Bangun Terminal LNG, Industri Nikel CNI Group Siap Gunakan Energi Hijau
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group, perusahaan pertambangan nikel yang berbasis di Kolaka, Sulawesi Tenggara, berkomitmen untuk menghasilkan produk ramah lingkungan (green product) dalam industri nikel di Indonesia.
Untuk mewujudkan itu, PT Ceria Nugraha Indotama dan PT Padma Energi Indonesia Group Titis Sampurna melalui subsidiarinya telah menandatangani Perjanjian Usaha Patungan (Joint Venture Agreement) Pembangunan Terminal Liquefied Natural Gas (LNG) dan Infrastruktur Pendukung dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan gas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang akan dioperasikan PLN di Kolaka.
(Baca juga:Pemerintah dan Perbankan Dukung Investasi Smelter Nikel CNI Group)
Perjanjian ini ditandatangani kedua pihak di Jakarta, Jumat (18/11/2022). Nantinya, energi listrik dari PLTG ini akan dipasok ke smelter nikel Ceria Nugraha Indotama.
General Manager Bussines Development Ceria Nugraha Indotama, Aldo Namora menjelaskan, terminal LNG ini akan melayani pasokan gas PLN untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terapung (Barge Mounted Power Plant/BMPP) dengan kapasitas 2x60 MW. “BMPP 2x60 MW dibangun oleh PT. PAL di Surabaya dan akan dioperasikan oleh Indonesia Power, anak usaha dari PLN,” kata Aldo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/11/2022).
Menurut Aldo, satu unit BMPP saat ini telah selesai dan mulai dioperasikan oleh PLN. Sementara unit kedua akan rampung pada April 2024 dan akan segera dimobilisasi ke Kolaka, lokasi smelter Ceria Nugraha Indotama.
(Baca juga:KLHK Tegaskan PT CNI Berstatus Proper Biru)
Terminal LNG Ceria Nugraha Indotama dan Titis Sampurna ini memiliki total kapasitas 24 mmscfd dan akan dibangun di atas lahan seluas 7,5 hektare (ha) di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Terminal Khusus (Tersus) Ceria Nugraha Indotama.
“Pembangunan Terminal LNG ini merupakan bagian dari komitmen kami bersama PLN untuk memberikan kehandalan pasokan listrik ke smelter Ceria Nugraha Indotama,” jelasnya.
Sebelumnya, pada 2018, Ceria Nugraha Indotama dan PLN telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dengan total kapasitas 350 MW untuk tenaga listrik smelter Ceria Nugraha Indotama, dan akan menambah kapasitas sebesar 350 MW sehingga total penggunaan listrik Ceria Nugraha Indotama mencapai 700 MW.
PLN menyuplai listrik ke Ceria Nugraha Indotama melalui gardu induk smelter Kolaka dengan listrik yang bersumber dari PLTA Poso dan beberapa sumber renewable energy lainnya.
“Dengan penggunaan listrik PLN yang bersumber dari green energy ini, tidak terdapat carbon foot print pembangkitan listrik dari batu bara dalam proses produksi smelter Ceria Nugraha Indotama. Sehingga produk olahan nikel yang dihasilkan akan memiliki carbon foot print/emisi karbon yang sangat rendah dibandingkan produk olahan nikel smelter lain yang beroperasi menggunakan listrik dari PLTU,” papar Aldo.
Hal ini sejalan dengan komitmen net zero emission yang dicanangkan Pemerintah Indonesia di 2050 dan semangat transisi menuju renewable dan green energy yang digaungkan B20 dan G20 Summit.
Untuk mewujudkan itu, PT Ceria Nugraha Indotama dan PT Padma Energi Indonesia Group Titis Sampurna melalui subsidiarinya telah menandatangani Perjanjian Usaha Patungan (Joint Venture Agreement) Pembangunan Terminal Liquefied Natural Gas (LNG) dan Infrastruktur Pendukung dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan gas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) yang akan dioperasikan PLN di Kolaka.
(Baca juga:Pemerintah dan Perbankan Dukung Investasi Smelter Nikel CNI Group)
Perjanjian ini ditandatangani kedua pihak di Jakarta, Jumat (18/11/2022). Nantinya, energi listrik dari PLTG ini akan dipasok ke smelter nikel Ceria Nugraha Indotama.
General Manager Bussines Development Ceria Nugraha Indotama, Aldo Namora menjelaskan, terminal LNG ini akan melayani pasokan gas PLN untuk pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Gas Terapung (Barge Mounted Power Plant/BMPP) dengan kapasitas 2x60 MW. “BMPP 2x60 MW dibangun oleh PT. PAL di Surabaya dan akan dioperasikan oleh Indonesia Power, anak usaha dari PLN,” kata Aldo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/11/2022).
Menurut Aldo, satu unit BMPP saat ini telah selesai dan mulai dioperasikan oleh PLN. Sementara unit kedua akan rampung pada April 2024 dan akan segera dimobilisasi ke Kolaka, lokasi smelter Ceria Nugraha Indotama.
(Baca juga:KLHK Tegaskan PT CNI Berstatus Proper Biru)
Terminal LNG Ceria Nugraha Indotama dan Titis Sampurna ini memiliki total kapasitas 24 mmscfd dan akan dibangun di atas lahan seluas 7,5 hektare (ha) di dalam Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dan Terminal Khusus (Tersus) Ceria Nugraha Indotama.
“Pembangunan Terminal LNG ini merupakan bagian dari komitmen kami bersama PLN untuk memberikan kehandalan pasokan listrik ke smelter Ceria Nugraha Indotama,” jelasnya.
Sebelumnya, pada 2018, Ceria Nugraha Indotama dan PLN telah menandatangani Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik dengan total kapasitas 350 MW untuk tenaga listrik smelter Ceria Nugraha Indotama, dan akan menambah kapasitas sebesar 350 MW sehingga total penggunaan listrik Ceria Nugraha Indotama mencapai 700 MW.
PLN menyuplai listrik ke Ceria Nugraha Indotama melalui gardu induk smelter Kolaka dengan listrik yang bersumber dari PLTA Poso dan beberapa sumber renewable energy lainnya.
“Dengan penggunaan listrik PLN yang bersumber dari green energy ini, tidak terdapat carbon foot print pembangkitan listrik dari batu bara dalam proses produksi smelter Ceria Nugraha Indotama. Sehingga produk olahan nikel yang dihasilkan akan memiliki carbon foot print/emisi karbon yang sangat rendah dibandingkan produk olahan nikel smelter lain yang beroperasi menggunakan listrik dari PLTU,” papar Aldo.
Hal ini sejalan dengan komitmen net zero emission yang dicanangkan Pemerintah Indonesia di 2050 dan semangat transisi menuju renewable dan green energy yang digaungkan B20 dan G20 Summit.
(dar)