Konsumsi BBM Tinggi tapi Produksi Minim, Bahan Bakar Fosil RI Terancam Habis dalam 15 Tahun

Rabu, 19 Oktober 2022 - 10:12 WIB
loading...
Konsumsi BBM Tinggi tapi Produksi Minim, Bahan Bakar Fosil RI Terancam Habis dalam 15 Tahun
Tingginya konsumsi BBM yang tidak diimbangi dengan produksi yang memadai membuat impor minyak RI terus meninggi. Foto/SINDOnews/Ahmad Antoni
A A A
JAKARTA - Tingginya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak diimbangi dengan produksi yang memadai membuat impor minyak RI terus meninggi. Untuk itu, perlu upaya serius melepaskan diri dari ketergantungan impor.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut cadangan energi Indonesia dari fosil bisa habis dalam 15 tahun ke depan jika konsumsinya seperti saat ini.

"Kalau seperti ini, cadangan bahan bakar fosil kita bisa habis dalam 15 tahun jika tidak ada upaya penambahan sumur minyak baru," ujarnya saat Dies Natalis UNP ke-68 di Padang, Sumatera Barat, dikutip Rabu (19/10/2022).

Arifin menuturkan, Indonesia harus melepaskan diri dari ketergantungan pada bahan bakar fosil. Pada 2060, Indonesia diperkirakan mengimpor 4,2 juta barel minyak per hari. "Jika dibandingkan dengan harga minyak saat ini tentu nilainya sangat besar," tukasnya.

Dia menerangkan, pada saat ini sumur minyak di Indonesia hanya mampu memproduksi 700.000 barel per hari dan di tingkat puncak bisa 1,2 juta barel per hari. Kondisi ini menandakan sumur minyak yang ada sudah mulai tua dan termakan usia.



Sementara itu, konsumsi BBM saja, di Indonesia tercatat ada 120 juta sepeda motor dan jika dalam sehari saja mereka menghabiskan tiga perempat liter maka konsumsi minyak mencapai 700.000 barel per hari, dan itu belum untuk kendaraan roda empat.

Solusinya tentu melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada saat COVID-19 memang harga minyak dunia turun hingga USD20 per barel namun saat terjadi krisis Rusia dan Ukraina harganya melejit hingga USD120 per barel.

"Hal ini membawa dampak ekonomi yang besar dan menyebabkan inflasi di beberapa negara bahkan 28 negara saat ini menjadi pasien IMF," tuturnya.

Arifin memaparkan, ada beberapa alternatif yang sudah diambil mulai dari pencarian sumur baru dan melakukan terobosan konversi dari bahan bakar fosil ke energi lain yang bersih dan terbarukan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2334 seconds (0.1#10.140)