Produksi Migas Makin Tipis, Menteri ESDM Ajak Optimalkan Energi Bersih Terbarukan

Selasa, 20 Desember 2022 - 08:11 WIB
loading...
Produksi Migas Makin...
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan, dibutuhkan perubahan sikap dan kebijakan, ketika kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG semakin besar ke depannya. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, terus mengoptimalkan produksi minyak dan gas bumi (Migas) di tengah kebutuhan yang semakin meningkat. Menurutnya dibutuhkan perubahan sikap dan kebijakan, ketika kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG semakin besar ke depannya.

"Kita harus lakukan apa, pertama kita optimalkan dulu transisi energi menuju energi bersih terbarukan. Dalam masa transisi ini kita harus optimalkan produksi sumber alam gas bumi kita dalam negeri semaksimal mungkin," kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif dalam MNC Forum LXVII (67th) Strategi dan Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Energi Terbarukan untuk Mendukung Perekonomian Nasional, Senin (19/12/2022).



Arifin mengatakan, sekarang demand dalam negeri cukup mengalami peningkatan berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan populasi penduduk. "Kita produksi domestik sendiri untuk bensin enggak banyak, tapi kita juga sekarang impor BBM juga cukup besar, juga solar dan avtur. Solar sudah mulai kita ganti biosolar yang berasal dari sumber perkebunan sawit kita juga," ujarnya.

Di sisi lain diungkapkan juga bagwa kebutuhan gas LPG juga meningkat sangat tajam, karena kebutuhan yang dikonsumsi rumah tangga. "Ini adalah tren ke depan kalau kita tidak melakulan sesuatu. Impor minyak bumi sampai tahun 2060 kita begini begini saja, kita akan impor 200 ribu barel," katanya.

"Gede, sangat, sangat besar," lanjutnya.



Menurutnya, jika tidak melalukan sesuatu, maka akan Indonesia akan terus mengimpor gas bumi. "Equivalen 443 ribu barel per equivalen," katanya.

Di sektor minyak, terjadi penurunan mencapai 5,2% dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Menurutnya hal itu disebabkan sumur-sumur minyak yang sudah tua dan adanya gangguan pada peralatan.

"Sementara demand tinggi terutama dipakai sektor transportasi, kita contoh transportasi darat pertumbuhan justru tumbuh 5% juga sementara ketersediaan minyak dalam negeri turun juga 5%. Jadi gap-nya ini makin cepat dan makin besar," ungkapnya.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1377 seconds (0.1#10.140)