Eropa Waspadai Turki Dijadikan Rusia Tempat Menyembunyikan Gas

Kamis, 01 Desember 2022 - 21:35 WIB
loading...
Eropa Waspadai Turki Dijadikan Rusia Tempat Menyembunyikan Gas
Rencana Presiden Vladimir Putin untuk menjadikan Turki sebagai pusat pasokan gas Rusia secara teori dapat memungkinkan Moskow untuk menutupi ekspornya dengan label bahan bakar dari sumber lain. Foto/Dok
A A A
MOSKOW - Rencana Presiden Vladimir Putin untuk menjadikan Turki sebagai pusat pasokan gas Rusia secara teori dapat memungkinkan Moskow untuk menutupi ekspornya dengan label bahan bakar dari sumber lain. Tetapi analis meragukan, hal itu bakal mampu membujuk orang Eropa untuk membelinya.



Rusia sebelumnya memasok 40% ke pasar gas Uni Eropa , sebelum Moskow pada 24 Februari mengirim puluhan ribu pasukan ke Ukraina dalam apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus".

Sejak saat itu, Barat telah memperkenalkan sanksi menyeluruh, termasuk pada minyak dan gas Rusia. Memangkas pembelian bahan bakar yang bersumber dari Rusia dan mencari alternatif lain.



Setelah ledakan merusakan sistem pipa gas Nord Stream di bawah Laut Baltik yang mengalirkan gas Rusia ke Eropa, Putin pada bulan Oktober mengusulkan untuk mendirikan pusat gas di Turki, membangun rute selatan untuk ekspor.

Tanpa membeberkan rencananya secara spesifik, Putin mengatakan, hub dapat didirikan di Turki dengan relatif cepat, dan memperkirakan pelanggan di Eropa akan tertarik menandatangani kontrak.

Sejauh ini belum ada komitmen publik untuk melakukannya, dan analis mengatakan untuk mewujudkan rencana Putin tersebut membutuhkan waktu dan juga investasi.

"Apakah Eropa membutuhkan proyek itu, mengingat tekad negara-negara UE untuk melepaskan gas Rusia dalam waktu dekat?" tanya Alexei Gromov dari Institute for Energy and Finance Foundation yang berbasis di Moskow.

Dia juga menambahkan, tidak mungkin untuk mengkonfigurasi ulang aliran gas di dalam Uni Eropa, karena tidak ada jaringan yang terhubung dari barat laut Eropa, yang digunakan untuk mendapatkan gas melalui Nord Stream 1.

CADANGAN GAS

Ekspor Rusia ke Eropa tercatat telah menyusut hingga 43,4% pada tahun ini dan pipa TurkStream ke Turki berkontribusi jauh di bawah kapasitas tahunan 31,5 miliar meter kubik (bcm).

Analis senior di Rystad Energy, Zongqiang Luo memperkirakan, sekitar 60% dari kapasitas pipa tidak digunakan menyusul ekspor tahun ini hanya sekitar 10,6 bcm gas pada 21 November.

Luo memperkirakan akan memakan waktu setidaknya tiga hingga empat tahun untuk membangun infrastruktur baru yang tentunya bakal menelan biaya sangat mahal. "Bahkan jika pipa baru bisa dibangun, lalu siapa yang akan membeli gas itu?" tanyanya.

Sementara ada anggapan, Rusia bakal menemukan pembeli lain. Sebuah sumber menyebutkan, perusahaan raksasa gas Rusia, Gazprom diyakini akan memfasilitasi penjualan.

"Itu bukan gas Rusia, tetapi gas dari hub," kata sumber itu, yang tidak ingin disebutkan namanya karena sensitivitas masalah tersebut.

Sebuah sumber perdagangan di Eropa juga mengatakan, China telah menyalip Jepang untuk menjadi importir gas alam cair (LNG) teratas dunia pada tahun 2021. Beijing juga menjual kembali LNG Rusia, yang belum diberi label sebagai "buatan Moskow".

Dia mengatakan, ada kemungkinan pembeli di Eropa Selatan dan Timur mungkin tidak peduli dari mana LNG berasal. Melihat Eropa yang belum memberlakukan embargo pada gas Rusia, berbeda dengan minyak, Alexander Gryaznov, direktur di S&P Global Ratings, mengatakan Eropa mungkin saja bersedia membeli dari Moskow melalui mediator.

"Eropa tidak ingin menandatangani kontrak langsung dengan Federasi Rusia, tapi membeli volume gratis di pasar spot di Turki akan dapat diterima secara politis," katanya, sambil menambahkan waktu dan uang akan diperlukan untuk mendirikan pusat pasokan baru.

Alexei Grivach dari Dana Keamanan Energi Nasional yang berbasis di Moskow mengatakan, pusat pasokan baru gas Rusia itu menghadirkan peluang perdagangan. "Jika hub mulai bekerja, kemungkinan besar akan terbuka untuk semua jenis operasi swap," katanya.

HUBUNGAN RUSIA-TURKI

Putin dan Presiden Turki Tayyip Erdogan telah menjalin hubungan dekat dalam beberapa tahun terakhir, meskipun ada masa lalu kelam dibelakangnya. Di antaranya pembunuhan duta besar Rusia Andrei Karlov di Ankara pada 2016 dan jatuhnya jet Rusia oleh Turki dalam misi ke Suriah setahun sebelumnya.

Turki mengatakan, ada kemungkinan untuk memasukkan Pipa Gas Alam Trans Anatolia (TANAP), yang membawa gas alam Azeri ke perbatasan Turki, ke dalam hub yang diusulkan.

Turki dan Azerbaijan pada bulan lalu sepakat untuk menggandakan kapasitas pipa dari 16 bcm saat ini "dalam jangka pendek". Lalu pada 23 November, kepala perusahaan energi negara Gazprom dan Azeri Rusia Socar, Alexei Miller dan Rovshan Najaf bertemu di Moskow.

Baik Gazprom maupun Socar tidak memberikan rincian terkait pertemuan tersebut, tetapi bulan ini Rusia setuju untuk memasok Azerbaijan dengan 1 bcm gas di bawah kontrak jangka pendek terbaru.

Kesepakatan itu "menimbulkan beberapa kekhawatiran di pasar" tentang kemungkinan kesepakatan pertukaran gas dengan Rusia untuk mengekspor lebih banyak gas ke Eropa, diungkapkan Luo.

Dengan proposal membangun pusat gas Turki, Rusia telah kembali ke ide lama untuk menambahkan dua jalur ke pipa TurkStream yang saat ini ada untuk menggandakan kapasitas tahunannya menjadi 63 bcm.

Angka itu persis dengan volume gabungan yang dijual Rusia melalui berbagai rute ke Austria, Bulgaria, Hongaria, Italia, Serbia, Slovenia, dan Turki pada tahun 2020, menurut data Gazprom.

Rusia memasok gas pipa ke Eropa terutama melalui Ukraina dengan kecepatan lebih dari 40 juta meter kubik per hari, kurang dari setengah jumlah yang digunakan untuk menjual ke Uni Eropa.

Moskow juga mengirimkan gas ke ujung selatan Eropa timur, termasuk Hongaria, melalui TurkStream.

TurkStream disebut menelan biaya USD3.2 miliar dan pipa gas Nord Stream 2 yang tidak pernah diluncurkan melalui Laut Baltik membutuhkan USD11 miliar, dibagi antara Gazprom dan mitra baratnya.

Baik Gazprom, maupun Kremlin tidak memberikan perkiraan biaya investasi yang harus digelontorkan untuk mewujudkan ide hub Turki. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menolak berkomentar ketika ditanya oleh Reuters, soal bagaimana gas Azeri dapat digunakan di hub tersebut. Sedangkan Gazprom dan Socar belum berbicara soal hal ini.

Rusia mengajukan Turki menjadi pusat pasokan gas yang baru untuk kebutuhan ekspor ke Eropa. Langkah ini ditempuh agar bisa lepas dari sanksi Uni Eropa dan kebocoran pipa gas nord stream one.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1703 seconds (0.1#10.140)