Harga CPO Melonjak 4% Usai Rusia Tarik Diri dari Perjanjian Ekspor Laut Hitam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau CPO melonjak lebih dari 4% pada awal pekan, Senin (31/10/2022), rebound dari kontraksi yang terjadi pekan lalu. Lonjakan terjadi merespons aksi Rusia yang menarik diri dari kesepakatan ekspor di Laut Hitam, yang berdampak terhadap pasokan kedelai dan minyak bunga matahari global.
Data Bursa Malaysia Derivatives Berhad (BMD) hingga pukul 11:13 WIB menunjukkan harga CPO kontrak Januari 2023 tumbuh 4,14% di MYR4.154 per ton.
Diketahui, Rusia pada Sabtu kemarin (29/10) resmi menangguhkan partisipasi mereka dalam kesepakatan dagang biji-bijian di wilayah Laut Hitam yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kebijakan ini muncul setelah Moskow menyatakan serangan pesawat tak berawak (drone) milik Ukraina secara besar-besaran terhadap armadanya di Krimea, merupakan pukulan bagi upaya untuk meredakan krisis pangan global.
Penarikan diri Rusia memberi sentimen bagi harga CPO di Asia karena harga sawit dipengaruhi pergerakan minyak nabati sejenis, karena persaingan mereka untuk mendapatkan bagian di pasar global, dilansir Reuters, Senin (31/10).
Di tengah lonjakan meroketnya CPO, harga minyak kedelai di Bursa Dalian China turun 1%, sementara minyak sawitnya naik 0,6%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade tumbuh 2,4%.
Indonesia sebagai produsen terbesar CPO dikabarkan bakal menetapkan harga referensi minyak sawit mentah seharga USD770,88 per ton untuk periode 1-15 November. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah, Machmud mengatakan, pada Jumat lalu (28/10) bahwa harga acuan baru ini naik dari referensi saat ini sebesar USD713,89 per ton.
Ke depan, analis menilai harga CPO berpeluang cukup lebar untuk kembali melanjutkan kenaikannya.. Technical Analyst Reuters, Wang Tao memprediksi harga kontrak Januari bisa menembus level MYR4.263 per ton
"Tren naik masih berlanjut sejak di harga MYR3.220 per ton," katanya.
Data Bursa Malaysia Derivatives Berhad (BMD) hingga pukul 11:13 WIB menunjukkan harga CPO kontrak Januari 2023 tumbuh 4,14% di MYR4.154 per ton.
Diketahui, Rusia pada Sabtu kemarin (29/10) resmi menangguhkan partisipasi mereka dalam kesepakatan dagang biji-bijian di wilayah Laut Hitam yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kebijakan ini muncul setelah Moskow menyatakan serangan pesawat tak berawak (drone) milik Ukraina secara besar-besaran terhadap armadanya di Krimea, merupakan pukulan bagi upaya untuk meredakan krisis pangan global.
Penarikan diri Rusia memberi sentimen bagi harga CPO di Asia karena harga sawit dipengaruhi pergerakan minyak nabati sejenis, karena persaingan mereka untuk mendapatkan bagian di pasar global, dilansir Reuters, Senin (31/10).
Di tengah lonjakan meroketnya CPO, harga minyak kedelai di Bursa Dalian China turun 1%, sementara minyak sawitnya naik 0,6%. Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade tumbuh 2,4%.
Indonesia sebagai produsen terbesar CPO dikabarkan bakal menetapkan harga referensi minyak sawit mentah seharga USD770,88 per ton untuk periode 1-15 November. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah, Machmud mengatakan, pada Jumat lalu (28/10) bahwa harga acuan baru ini naik dari referensi saat ini sebesar USD713,89 per ton.
Ke depan, analis menilai harga CPO berpeluang cukup lebar untuk kembali melanjutkan kenaikannya.. Technical Analyst Reuters, Wang Tao memprediksi harga kontrak Januari bisa menembus level MYR4.263 per ton
"Tren naik masih berlanjut sejak di harga MYR3.220 per ton," katanya.
(akr)