Lagi Trend Finishing Rumah dengan Semen Ekspos
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ada banyak cara arsitek menciptakan inovasi baru sehingga menjadi tren. Salah satunya melakukan teknik semen ekspos untuk membuat dinding seolah-olah tidak di-finishing. Sebab, dalam model ini hanya semen yang tampak sesuai dengan konsep industrialis yang tengah tren saat ini.
Namun, tidak jarang juga penggunaan semen ekspos diaplikasikan pada desain-desain berkonsep modern kontemporer. Pada desain berkonsep modern kontemporer, umumnya material semen ekspos yang dipilih adalah material dengan warna cenderung lebih terang atau menggunakan semen putih.
Indira Pramundita, Senior Architect Delution, menjelaskan, semen ekspos ialah teknik finishing yang menggunakan semen putih atau semen instan yang umumnya di-cover dengan lapisan coating transparan sehingga hasilnya tidak menutupi tekstur dasar semen itu sendiri. (Baca: Tak Sekedar Jaga Imunitas, Asupan Bergizi juga Membuat Anak Lebih Unggul)
Jenis finishing ini lebih natural karena menghasilkan pola halus dan warna yang tidak homogen, seperti menggunakan cat warna abu-abu. "Warnanya natural yang lebih fleksibel untuk dipadupadankan dengan beragam jenis material dan tipe furnitur. Looks yang ditampilkan lebih artistik," ungkapnya.
Selain itu, perawatannya mudah, tahan terhadap gesekan, dan cenderung lebih murah dibandingkan jenis finishing lainnya. Namun, harus disadari penggunaan material semen ekspos ini sulit untuk menghindari terjadinya retakan kecil pada material.
Maka itu, Indira menyarankan pengerjaannya harus dilakukan orang yang memiliki skill khusus untuk mengaplikasikan dengan rapi. Sebab, ketidaksempurnaan hasil pengaplikasian pada dinding akan sangat mudah terlihat. (Baca juga: Hangatkan Suasana dengan Lantai Kayu)
Pengaplikasian material semen ekspos cenderung cukup tricky, tetapi dari segi cara pengaplikasian serupa dengan finishing dinding pada umumnya. "Diperlukan ketelitian dan strategi khusus untuk menghindari tampilan yang tidak rata, sehingga disarankan untuk memilih tukang yang mampu melakukannya," tuturnya.
Pengerjaan dinding semen ekspos membutuhkan semen, semen instan, pasir, air, roskam, jidar, dan cetok. Cara pengerjaannya seperti dinding biasa, yakni dinding batu bata yang baru selesai dibangun dapat diaplikasikan dengan adukan plester pada permukaannya.
Bahan baku untuk membuat adukan plesteran terdiri dari semen dan pasir yang sudah diayak terlebih dahulu untuk memisahkan kerikil yang terkandung di dalamnya. "Adukan plesteran mencampurkan semen dan pasir memakai perbandingan 1:3 atau 1:4 tergantung kualitas semen yang digunakan," ungkapnya.
Ketebalan lapisannya sekitar 1-2 cm agar tidak memboroskan material. Dinding plasteran yang sudah selesai dibuat kemudian dikeringkan sampai setengah kering. Setelah itu, lapisi dinding plaster tersebut dengan acian.
Indira menyarankan, penggunaan semen instan disarankan untuk bahan acian karena hasilnya akan lebih bagus, proses pengeringannya lebih sempurna, pengerjaannya lebih mudah, lebih kuat, dan tahan lama. Warnanya pun lebih hidup. Kerjakan proses pengacian secara manual menggunakan roskam, lalu ratakan lapisan acian tersebut memakai jidar panjang.
"Tebal lapisan acian yang kami sarankan berkisar antara 1,5-3 mm. Setelah dinding selesai dikerjakan, tunggu sekitar 3-5 hari supaya kondisinya benar-benar kering sebelum kemudian dikreasikan dengan elemen dekoratif sesuai selera," tambah Indira. (Baca juga: Menata Hunian Saat Penerapan di Rumah Saja)
Penggunaan material semen ekspos pada hunian memang cukup banyak pada desain arsitektur masa kini, tetapi tidak berkembang sebagai tren. Sebab, sebagian orang cenderung menganggap penggunaan material ekspos kurang homey dan sering masuk stereotip hanya sebagai desain yang serupa kafe maupun gedung umum lainnya. Padahal, beberapa orang sudah mulai terbuka dengan penggunaan material tersebut, khususnya pada desain yang low budget. Jadi, penggunaan material ini tergantung pada selera dan kebutuhan masing-masing pemilik properti.
Selain itu, mengekspos semua material dari dinding, lantai, sampai plafon menjadi salah satu solusi keterbatasan anggaran, juga dapat menghemat waktu pengerjaan dan tenaga tukang.
Selain dinding, atap juga dapat menggunakan material sama dengan dinding sehingga tercipta satu kesatuan bentuk yang solid. Seperti yang sedang dikerjakan arsitek Yudhi Puspa Tia pada studionya. Dia menyebut atap spandek plaster karena atap menggunakan material semen senada dengan dinding.
Idealnya memang memakai beton, tetapi tentu hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. "Selain menghemat juga akan unik karena tidak memakai genteng beton atau atap bitumen untuk material dindingnya karena terlalu bertekstur," ujarnya. (Lihat videonya: Ular Piton 2,5 Meter Tutupi Saluran Air di Cilegon)
Akhirnya, dia menggunakan material spandek plester. Sebenarnya selain spandek, Tia juga menggunakan multipleks agar tampilannya bisa lebih tipis dan bersih.
Rangka atap menggunakan besi UNP karena lebar bangunan tidak lebih dari 5 meter. Spandek sendiri sebagai bagian dari struktur atap posisi spandek harus horizontal sebelum diplester spandek diberi kawat ayam. Plesternya terdiri dari semen, pasir, dan air. Tebal keseluruhan atap sekitar 6 cm dengan finishing menggunakan cat water shield sehingga tidak akan bocor. (Ananda Nararya)
Plus-Minus Semen Ekspos saat Finising
Kelebihan:
* Warna natural dan artistik.
* Perawatan mudah, tahan terhadap gesekan.
* Lebih murah dibandingkan jenis finishing lainnya.
Kekurangan:
* Sering ada retakan kecil pada material.
* Membutuhkan tukang dengan skill khusus untuk mengaplikasikannya.
Namun, tidak jarang juga penggunaan semen ekspos diaplikasikan pada desain-desain berkonsep modern kontemporer. Pada desain berkonsep modern kontemporer, umumnya material semen ekspos yang dipilih adalah material dengan warna cenderung lebih terang atau menggunakan semen putih.
Indira Pramundita, Senior Architect Delution, menjelaskan, semen ekspos ialah teknik finishing yang menggunakan semen putih atau semen instan yang umumnya di-cover dengan lapisan coating transparan sehingga hasilnya tidak menutupi tekstur dasar semen itu sendiri. (Baca: Tak Sekedar Jaga Imunitas, Asupan Bergizi juga Membuat Anak Lebih Unggul)
Jenis finishing ini lebih natural karena menghasilkan pola halus dan warna yang tidak homogen, seperti menggunakan cat warna abu-abu. "Warnanya natural yang lebih fleksibel untuk dipadupadankan dengan beragam jenis material dan tipe furnitur. Looks yang ditampilkan lebih artistik," ungkapnya.
Selain itu, perawatannya mudah, tahan terhadap gesekan, dan cenderung lebih murah dibandingkan jenis finishing lainnya. Namun, harus disadari penggunaan material semen ekspos ini sulit untuk menghindari terjadinya retakan kecil pada material.
Maka itu, Indira menyarankan pengerjaannya harus dilakukan orang yang memiliki skill khusus untuk mengaplikasikan dengan rapi. Sebab, ketidaksempurnaan hasil pengaplikasian pada dinding akan sangat mudah terlihat. (Baca juga: Hangatkan Suasana dengan Lantai Kayu)
Pengaplikasian material semen ekspos cenderung cukup tricky, tetapi dari segi cara pengaplikasian serupa dengan finishing dinding pada umumnya. "Diperlukan ketelitian dan strategi khusus untuk menghindari tampilan yang tidak rata, sehingga disarankan untuk memilih tukang yang mampu melakukannya," tuturnya.
Pengerjaan dinding semen ekspos membutuhkan semen, semen instan, pasir, air, roskam, jidar, dan cetok. Cara pengerjaannya seperti dinding biasa, yakni dinding batu bata yang baru selesai dibangun dapat diaplikasikan dengan adukan plester pada permukaannya.
Bahan baku untuk membuat adukan plesteran terdiri dari semen dan pasir yang sudah diayak terlebih dahulu untuk memisahkan kerikil yang terkandung di dalamnya. "Adukan plesteran mencampurkan semen dan pasir memakai perbandingan 1:3 atau 1:4 tergantung kualitas semen yang digunakan," ungkapnya.
Ketebalan lapisannya sekitar 1-2 cm agar tidak memboroskan material. Dinding plasteran yang sudah selesai dibuat kemudian dikeringkan sampai setengah kering. Setelah itu, lapisi dinding plaster tersebut dengan acian.
Indira menyarankan, penggunaan semen instan disarankan untuk bahan acian karena hasilnya akan lebih bagus, proses pengeringannya lebih sempurna, pengerjaannya lebih mudah, lebih kuat, dan tahan lama. Warnanya pun lebih hidup. Kerjakan proses pengacian secara manual menggunakan roskam, lalu ratakan lapisan acian tersebut memakai jidar panjang.
"Tebal lapisan acian yang kami sarankan berkisar antara 1,5-3 mm. Setelah dinding selesai dikerjakan, tunggu sekitar 3-5 hari supaya kondisinya benar-benar kering sebelum kemudian dikreasikan dengan elemen dekoratif sesuai selera," tambah Indira. (Baca juga: Menata Hunian Saat Penerapan di Rumah Saja)
Penggunaan material semen ekspos pada hunian memang cukup banyak pada desain arsitektur masa kini, tetapi tidak berkembang sebagai tren. Sebab, sebagian orang cenderung menganggap penggunaan material ekspos kurang homey dan sering masuk stereotip hanya sebagai desain yang serupa kafe maupun gedung umum lainnya. Padahal, beberapa orang sudah mulai terbuka dengan penggunaan material tersebut, khususnya pada desain yang low budget. Jadi, penggunaan material ini tergantung pada selera dan kebutuhan masing-masing pemilik properti.
Selain itu, mengekspos semua material dari dinding, lantai, sampai plafon menjadi salah satu solusi keterbatasan anggaran, juga dapat menghemat waktu pengerjaan dan tenaga tukang.
Selain dinding, atap juga dapat menggunakan material sama dengan dinding sehingga tercipta satu kesatuan bentuk yang solid. Seperti yang sedang dikerjakan arsitek Yudhi Puspa Tia pada studionya. Dia menyebut atap spandek plaster karena atap menggunakan material semen senada dengan dinding.
Idealnya memang memakai beton, tetapi tentu hal tersebut memerlukan biaya yang tidak sedikit. "Selain menghemat juga akan unik karena tidak memakai genteng beton atau atap bitumen untuk material dindingnya karena terlalu bertekstur," ujarnya. (Lihat videonya: Ular Piton 2,5 Meter Tutupi Saluran Air di Cilegon)
Akhirnya, dia menggunakan material spandek plester. Sebenarnya selain spandek, Tia juga menggunakan multipleks agar tampilannya bisa lebih tipis dan bersih.
Rangka atap menggunakan besi UNP karena lebar bangunan tidak lebih dari 5 meter. Spandek sendiri sebagai bagian dari struktur atap posisi spandek harus horizontal sebelum diplester spandek diberi kawat ayam. Plesternya terdiri dari semen, pasir, dan air. Tebal keseluruhan atap sekitar 6 cm dengan finishing menggunakan cat water shield sehingga tidak akan bocor. (Ananda Nararya)
Plus-Minus Semen Ekspos saat Finising
Kelebihan:
* Warna natural dan artistik.
* Perawatan mudah, tahan terhadap gesekan.
* Lebih murah dibandingkan jenis finishing lainnya.
Kekurangan:
* Sering ada retakan kecil pada material.
* Membutuhkan tukang dengan skill khusus untuk mengaplikasikannya.
(ysw)