Panen Tembakau di Sleman Tahun Ini Menyusut

Kamis, 02 Juli 2015 - 00:31 WIB
Panen Tembakau di Sleman Tahun Ini Menyusut
Panen Tembakau di Sleman Tahun Ini Menyusut
A A A
YOGYAKARTA - Panenan tanaman tembakau tahun ini oleh petani di Yogyakarta dan Jawa Tengah (Jateng) dipastikan menyusut dari biasanya. Karena, pada awal menanam, tak ada lagi guyuran hujan yang seharusnya dibutuhkan untuk tanaman baru.

"Kita mengalami kendala, untuk Temanggung (Jawa Tengah) dan Yogyakarta dipastikan panen tanaman pertama ini akan menyusut banyak," kata Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Sleman Suwarji, Rabu (1/7/2015).

Penanaman tembakau telah dilakukan pada akhir April hingga Juni. Dalam masa pertumbuhannya, sekitar satu bulan umur tembakau harusnya ada sedikit terkena hujan. "Agar bisa tinggi, dan maksimal tumbuhnya harus kena air. Tapi ketika menjelang panen, kalau terkena air akan rusak," tuturnya.

Sebenarnya, saat ini masih bisa diselamatkan agar tanaman tembakau bisa tumbuh baik. Namun, beberapa titik lahannya sulit menjangkau sumber air. "Kalau di daerah (Kecamatan) Ngaglik dan Ngemplak, yang jelas Sleman bagian barat itu sudah sulit air. Tapi kalau di Sleman timur, seperti Kalasan masih bisa diselamatkan," ujarnya.

Penyusutan hasil panen ini, diperkirakan akan sampai dua ton tembakau kering dalam satu hektar. Kendati demikian, masih cukup dini jika dikatakan merugi atau tidak.

"Kalau dihitung, satu hektare menghasilkan sekitar delapan ton tembakau kering, susut jadi enam ton. Tapi kalau rugi atau tidaknya belum tahu. Kan panen baru sekitar September nanti, kalau harganya tinggi ya tidak merugi," ucapnya.

Dampak fenomena El Nino, yaitu musim kemarau yang lebih kering memang akan dirasakan pada puncaknya September. "El Nino ini kan masih sekitar September puncaknya, semoga saat itu tidak terjadi hujan. Meski kecil tanamannya, tapi biasanya kualitas lebih tinggi," kata dia.

El Nino bagi dampak tanaman terhadap petani di Kabupaten Sleman, juga termasuk mereka yang mempunyai perkebunan salak. Saat puncaknya fenomena tersebut, ada beberapa daerah yang mulai melakukan panenan.

"Untuk di daerah yang berketinggian 350-400 m dpl (meter di atas permukaan laut), salak-salaknya sudah panen. Tapi, yang di atasnya atau 400-500 m dpl masih Desember-Januari panen salaknya," kata Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (DPPK) Kabupaten Sleman, Ananta.

Daerah yang tanaman salaknya panen, salah satunya berada di Kelurahan Wonokerto, Kecamatan Turi. Yang juga merupakan lahan tadah hujan. "Jika kemarau, atau ada fenomena El Nino pasti akan berpengaruh ketika panen. Seperti buahnya agak kecil dan tidak lengkap, warnanya juga tidak cerah," ujarnya.

Untuk mengantisipasi kerugian bagi petani, caranya dengan mengajak masyarakat setempat membuat aliran air. "Biasanya menggunakan pipa membuat aliran air, dari sungai ke lahan. Atau kalau tidak membuat embung-embung kecil bersama warga. Itu akan kita lakukan nanti," ucapnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6490 seconds (0.1#10.140)