Harga Komoditas Melandai, Ekspor RI Bisa Tergerus di 2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pada tahun 2022 Indonesia meraup berkah dari melonjaknya harga komoditas . Namun, booming komoditas diproyeksikan mereda tahun ini dan tentunya berpengaruh ke kinerja ekspor RI.
Berstatus net eksportir komoditas membuat Indonesia pada tahun lalu kelimpahan rezeki berupa lonjakan ekspor hingga melambungnya penerimaan negara.
Sebagai catatan, Indonesia adalah eksportir terbesar dunia untuk batu bara thermal, produsen terbesar minyak sawit mentah atau CPO, dan penghasil terbesar nikel.
Berkah harga komoditas membuat Indonesia mampu mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 31 bulan beruntun hingga November 2022. BPS mencatat pada November surplus mencapai USD5,16 miliar. Adapun rekor surplus pada April yaitu senilai USD7,56 miliar.
Secara kumulatif Januari-November 2022 surplus neraca perdagangan menembus USD50,59 miliar. Jumlah ini melonjak dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang tercatat surplus USD34,41 miliar.
Untuk tahun ini, harga komoditas kemungkinan melandai. Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah mengatakan, meskipun harga komoditas mengalami tren penurunan namun harganya masih berada di level yang cukup tinggi.
"Harga komoditas diperkirakan akan mulai menurun di tahun 2023, walaupun secara level masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan level tahun 2018-2019 sebelum boom harga komoditas," kata Piter kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (13/1/2023).
Adapun harga komoditas seperti batu bara, mineral dan minyak kelapa sawit masih bertengger di harga yang cukup tinggi meskipun terjadi sedikit penurunan.
Piter menjelaskan, dengan adanya tren penurunan harga komoditas, maka akan berdampak pada nilai ekspor Indonesia yang juga akan turut terdegradasi. "Tetapi indonesia diyakini masih akan mengalami surplus neraca perdagangan," tukasnya.
Piter menambahkan, penurunan ekspor tersebut akan menurunkan nilai surplus perdagangan di 2023, nilainya diprediksi tidak akan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2022 lalu.
"Nilai surplus neraca perdagangan tahun 2023 akan jauh lebih rendah bila dibandingkan surplus neraca dagang tahun 2022 yang diperkirakan mencapai USD50-55 miliar," tuturnya.
Berstatus net eksportir komoditas membuat Indonesia pada tahun lalu kelimpahan rezeki berupa lonjakan ekspor hingga melambungnya penerimaan negara.
Sebagai catatan, Indonesia adalah eksportir terbesar dunia untuk batu bara thermal, produsen terbesar minyak sawit mentah atau CPO, dan penghasil terbesar nikel.
Berkah harga komoditas membuat Indonesia mampu mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 31 bulan beruntun hingga November 2022. BPS mencatat pada November surplus mencapai USD5,16 miliar. Adapun rekor surplus pada April yaitu senilai USD7,56 miliar.
Secara kumulatif Januari-November 2022 surplus neraca perdagangan menembus USD50,59 miliar. Jumlah ini melonjak dibandingkan periode yang sama tahun 2021 yang tercatat surplus USD34,41 miliar.
Untuk tahun ini, harga komoditas kemungkinan melandai. Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah mengatakan, meskipun harga komoditas mengalami tren penurunan namun harganya masih berada di level yang cukup tinggi.
"Harga komoditas diperkirakan akan mulai menurun di tahun 2023, walaupun secara level masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan level tahun 2018-2019 sebelum boom harga komoditas," kata Piter kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (13/1/2023).
Adapun harga komoditas seperti batu bara, mineral dan minyak kelapa sawit masih bertengger di harga yang cukup tinggi meskipun terjadi sedikit penurunan.
Piter menjelaskan, dengan adanya tren penurunan harga komoditas, maka akan berdampak pada nilai ekspor Indonesia yang juga akan turut terdegradasi. "Tetapi indonesia diyakini masih akan mengalami surplus neraca perdagangan," tukasnya.
Piter menambahkan, penurunan ekspor tersebut akan menurunkan nilai surplus perdagangan di 2023, nilainya diprediksi tidak akan lebih besar dibandingkan dengan tahun 2022 lalu.
"Nilai surplus neraca perdagangan tahun 2023 akan jauh lebih rendah bila dibandingkan surplus neraca dagang tahun 2022 yang diperkirakan mencapai USD50-55 miliar," tuturnya.
(ind)