Sambut Tren Bisnis Wisata dan Kuliner Usai Pandemi, Kampus Pacu Kewirausahaan

Kamis, 02 Juli 2020 - 15:05 WIB
loading...
Sambut Tren Bisnis Wisata...
Universitas Prasetiya Mulya turut mendorong semangat kewirausahaan mahasiswa terutama di bidang pangan dan hospitality. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Dibalik pandemi Covid-19 yang melemahkan perekonomian, selalu ada peluang dan pembelajaran yang bisa dipetik. Salah satunya kewirausahaan pangan atau kuliner yang menjamur selama pandemi.

Semangat kewirausahaan ini tentu diharapkan berkelanjutan karena sejatinya ada banyak peluang yang bisa digali seiring perubahan tren dan perilaku konsumen usai pandemi. Misalnya, peningkatan kesadaran masyarakat akan pola makan dengan gizi optimal, serta layanan pesan-antar yang kini menjadi arus utama industri kuliner.

Kampus sebagai tempat pembelajaran juga turut menggelorakan semangat kewirausahaan ini agar para mahasiswa siap berkreasi dan mencoba merintis bisnis di era kenormalan baru ini.

"Untuk itu perlu pemikiran strategis dan solusi pemecahan masalah yang kompleks dalam proses bisnisnya, baik dalam hal mencari peluang, inovasi produk, teknologi yang digunakan, cara mengkomunikasikan dengan target market, yang akhirnya perusahaan tetap berjalan sehat," kata Wakil Rektor I Bidang Pembelajaran Universitas Prasetiya Mulya Agus W. Soehadi dalam keterangan yang diterima SINDOnews, Rabu (1/7/2020).

Menanggapi tren industri makanan ke depan, manajemen Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) lewat program S1 Food Business Technology menciptakan produk pangan baru yang sehat dan menggunakan teknologi terkini, namun tetap sesuai dengan selera masyarakat. "Dalam pencapaian menciptakan produk inovasi baru dalam pangan setiap mahasiswa ditanamkan rasa empati dan kreativitas," ungkapnya.

Agus menjelaskan, di tahap pengenalan mahasiswa menjalani sesi pengembangan kreativitas untuk ideation terkait peningkatan nilai tambah produk pangan. Selanjutnya, peserta didik juga diajarkan untuk memahami perilaku konsumen dan membuat respon berdasarkan riset pasar. (Baca juga : Sentra Susu Cipageran, Bukti Sukses Wirausaha Muda )

Pembelajaran langsung juga didapat melalui tatap muka dengan dosen tamu dari Nutrifood, Cimory, Sierad Produce, Ajinomoto, dan industri lainnya. Kegiatan guest lecture juga menjadi bagian dari factory visit, misalnya ke PT Yakult Indonesia Persada dan PT Krakatau Tirta Industri. Mahasiswa juga diberi pembekalan mengenai regulasi pangan terkini dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Sementara itu, selain pangan dan kuliner, pariwisata juga menjadi program unggulan lainnya. Meskipun saat ini sektor pariwisata masih bangkit dan tertatih imbas pandemi, ada secercah harapan untuk mengembangkan potensi daerah wisata melalui makanan dan minuman lokal.

"Rasa kangen atas makanan dan minuman lokal menjadi kesempatan bagi pelaku industri pariwisata untuk tetap bertahan walau terkena imbas pandemi," ucap Agus.

Oleh karena itu, lanjut dia, Universitas Prasetiya Mulya melalui program S1 Hospitality Business melihat potensi bisnis jasa yang dapat mengakomodir kerinduan para pelancong terhadap kekayaan budaya maupun kearifan lokal sebuah destinasi wisata.

"Kurikulum S1 Hospitality Business terdiri dari 60% hospitality and Tourism serta 40% bisnis, jiwa kewirausahaan dan strategic thinking juga diolah, misalnya dalam mata kuliah Consumer Behavior," bebernya.

Selama pembelajaran, mahasiswa didorong untuk memiliki orientasi market yang kuat ketika terjun ke industri jasa. Semua ini dilakukan agar lulusan dapat menjadi Hospitality Inovator yang memberikan pembaruan dalam industri hospitality.

Ragam tugas mahasiswa melibatkan kolaborasi, baik dengan industri maupun pemerintah. Contohnya bersama RedDoorz, mahasiswa ditugaskan untuk menyusun bentuk servis bagi market disabilitas.

"Guna mengantisipasi dunia kerja, beragam workshop disiapkan, mulai dari service quality, table manner, sampai Bahasa Mandarin dan IELTS. Harapannya, mahasiswa lebih fleksibel dalam mengaplikasikan ilmu teori yang telah dipelajari di kelas terutama di industri yang tentang perubahan," paparnya.

Lebih lanjut, Agus juga menekankan perihal pentingnya strategi branding yang tepat agar bisnis perusahaan selalu sehat dan panjang umur. "Kami punya program S1 Branding yang mengajarkan cara menciptakan positioning yang tepat, mengkomunikasikan kepada target market dan menempatkan brand mereka sebagai top of mind dalam industri tersebut," tuturnya.

Bukan sekedar logo dan packaging, branding memiliki nilai yang jauh lebih besar dan berperan dalam mempermudah proses pengambilan keputusan konsumen. Sebelum mengembangkan brand, marketer harus terlebih dahulu memahami konsumen.

Itu sebabnya, pada tahun pertama mahasiswa akan digiring untuk terjun ke dalam pikiran konsumen melalui mata kuliah Consumer Behavior, Consumer Insight, Research dan Customer Journey.

"Dalam proses pembelajaran beberapa hal yang coba kami terus berikan atau intervensi kepada mahasiswa yaitu bagaimana deal dengan complexity lalu melakukan kolaborasi dengan yang lain. Juga, bagaimana menggunakan other party untuk create other value bersama-sama agar lebih baik dalam memberikan solusi bagi masyarakat," pungkasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1157 seconds (0.1#10.140)