Harga BBM Subsidi Naik, Bisnis SPBU Makin Kompetitif
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite sejak awal September lalu justru menjadi angin segar bagi iklim persaingan usaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Tanah Air.
Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro menilai, persaingan bisnis SPBU kini semakin kompetitif setelah harga BBM subsidi di SPBU Pertamina mengalami kenaikan awal bulan lalu.
"Saya kira justru positif untuk semua pihak, bagi Pertamina dan keuangan negara tentu ada potensi dampak positif,” ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (17/10/2022).
“Kalau harga kompetitif, iklim investasinya semakin bagus. Kalau Pertamina mendekati pesaingnya, indikasi harga sudah mendekati harga wajar,” tukas Komaidi.
Menurut dia, situasi persaingan usaha yang semakin ketat itu bakal berdampak positif bagi realisasi investasi mendatang di sektor hilir minyak dan gas (migas). Hanya saja, Komaidi menekankan daya beli masyarakat harus tetap dijaga.
“Pertamina relatif normal untuk penambahan unit SPBU-nya tapi kalau pelaku lain seperti bp dan Vivo saya kira unitnya makin tambah banyak. Konsumen akan lebih banyak pilihan dan tahu sebenarnya di level berapa ketika harga tidak disubsidi," bebernya.
Sebagaimana diketahui, langkah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar, serta BBM non-subsidi yakni Pertamax, membuat tingkat persaingan di bisnis BBM antara Pertamina dengan perusahaan swasta kian mendekati seimbang.
Terhitung mulai 3 September 2022, harga Pertalite dari sebelumnya Rp7.650 per liter naik menjadi Rp10.000 per liter. Kemudian, harga solar subsidi dari Rp5.150 per liter naik menjadi Rp6.800 per liter. Selanjutnya, harga Pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter naik menjadi Rp14.500 per liter.
Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia Ingrid Siburian menyatakan, penyesuaian harga BBM oleh Pertamina cukup berpengaruh terhadap peningkatan penjualan BBM di SPBU Shell.
Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro menilai, persaingan bisnis SPBU kini semakin kompetitif setelah harga BBM subsidi di SPBU Pertamina mengalami kenaikan awal bulan lalu.
"Saya kira justru positif untuk semua pihak, bagi Pertamina dan keuangan negara tentu ada potensi dampak positif,” ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Senin (17/10/2022).
“Kalau harga kompetitif, iklim investasinya semakin bagus. Kalau Pertamina mendekati pesaingnya, indikasi harga sudah mendekati harga wajar,” tukas Komaidi.
Menurut dia, situasi persaingan usaha yang semakin ketat itu bakal berdampak positif bagi realisasi investasi mendatang di sektor hilir minyak dan gas (migas). Hanya saja, Komaidi menekankan daya beli masyarakat harus tetap dijaga.
“Pertamina relatif normal untuk penambahan unit SPBU-nya tapi kalau pelaku lain seperti bp dan Vivo saya kira unitnya makin tambah banyak. Konsumen akan lebih banyak pilihan dan tahu sebenarnya di level berapa ketika harga tidak disubsidi," bebernya.
Sebagaimana diketahui, langkah pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi seperti Pertalite dan Solar, serta BBM non-subsidi yakni Pertamax, membuat tingkat persaingan di bisnis BBM antara Pertamina dengan perusahaan swasta kian mendekati seimbang.
Terhitung mulai 3 September 2022, harga Pertalite dari sebelumnya Rp7.650 per liter naik menjadi Rp10.000 per liter. Kemudian, harga solar subsidi dari Rp5.150 per liter naik menjadi Rp6.800 per liter. Selanjutnya, harga Pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter naik menjadi Rp14.500 per liter.
Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia Ingrid Siburian menyatakan, penyesuaian harga BBM oleh Pertamina cukup berpengaruh terhadap peningkatan penjualan BBM di SPBU Shell.