Dahsyatnya Belanda: Negeri Seuprit tapi Jadi Pengekspor Pangan Terbesar Kedua Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indonesia sah-sah saja mengklaim sebagai negara paling subur di dunia. Sayangnya, klaim itu belum bisa diimbangi oleh nilai ekspor produk pertanian ataupun pangan.
Tingkat kesuburan, luas wilayah, dan jumlah penduduk tak menjamin sebuah negara menjadi pengekspor produk pangan terbesar di dunia. China dan India memang menjadi negara penghasil produk pertanian , tapi untuk nilainya, keok oleh Belanda yang luas wilayah dan jumlah penduduknya cuma seuprit.
Investopedia mencatat, tahun 2019 Belanda menduduki peringkat kedua sebagai negara pengekspor produk mananan dengan nilai USD79 miliar atau sekitar Rp1.145 trilun (kurs Rp14.500). Posisi teratas dipegang oleh Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD118,3 miliar.
Menurut catatan itu, China dan India tak masuk sama sekali dalam daftar 5 besar. Apalagi Indonesia.
Setiap tahun nilai ekspor produk pertanian Belanda kian meningkat. Centraal Bureau voor de Statistiek (semacam BPS-nya Belanda) mencatat, tahun 2020 ekspor pertanian Negeri Kincir Angin itu mencapai USD93,6 miliar. Tahun 2021, nilai ekspor bertambah lagi menjadi USD102,8 miliar, sebuah rekor baru.
Capaian The Dutch jelas mencengangkan banyak negara. Pasalnya, negara seuprit dan jumlah penduduknya yang sedikit itu menjelma menjadi salah satu negara dengan kekuatan pangan terbesar di dunia.
Luas wilayah Belanda hanya 41.543 km2 dengan jumlah penduduk 17,44 juta (2020 Bank Dunia). Masih kalah jauh dibanding Jawa Timur yang luasnya 47.800 km2 dengan jumlah penduduk 39,74 juta (2019).
Lantas apa yang membuat Belanda bisa begitu dahsyat di sektor pertanian? Riset dan teknologi jawabnya.
Knoema, sebuah perusahaan penyedia data global yang bermarkas di Amerika Serikat, mengungkap, luas lahan pertanian Belanda sejatinya terus mengalami penurunan. Di tahun 2018 luas lahan pertanian Belanda adalah 54,% dari total luas negara itu. Angka itu turun dibanding hampir lima dekade sebelumnya yang masih 65,5%.
Meski demikian, riset dan teknologi mampu mengompensasi penurunan luas lahan itu. Bayangkan, dengan luas lahan pertanian yang lebih dari setengah luas Belanda, sektor pertanian di sana hanya mempekerjakan 2% dari angkatan kerja.
Jumlah tenaga kerja yang minimalis itu karena kebanyakan aktivitas pertanian dilakukan secara mekanis. Mereka menggunakan robot untuk memetik buah lunak dan memiliki pemisah daging, serta pengolah kentang otomatis. Bahkan mereka menggunakan drone untuk memantau kebun tomat dan kentang.
Yang menarik, hampir sebagian besar wilayah Belanda ditutupi oleh teknologi "glass house". Teknologi itu melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan, melindungi tanaman dari badai debu dan "blizzard", dan menolong mencegah hama. Selain itu, pengontrolan cahaya dan suhu dapat mengubah tanah tak subur menjadi subur.
Belanda juga terus mengurangi penggunaan air untuk sektor pertaniannya hingga 90%. Mereka juga hampir tak menggunakan pestisida sama sekali. Hasil dari semua itu? Belanda mampu memproduksi panen dua kali lipat dari rata-rata panen global.
Di sektor riset, Belanda juga sangat mementingkan pendidikan tenaga kerja pertanian. Universitas Wageningen adalah institusi pendidikan pertanian nomor satu di dunia, dan dua belas perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan di Belanda, di antaranya adalah Danone dan Heinz.
Salah satu penelitian di sektor pertanian yang tengah dilakukan oleh Belanda adalah pertanian vertikal. Leo Marcelis, profesor hortikultura di Wageningen University and Research (WUR), mengatakan pertanian vertikal adalah jalan kehidupan masa depan.
“Ke depan, kita akan memiliki vertical farm yang setinggi gedung-gedung tinggi yang hanya menggunakan cahaya buatan. Dengan unit yang dibangun di atas satu sama lain setinggi yang Anda suka, dengan hanya cahaya buatan dan pertanian akan sepenuhnya independen dari iklim dan sepenuhnya dapat diandalkan," kata Marcelis kepada dari DW.com, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Mendagri Minta ASN Tak Berpolitik Praktis
Dengan capaiannya, sektor pertanian Belanda mampu menyumbang 83% dari PDB negara itu. Belanda adalah negara dengan ekonomi terbesar keenam di zona Euro, dan itu berkat sektor pertaniannya.
Tingkat kesuburan, luas wilayah, dan jumlah penduduk tak menjamin sebuah negara menjadi pengekspor produk pangan terbesar di dunia. China dan India memang menjadi negara penghasil produk pertanian , tapi untuk nilainya, keok oleh Belanda yang luas wilayah dan jumlah penduduknya cuma seuprit.
Investopedia mencatat, tahun 2019 Belanda menduduki peringkat kedua sebagai negara pengekspor produk mananan dengan nilai USD79 miliar atau sekitar Rp1.145 trilun (kurs Rp14.500). Posisi teratas dipegang oleh Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD118,3 miliar.
Menurut catatan itu, China dan India tak masuk sama sekali dalam daftar 5 besar. Apalagi Indonesia.
Setiap tahun nilai ekspor produk pertanian Belanda kian meningkat. Centraal Bureau voor de Statistiek (semacam BPS-nya Belanda) mencatat, tahun 2020 ekspor pertanian Negeri Kincir Angin itu mencapai USD93,6 miliar. Tahun 2021, nilai ekspor bertambah lagi menjadi USD102,8 miliar, sebuah rekor baru.
Capaian The Dutch jelas mencengangkan banyak negara. Pasalnya, negara seuprit dan jumlah penduduknya yang sedikit itu menjelma menjadi salah satu negara dengan kekuatan pangan terbesar di dunia.
Luas wilayah Belanda hanya 41.543 km2 dengan jumlah penduduk 17,44 juta (2020 Bank Dunia). Masih kalah jauh dibanding Jawa Timur yang luasnya 47.800 km2 dengan jumlah penduduk 39,74 juta (2019).
Lantas apa yang membuat Belanda bisa begitu dahsyat di sektor pertanian? Riset dan teknologi jawabnya.
Knoema, sebuah perusahaan penyedia data global yang bermarkas di Amerika Serikat, mengungkap, luas lahan pertanian Belanda sejatinya terus mengalami penurunan. Di tahun 2018 luas lahan pertanian Belanda adalah 54,% dari total luas negara itu. Angka itu turun dibanding hampir lima dekade sebelumnya yang masih 65,5%.
Meski demikian, riset dan teknologi mampu mengompensasi penurunan luas lahan itu. Bayangkan, dengan luas lahan pertanian yang lebih dari setengah luas Belanda, sektor pertanian di sana hanya mempekerjakan 2% dari angkatan kerja.
Jumlah tenaga kerja yang minimalis itu karena kebanyakan aktivitas pertanian dilakukan secara mekanis. Mereka menggunakan robot untuk memetik buah lunak dan memiliki pemisah daging, serta pengolah kentang otomatis. Bahkan mereka menggunakan drone untuk memantau kebun tomat dan kentang.
Yang menarik, hampir sebagian besar wilayah Belanda ditutupi oleh teknologi "glass house". Teknologi itu melindungi tanaman dari panas dan dingin yang berlebihan, melindungi tanaman dari badai debu dan "blizzard", dan menolong mencegah hama. Selain itu, pengontrolan cahaya dan suhu dapat mengubah tanah tak subur menjadi subur.
Belanda juga terus mengurangi penggunaan air untuk sektor pertaniannya hingga 90%. Mereka juga hampir tak menggunakan pestisida sama sekali. Hasil dari semua itu? Belanda mampu memproduksi panen dua kali lipat dari rata-rata panen global.
Di sektor riset, Belanda juga sangat mementingkan pendidikan tenaga kerja pertanian. Universitas Wageningen adalah institusi pendidikan pertanian nomor satu di dunia, dan dua belas perusahaan makanan dan minuman terbesar di dunia memiliki fasilitas penelitian dan pengembangan di Belanda, di antaranya adalah Danone dan Heinz.
Salah satu penelitian di sektor pertanian yang tengah dilakukan oleh Belanda adalah pertanian vertikal. Leo Marcelis, profesor hortikultura di Wageningen University and Research (WUR), mengatakan pertanian vertikal adalah jalan kehidupan masa depan.
“Ke depan, kita akan memiliki vertical farm yang setinggi gedung-gedung tinggi yang hanya menggunakan cahaya buatan. Dengan unit yang dibangun di atas satu sama lain setinggi yang Anda suka, dengan hanya cahaya buatan dan pertanian akan sepenuhnya independen dari iklim dan sepenuhnya dapat diandalkan," kata Marcelis kepada dari DW.com, beberapa waktu lalu.
Baca juga: Jelang Pemilu 2024, Mendagri Minta ASN Tak Berpolitik Praktis
Dengan capaiannya, sektor pertanian Belanda mampu menyumbang 83% dari PDB negara itu. Belanda adalah negara dengan ekonomi terbesar keenam di zona Euro, dan itu berkat sektor pertaniannya.
(uka)