Rupiah Babak Belur Melemah Rp15.571 per Dolar AS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah 73 poin di level Rp 15.571 atas dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan sore ini, Kamis (20/10/2022).
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan faktor internal menjadi pemicu mata uang garuda melemah lantaran perekonomian global diliputi kegelapan. Meski begitu, pelemahan rupiah saat ini masih relatif terbatas dan saat ini masih dalam angka under value.
"Artinya, kondisi saat ini lebih sangat dipengaruhi faktor sentimen," ujar Ibrahim dalam keterangan resminya, Kamis (20/10/2022).
Menurut dia penguatan dolar AS yang terjadi saat ini, bukan hanya terjadi terhadap nilai tukar rupiah, tapi juga mata uang negara lain, sehingga pemerintah dan Bank Indonesia tidak perlu panik dalam menyikapi pelemahan mata uang rupiah ini.
Sementara itu, dari sisi eksternal dolar AS menjulang di atas mata uang utama karena imbal hasil treasury AS 10 tahun naik menjadi 4,154%, level tertinggi sejak pertengahan 2008, sementara pasar tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Bank of Japan.
"Bulan lalu, Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membeli yen untuk pertama kalinya sejak 1998, dalam upaya untuk menopang mata uang yang babak belur," kata Ibrahim.
Ia menambahkan, faktor dolar menguat lantaran semalam pejabat Fed melanjutkan retorika hawkish mereka, karena Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa permintaan pasar kerja AS tetap kuat dan tekanan inflasi yang mendasari belum mencapai puncaknya.
Di samping itu, ia memprediksi, untuk perdagangan besok, Jumat (21/10) rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.550 - Rp 15.600.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan faktor internal menjadi pemicu mata uang garuda melemah lantaran perekonomian global diliputi kegelapan. Meski begitu, pelemahan rupiah saat ini masih relatif terbatas dan saat ini masih dalam angka under value.
"Artinya, kondisi saat ini lebih sangat dipengaruhi faktor sentimen," ujar Ibrahim dalam keterangan resminya, Kamis (20/10/2022).
Menurut dia penguatan dolar AS yang terjadi saat ini, bukan hanya terjadi terhadap nilai tukar rupiah, tapi juga mata uang negara lain, sehingga pemerintah dan Bank Indonesia tidak perlu panik dalam menyikapi pelemahan mata uang rupiah ini.
Sementara itu, dari sisi eksternal dolar AS menjulang di atas mata uang utama karena imbal hasil treasury AS 10 tahun naik menjadi 4,154%, level tertinggi sejak pertengahan 2008, sementara pasar tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi Bank of Japan.
"Bulan lalu, Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk membeli yen untuk pertama kalinya sejak 1998, dalam upaya untuk menopang mata uang yang babak belur," kata Ibrahim.
Ia menambahkan, faktor dolar menguat lantaran semalam pejabat Fed melanjutkan retorika hawkish mereka, karena Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari mengatakan bahwa permintaan pasar kerja AS tetap kuat dan tekanan inflasi yang mendasari belum mencapai puncaknya.
Di samping itu, ia memprediksi, untuk perdagangan besok, Jumat (21/10) rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.550 - Rp 15.600.
(nng)