara realisasi dividen pada tahun anggaran 2022 sudah mencapai Rp39,7 triliun atau lebih besar daripada target awal yang sebesar Rp36,4 triliun. Erick menargetkan setoran dividen BUMN terus meningkat menjadi Rp43,3 triliun pada 2023.
(uka)