Menanti Pengumuman Suku Bunga The Fed, Rupiah Lesu Darah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan selama perdagangan pada pekan ini. Mata uang Garuda diperdagangkan di atas 15.600 per dolar AS.
Padahal, di akhir pekan sebelumnya, rupiah diperdagangkan di kisaran 15.553 per dolar AS. Pada perdagangan sore ini, rupiah juga ditutup melemah 19 poin di level 15.646 per dolar AS.
Pengamat Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, pelemahan rupiah terjadi saat Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed akan melakukan rapat penentuan besaran suku bunga acuan.
The Fed diperkirakan akan menaikkan besaran bunga acuannya sebanyak 75 basis poin. Adapun pengumuman diagendakan dalam beberapa jam ke depan.
"Sejauh ini, indeks mata uang dolar AS juga tengah mengalami kenaikan di kisaran 111,27. Dibandingkan dengan posisi akhir pekan kemarin yang sempat berada dikisaran 110,8," ungkap Gunawan, Rabu (2/11/2022).
Selain itu, indikator lain yang membuat dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia lainnya, menurut Gunawan, adalah adanya kenaikan yield US Treasury (10 tahun) di level 4,10% saat ini.
Kenaikan yield ini menunjukan bahwa aliran dana masuk ke surat berharga denominasi dolar AS meningkat. "Peningkatan tersebut menjadi pemicu melemahnya mata uang negara lain terhadap dolar AS," jelas Gunawan.
Di sisi lain, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada awal pekan sempat menguat, dalam dua hari perdagangan mengalami pelemahan.
Indeks yang sempat naik di atas level psikologis 7.100 hari Senin (31/10), pada perdagangan hari ini mengalami pelemahan dan berkonsolidasi di level psikologis 7.000.
Pelemahan IHSG sendiri seakan bergerak anomali dibandingkan dengan pergerakan sejumlah bursa di Asia yang mayoritas menguat.
"Sejauh ini tekanan masih terus menyelimuti pergerakan pasar keuangan ke depan. Pada dasarnya pasar sudah memperhitungkan (priced in) rencana kenaikan bunga acuan The Fed. Akan tetapi arah kebijakan selanjutnya setelah kenaikan suku bunga, akan lebih menentukan kemana pergerakan pasar keuangan," bebernya.
Sikap hawkish yang mencuat, kata Gunawan, akan membuat pasar keuangan dalam tekanan yang lebih besar nantinya. Ditambah jika agresifitasnya juga naik.
Tekanan lainnya seperti tren kenaikan harga minyak mentah dunia, ditambah dengan geopolitik yang turut mengancam kenaikan harga pangan dan mendorong harga komoditas lainnya, secara tidak langsung juga akan turut menekan pasar keuangan.
Lebih lanjut, Gunawan juga menyoroti kinerja harga emas pada hari ini yang menguat di level USD1.657 per ons troy. Dengan pelemahan rupiah dan kenaikan harga emas global, kata dia, maka harga emas di Tanah Air juga mengalami kenaikan. “Saat ini harga emas ditransaksikan di kisaran harga Rp836.000 per gramnya," pungkasnya.
Padahal, di akhir pekan sebelumnya, rupiah diperdagangkan di kisaran 15.553 per dolar AS. Pada perdagangan sore ini, rupiah juga ditutup melemah 19 poin di level 15.646 per dolar AS.
Pengamat Pasar Keuangan Gunawan Benjamin mengatakan, pelemahan rupiah terjadi saat Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed akan melakukan rapat penentuan besaran suku bunga acuan.
The Fed diperkirakan akan menaikkan besaran bunga acuannya sebanyak 75 basis poin. Adapun pengumuman diagendakan dalam beberapa jam ke depan.
"Sejauh ini, indeks mata uang dolar AS juga tengah mengalami kenaikan di kisaran 111,27. Dibandingkan dengan posisi akhir pekan kemarin yang sempat berada dikisaran 110,8," ungkap Gunawan, Rabu (2/11/2022).
Selain itu, indikator lain yang membuat dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia lainnya, menurut Gunawan, adalah adanya kenaikan yield US Treasury (10 tahun) di level 4,10% saat ini.
Kenaikan yield ini menunjukan bahwa aliran dana masuk ke surat berharga denominasi dolar AS meningkat. "Peningkatan tersebut menjadi pemicu melemahnya mata uang negara lain terhadap dolar AS," jelas Gunawan.
Di sisi lain, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada awal pekan sempat menguat, dalam dua hari perdagangan mengalami pelemahan.
Indeks yang sempat naik di atas level psikologis 7.100 hari Senin (31/10), pada perdagangan hari ini mengalami pelemahan dan berkonsolidasi di level psikologis 7.000.
Pelemahan IHSG sendiri seakan bergerak anomali dibandingkan dengan pergerakan sejumlah bursa di Asia yang mayoritas menguat.
"Sejauh ini tekanan masih terus menyelimuti pergerakan pasar keuangan ke depan. Pada dasarnya pasar sudah memperhitungkan (priced in) rencana kenaikan bunga acuan The Fed. Akan tetapi arah kebijakan selanjutnya setelah kenaikan suku bunga, akan lebih menentukan kemana pergerakan pasar keuangan," bebernya.
Sikap hawkish yang mencuat, kata Gunawan, akan membuat pasar keuangan dalam tekanan yang lebih besar nantinya. Ditambah jika agresifitasnya juga naik.
Tekanan lainnya seperti tren kenaikan harga minyak mentah dunia, ditambah dengan geopolitik yang turut mengancam kenaikan harga pangan dan mendorong harga komoditas lainnya, secara tidak langsung juga akan turut menekan pasar keuangan.
Lebih lanjut, Gunawan juga menyoroti kinerja harga emas pada hari ini yang menguat di level USD1.657 per ons troy. Dengan pelemahan rupiah dan kenaikan harga emas global, kata dia, maka harga emas di Tanah Air juga mengalami kenaikan. “Saat ini harga emas ditransaksikan di kisaran harga Rp836.000 per gramnya," pungkasnya.
(ind)