Di Hadapan Delegasi G20, Mentan Bicara Soal Ancaman Krisis Pangan

Selasa, 27 September 2022 - 17:26 WIB
loading...
Di Hadapan Delegasi G20, Mentan Bicara Soal Ancaman Krisis Pangan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship. FOTO/MPI/Iqbal Dwi Purnama
A A A
JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengungkapkan soal ancaman krisis pangan tahun depan. Hal iitu disampaikan di depan delegasi negara-negara G20 dalam Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship.

"Bagaiaman secara bersama-bersama menghadapi krisis pangan tahun depan. Apa yang bisa kita buat," ujar Menyan SYL dalam sambutannya, di Bali, Selasa (27/9/2022).



Menurut dia krisis pangan terjadi lantaran terjadi gangguan rantai pasok akibat perang, pandemi hingga dampak perubahan iklim. Sebab itu, pihaknya mengajak para negara-negara G20 bergandengan menghadapi tantangan tersebut.

Sebab, ancaman krisis pasokan tersebut bukan hanya menimpa Indonesia, tetapi seluruh negara. Di sisi lain, dampak perubahan iklim ini lebih lanjut bakal mempengaruhi produktivitas pertanian. Pasalnya musim hujan dan kemarau yang berkepanjangan dan tidak menentu akan mempengaruhi musim tanam dan panen.

"Khususnya menghadapi krisis pangan, kalau kita merencanakan dengan baik, tidak hanya dengan teori, kita bisa lakukan sesuatu untuk kepentingan dunia, tidak hanya untuk negara kita," kata Mentan.

Dia mengatakan sektor pertanian merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan, artinya krisis pangan sama halnya dengan krisis kemanusiaan karena ada miliaran manusia yang membutuhkan makan. "Recovery Together Recovery Stronger adalah tema presidensi G20 di Indonesia, ini mencerminkan bahwa G20 harus punya solidaritas untuk pulih dan perlu menjadi lebih kuat untuk mengabdi krisis dan tantangan lain," sambungnya.



Mengatasi hal tersebut, Mentan menjelaskan setidaknya ada 3 hal yang perlu diperkuat bersama-sama negara lain, pertama adalah membangun sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan, kedua mempromosikan perdagangan yang adil dan transparan, dan ketiga mendorong kewirausahaan yang inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan taraf hidup petani di pedesaan.

Ketiga hal tersebut perlu dicapai kesepatan bersama dengan negara-negara lain, agar transaksi komoditas pertanian tidak terhambat, dan kekurangan pangan disetiap negara diharapkan bisa dipenuhi.

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1237 seconds (0.1#10.140)