Sanksi Terhadap Aluminium Rusia Bisa Berdampak ke Rantai Pasokan Global
loading...
A
A
A
MOSKOW - Aluminium bakal menjadi korban terbaru dari gejolak ekonomi global seiring harganya yang terus tenggelam di tengah dugaan dumping aluminium Rusia, melemahnya permintaan global dan melonjaknya biaya operasional. Awal pekan ini, stok aluminium di gudang London Metals Exchange (LME) melonjak, memicu kekhawatiran potensi dumping aluminium asal Rusia .
Gedung Putih sendiri sudah mempertimbangkan larangan impor aluminium dari produsen Rusia, Rusal. Logam yang tidak terjual cenderung berakhir di sistem pergudangan LME, yang merupakan gudang yang disahkan oleh bursa untuk menyimpan logam yang terdaftar di LME.
"Sangat mengecewakan bagi pasar aluminium yang buruk untuk melihat semacam pukulan ganda dari melemahnya permintaan global, di China khususnya. Tetapi juga Rusia membuang aluminium di pasar global," kata analis pertambangan dan logam Wolfe Research, Timna Tanners kepada CNBC.
"Jadi jelas kuartal ini mencerminkan tantangan-tantangan tersebut," paparnya.
Prospek Redup Aluminium
Tanners menambahkan, bahwa kuartal berikutnya juga bukan pertanda baik, kecuali ada beberapa tindakan untuk menghentikan potensi dumping logam asal Rusia dan mengangkat permintaan China. Baik dalam pembangunan infrastruktur maupun konstruksi properti.
Sejauh ini, hanya ada sedikit sinyal perbaikan permintaan China mengingat Presiden Xi Jinping telah memberi isyarat pada pertemuan partai Komunis di Beijing bahwa China akan tetap berpegang pada kebijakan nol Covid-nya.
Ini diperburuk oleh penyusutan permintaan di tempat lain karena suku bunga yang naik.
Gedung Putih sendiri sudah mempertimbangkan larangan impor aluminium dari produsen Rusia, Rusal. Logam yang tidak terjual cenderung berakhir di sistem pergudangan LME, yang merupakan gudang yang disahkan oleh bursa untuk menyimpan logam yang terdaftar di LME.
"Sangat mengecewakan bagi pasar aluminium yang buruk untuk melihat semacam pukulan ganda dari melemahnya permintaan global, di China khususnya. Tetapi juga Rusia membuang aluminium di pasar global," kata analis pertambangan dan logam Wolfe Research, Timna Tanners kepada CNBC.
"Jadi jelas kuartal ini mencerminkan tantangan-tantangan tersebut," paparnya.
Prospek Redup Aluminium
Tanners menambahkan, bahwa kuartal berikutnya juga bukan pertanda baik, kecuali ada beberapa tindakan untuk menghentikan potensi dumping logam asal Rusia dan mengangkat permintaan China. Baik dalam pembangunan infrastruktur maupun konstruksi properti.
Sejauh ini, hanya ada sedikit sinyal perbaikan permintaan China mengingat Presiden Xi Jinping telah memberi isyarat pada pertemuan partai Komunis di Beijing bahwa China akan tetap berpegang pada kebijakan nol Covid-nya.
Ini diperburuk oleh penyusutan permintaan di tempat lain karena suku bunga yang naik.