Ekspor Bijih Bauksit Dilarang di 2023, Jokowi Proyeksi Kantongi Pendapatan Rp 70 Triliun

Selasa, 10 Januari 2023 - 18:17 WIB
loading...
Ekspor Bijih Bauksit...
Resmi melarang ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023, Presiden Jokowi memproyeksikan, akan berkontribusi terhadap pendapatan negara sekitar Rp 60 - 70 triliun. Foto/Dok BPMI Setpres/Muchlis Jr
A A A
JAKARTA - Resmi melarang ekspor bijih Bauksit mulai Juni 2023, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksikan, akan berkontribusi terhadap pendapatan negara sekitar Rp 60 - 70 triliun dalam satu tahun. Padahal jika menjualnya secara mentah, negara hanya mendapat untung sekitar Rp20 triliun.

"Bauksit kita umumkan Desember stop juga mulai Juni 2023 dan akan kita hilirisasi di dalam negeri. Tidak tahu lompatannya, tapi kurang lebih dari Rp 20 triliun menjadi Rp 60 - 70 triliun," ujar Jokowi dalam Peringatan HUT PDIP ke-50 yang disiarkan virtual, Selasa (10/1/2023).



Ditekankan oleh Presiden bahwa salah satu kunci penting Indonesia menjadi negara maju adalah melakukan hilirisasi industri. Seperti yang sudah dilakukan sebelumnya ketika Pemerintah melakukan pelarangan ekspor terhadap bijih nikel mentah.

Terbaru bauksit juga dilarang pemerintah untuk dijual secara mentah. Presiden Jokowi melihat ada potensi pendapatan negara yang lebih besar jika menjual barang jadi atau setengah jadi, ketimbang barang mentah.

Lebih lanjut Presiden Jokowi mencontohkan dari hilirisasi yang sudah dilakukan pada bijih nikel. Bahkan sejak disetop 3 tahun yang lalu, ekspor barang setengah jadi dan jadi dari bijih nikel tembus Rp 360 triliun. Padahal sebelum dilakukan hilirisasi negara hanya mendapatkan Rp 17 triliun setahunnya dari ekspor barang mentah.

"Ini memang pekerjaan yang tidak mudah, nikel di Sulawesi, Maluku, timah di Belitung, Bauksit di Kalimantan Barat, Bintan, semua harus terintegrasi, kita harap nantinya jadi ekosistem bagi kendaraan listrik," sambung Jokowi.



Menurutnya apabila pembangunan pabrik dari ekosistem kendaraan listrik telah terbentuk, maka akan menghasilkan nilai tambah yang jauh lebih besar. Dikatakan Jokowi nilainya bisa lebih besar ratusan kali lipat.

"Hilirisasi penting, jangan sampai kita sudah lebih dari 400 tahun sejak kompeni, VOC, kita masih mengirim bahan-bahan mentah kita keluar, sehingga kita tidak mendapat nilai tambah apa-apa," pungkasnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2056 seconds (0.1#10.140)