Diversifikasi Bisnis, Raksasa Fotografi Ini Hadirkan Teknologi AI pada Industri Kesehatan
loading...
A
A
A
Biasanya untuk mendeteksi kanker payudara, dokter atau ahli onkologi akan menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan x-ray agar dokter dapat melakukan tindakan yang diperlukan secara optimal.
Hal itu dialami Anjani, seorang spesialis konten media sosial, seorang pasien yang didiagnosa menderita kanker payudara. Awalnya, Anjani merasakan ada yang aneh di payudara kanannya, awal tahun 2021 lalu. Anjani sempat merasa tidak ambil pusing.
Hasil tes mamografi yang tiap tahun dia lakukan selalu menunjukkan hasil negatif. Namun diakuinya, sepanjang tahun 2020 dia tidak melaksanakan tes mamografi karena terkendala pandemi Covid-19.
Namun lama kelamaan ia merasa ragu dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter onkologi. Dari dokter onkologi tersebut, dirinya diwajibkan menjalani tes mamografi untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya apakah tergolong jinak atau ganas.
Setelah tes mamografi dilakukan, diketahui bahwa benjolan di payudaranya tergolong ganas dan harus dilakukan treatment medis yang lebih intens oleh dokter bedah onkologi, yakni operasi pengangkatan (mastektomi) pada payudara kanannya.
Dari pengalaman Anjani di atas, hasil tes mamografi yang akurat tentang penggambaran sel-sel ganas yang ada dalam tubuh, akan mampu menentukan ‘kehidupan kedua’ seorang penderita kanker payudara paska operasi. Karena dari hasil tes mamografi itulah, dokter akan bisa menentukan tindakan medis selanjutnya yang perlu diambil sebelum semuanya terlambat.
Di sinilah teknologi mamografi Fujifilm berperan. Teknologi mamografi ini diakui berkontribusi dalam deteksi dini kanker payudara. Dengan teknologi mamografi ini, tenaga profesional atau ahli medis akan terbantu dalam deteksi dini kelainan pada tubuh pasien.
Tidak hanya itu, pasien akan sangat terbantu untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan akurat terkait penyakit yang dideritanya.
Tujuan inilah yang menjadi salah satu alasan Fujifilm terus meningkatkan resolusi mamografi dan mengurangi beban radiasi bagi pasien dalam menjalani tes mamografi. Usaha ini dilakukan dengan memanfaatkan pengetahuan pencitraan sinar-X dan teknologi pemrosesan gambar yang telah dikembangkan selama lebih dari 80 tahun.
Hal itu dialami Anjani, seorang spesialis konten media sosial, seorang pasien yang didiagnosa menderita kanker payudara. Awalnya, Anjani merasakan ada yang aneh di payudara kanannya, awal tahun 2021 lalu. Anjani sempat merasa tidak ambil pusing.
Hasil tes mamografi yang tiap tahun dia lakukan selalu menunjukkan hasil negatif. Namun diakuinya, sepanjang tahun 2020 dia tidak melaksanakan tes mamografi karena terkendala pandemi Covid-19.
Namun lama kelamaan ia merasa ragu dan akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter onkologi. Dari dokter onkologi tersebut, dirinya diwajibkan menjalani tes mamografi untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya apakah tergolong jinak atau ganas.
Setelah tes mamografi dilakukan, diketahui bahwa benjolan di payudaranya tergolong ganas dan harus dilakukan treatment medis yang lebih intens oleh dokter bedah onkologi, yakni operasi pengangkatan (mastektomi) pada payudara kanannya.
Dari pengalaman Anjani di atas, hasil tes mamografi yang akurat tentang penggambaran sel-sel ganas yang ada dalam tubuh, akan mampu menentukan ‘kehidupan kedua’ seorang penderita kanker payudara paska operasi. Karena dari hasil tes mamografi itulah, dokter akan bisa menentukan tindakan medis selanjutnya yang perlu diambil sebelum semuanya terlambat.
Di sinilah teknologi mamografi Fujifilm berperan. Teknologi mamografi ini diakui berkontribusi dalam deteksi dini kanker payudara. Dengan teknologi mamografi ini, tenaga profesional atau ahli medis akan terbantu dalam deteksi dini kelainan pada tubuh pasien.
Tidak hanya itu, pasien akan sangat terbantu untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan akurat terkait penyakit yang dideritanya.
Tujuan inilah yang menjadi salah satu alasan Fujifilm terus meningkatkan resolusi mamografi dan mengurangi beban radiasi bagi pasien dalam menjalani tes mamografi. Usaha ini dilakukan dengan memanfaatkan pengetahuan pencitraan sinar-X dan teknologi pemrosesan gambar yang telah dikembangkan selama lebih dari 80 tahun.
(akr)