BI Genjot Pertumbuhan e-Money

Kamis, 19 November 2015 - 18:10 WIB
BI Genjot Pertumbuhan e-Money
BI Genjot Pertumbuhan e-Money
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengandalkan program Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) untuk menggenjot pertumbuhan e-money atau uang elektronik. Pertumbuhan transaksi elektronik domestik saat ini belum diikuti penggunaan uang elektronik.

Kepala Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, Eni V Panggabean mengatakan, penggunaan uang elektronik terhadap transaksi nontunai baru mencapai 1%. Meskipun pertumbuhan uang elektronik mencapai 71,7% per September 2015, BI sebagai regulator sistem pembayaran akan terus mendorong gerakan nontunai khususnya uang elektronik.

“Penggunaan uang elektronik baru sekitar 1% dari total transaksi nontunai. Terbanyak itu masih didominasi oleh kartu debet, kemudian kartu kredit,” ujar Eni, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (19/11/2015).

Meski pangsa uang elektronik dibandingkan transaksi tunai masih kecil, namun dia meyakini pertumbuhan uang elektronik akan terus meningkat. Khususnya karena masyarakat semakin sadar bahwa dengan menggunakan uang elektronik maka transaksi sehari-hari lebih praktis dan cepat.

Sehingga, pertumbuhan uang elektronik jika dilihat secara bulanan jauh lebih pesat dibandingkan dengan pertumbuhan kartu debet dan kartu kredit.

“Setiap bulan pertumbuhan uang elektronik bisa mencapai 70%-100%, sedangkan kartu debet dan kartu kredit hanya tumbuh di kisaran 20%. Nilai transaksi hariannya bisa Rp15 juta setiap hari, transaksinya memang relatif kecil, Rp10 ribuan rata-rata, karena volumenya itu sekitar Rp1,4 juta tapi nominalnya bisa sampai Rp15 juta,” terangnya.

BI juga menggandeng perbankan, kegiatan usaha penukaran valuta asing, dan perusahaan pengembang inovasi jasa sistem pembayaran menggelar festival 'Cinta Non Tunai, Cinta Rupiah' pada hari ini.

Menurut BI, kegiatan ini bertujuan mendorong masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non tunai, khususnya uang elektronik.

Festival Cinta Non-Tunai, Cinta Rupiah merupakan kelanjutan dari pencanangan Gerakan Nasional Nontunai (GNNT) pada 14 Agustus 2014. Kegiatan ini adalah bagian dari pelaksanaan empat aspek utama yang menjadi sasaran GNNT, yaitu perubahan budaya masyarakat ke arah nontunai, perluasan layanan pembayaran nontunai, pengembangan infrastruktur pendukung, dan harmonisasi ketentuan.

Dia menjelaskan, pada Oktober 2015, terdapat sembilan bank yang bertindak sebagai penerbit uang elektronik dan 11 penerbit non bank. Saat ini, katanya, jumlah uang elektronik yang telah beredar mencapai lebih dari 43 juta instrumen, dengan volume transaksi sekitar 450 juta dan nilai nominal sebesar Rp4,3 triliun.

"Ini menunjukkan uang elektronik mulai digunakan oleh masyarakat Indonesia. Penggunaan uang elektronik dalam aktivitas sehari-hari banyak digunakan untuk transaksi yang nilainya relatif kecil, seperti biaya parkir, pembayaran tol dan transportasi," ujarnya.

EVP Electronic Banking Division BRI, Dicky Rozano mengatakan, pihaknya mendukung langkah yang dilakukan oleh BI. Menurutnya, pembayaran dengan kartu prabayar saat ini semakin digandrungi dan salah satu tren yang cukup diminati oleh konsumen.

"Kartu prabayar dari BRI, misalnya adalah Brizzi. Uang elektronik BRI, sarana pembayaran di merchant-merchant yang telah bekerja sama dengan kami. Saat ini sudah ada sebanyak 4 juta lebih kartu dengan total 8 juta transaksi sampai November 2015," ungkap Dicky.

Dia pun menyampaikan, kartu Brizzi dapat dimiliki oleh siapa saja, baik yang memiliki rekening BRI maupun tidak. Nilai uang di dalam kartu dapat diisi ulang (Top Up) via EDC maupun ATM.

"Pembayaran transaksi dapat dilakukan dari nominal Rp1 hingga Rp1 juta di tempat yang berlogo kartu Brizzi. Transaksi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah, tidak melakukan pembayaran dengan menggunakan uang tunai dan tidak direpotkan dengan kembalian uang recehan," terangnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8256 seconds (0.1#10.140)