Ribuan Pebisnis Dunia Hadiri Konferensi Sawit IPOC 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - Lebih dari 1.500 pelaku bisnis dari sekitar 35 negara akan hadir dalam konferensi minyak sawit di Nusa Dua Bali, 2-4 November pekan depan. Acara bertajuk Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) yang diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( Gapki ) ini merupakan konferensi tahunan minyak sawit terbesar dunia.
“Hingga sepekan sebelum penyelenggaraan acara, lebih dari 1.500 pelaku bisnis dari 35 negara akan hadir dalam kegiatan konferensi dan ekhibisi minyak sawit IPOC 2022 and 2023 Price Outlook,” kata Mona Surya, Chairperson IPOC 2022, dalam keterangan persnya, Kamis (27/10/2022).
(Baca juga:IPOC ke-16 Bahas Strategi Industri Sawit di Era New Normal)
Mona mengatakan, setelah dua tahun diselenggarakan secara online karena pandemi Covid-19, IPOC ke-18 kembali digelar offline. Pelaku bisnis dalam mata rantai industri sawit global sangat antusias menyambut konferensi yang salah satu topik diskusinya membahas outlook harga CPO (crude palm oil) tahun 2023.
“Untuk konferensinya sendiri lebih dari 1.200 peserta, ratusan lainnya yang hadir pada acara ini adalah para exhibitor dan pengunjung pameran,” kata Mona.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, IPOC 2022 adalah acara yang sangat strategis untuk menganalisis kondisi pasar minyak nabati global tahun depan. Apalagi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan pada pasar minyak nabati dunia belum normal sebagai dampak perang Rusia dengan Ukraina.
(Baca juga:Usung #GueGenerasiSawit, Digitalk Sawit Ajak Milenial Pahami Manfaat Sawit)
“Tentu saja kita prihatin dengan situasi geopolitik di daratan Eropa dan semoga perang segera usai. Dalam situasi ketidakpastian ini, komoditas minyak sawit menjadi penyelamat dalam menjaga stabilitas keamanan pangan global,” kata Joko.
Situasi geopolitik di Eropa ini akan menjadi bahasan pada hari pertama konferensi. Hadir sebagai pembicara pada sesi hari pertama antara lain Andri Hadi (Duta Besar Republik Indonesia untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa), Prof Pietro Paganini (John Cabot University, Roma), dan Khor Yu Leng (ekonom Singapura).
Pada sesi hari kedua IPOC, para pakar komoditas global seperti James Fry (LMC International) dan Thomas Mielke (Oil World) akan mengulas faktor-faktor yang akan mempengaruhi supply and demand dalam pasar minyak nabati dunia. Selain James Fry dan Thomas Mielke, pakar komoditas yang juga akan menyampaikan analisisnya antara lain Nagaraj Meda (TransGraph) dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd).
(Baca juga:Sawit Penyelamat Saat Krisis)
Mona Surya mengatakan, IPOC 2022 akan dibuka oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga akan menyampaikan keynote speech. “Selain isu-isu global, IPOC juga akan mendiskusikan dinamika sektor kelapa sawit Indonesia sepanjang tahun 2022. Tentu saja kebijakan minyak sawit dalam negeri ini juga akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit dalam pasar minyak nabati global,” kata Mona.
Selain konferensi dan ekshibisi, IPOC juga dimeriahkan dengan berbagai acara lain seperti turnamen golf dan networking night sebagai sarana ramah tamah antar peserta konferensi.
“Hingga sepekan sebelum penyelenggaraan acara, lebih dari 1.500 pelaku bisnis dari 35 negara akan hadir dalam kegiatan konferensi dan ekhibisi minyak sawit IPOC 2022 and 2023 Price Outlook,” kata Mona Surya, Chairperson IPOC 2022, dalam keterangan persnya, Kamis (27/10/2022).
(Baca juga:IPOC ke-16 Bahas Strategi Industri Sawit di Era New Normal)
Mona mengatakan, setelah dua tahun diselenggarakan secara online karena pandemi Covid-19, IPOC ke-18 kembali digelar offline. Pelaku bisnis dalam mata rantai industri sawit global sangat antusias menyambut konferensi yang salah satu topik diskusinya membahas outlook harga CPO (crude palm oil) tahun 2023.
“Untuk konferensinya sendiri lebih dari 1.200 peserta, ratusan lainnya yang hadir pada acara ini adalah para exhibitor dan pengunjung pameran,” kata Mona.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan, IPOC 2022 adalah acara yang sangat strategis untuk menganalisis kondisi pasar minyak nabati global tahun depan. Apalagi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan pada pasar minyak nabati dunia belum normal sebagai dampak perang Rusia dengan Ukraina.
(Baca juga:Usung #GueGenerasiSawit, Digitalk Sawit Ajak Milenial Pahami Manfaat Sawit)
“Tentu saja kita prihatin dengan situasi geopolitik di daratan Eropa dan semoga perang segera usai. Dalam situasi ketidakpastian ini, komoditas minyak sawit menjadi penyelamat dalam menjaga stabilitas keamanan pangan global,” kata Joko.
Situasi geopolitik di Eropa ini akan menjadi bahasan pada hari pertama konferensi. Hadir sebagai pembicara pada sesi hari pertama antara lain Andri Hadi (Duta Besar Republik Indonesia untuk Belgia, Luxemburg, dan Uni Eropa), Prof Pietro Paganini (John Cabot University, Roma), dan Khor Yu Leng (ekonom Singapura).
Pada sesi hari kedua IPOC, para pakar komoditas global seperti James Fry (LMC International) dan Thomas Mielke (Oil World) akan mengulas faktor-faktor yang akan mempengaruhi supply and demand dalam pasar minyak nabati dunia. Selain James Fry dan Thomas Mielke, pakar komoditas yang juga akan menyampaikan analisisnya antara lain Nagaraj Meda (TransGraph) dan Dorab Mistry (Godrej International Ltd).
(Baca juga:Sawit Penyelamat Saat Krisis)
Mona Surya mengatakan, IPOC 2022 akan dibuka oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga akan menyampaikan keynote speech. “Selain isu-isu global, IPOC juga akan mendiskusikan dinamika sektor kelapa sawit Indonesia sepanjang tahun 2022. Tentu saja kebijakan minyak sawit dalam negeri ini juga akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit dalam pasar minyak nabati global,” kata Mona.
Selain konferensi dan ekshibisi, IPOC juga dimeriahkan dengan berbagai acara lain seperti turnamen golf dan networking night sebagai sarana ramah tamah antar peserta konferensi.
(dar)