Penurunan Harga BBM Berisiko bagi Ekonomi RI

Selasa, 09 Februari 2016 - 15:16 WIB
Penurunan Harga BBM Berisiko bagi Ekonomi RI
Penurunan Harga BBM Berisiko bagi Ekonomi RI
A A A
JAKARTA - Pakar ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Noer Azam Achsani mengatakan, terlalu riskan jika pemerintah memaksakan harga bahan bakar minyak (BBM) turun saat ini. Pasalnya, risiko yang harus dibayar jauh lebih mahal dibanding manfaat bagi masyarakat.

"Dari sisi ekonomi, penurunan BBM sangat berisiko. Manfaat untuk masyarakat lebih sedikit," kata Azam dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (9/2/2016). (Baca: Harga Pertamax dan Pertalite Turun Lagi).

Dia menjelaskan, dilihat dari sisi ekonomi, penurunan harga BBM tidak otomatis menurunkan harga barang. Maka, tidak serta-merta pula bisa menurunkan angka inflasi. Sebaliknya, jika suatu saat harus dinaikkan kembali, maka dipastikan akan terjadi lonjakan inflasi.

"Dalam ekonomi, harga memang cenderung tidak turun. Misalnya, kalau BBM turun hari ini, apakah harga bakso akan turun? Tidak juga. Tetapi begitu harga BBM naik kembali, maka harga bakso kemungkinan akan naik," ungkap dia.

Fenomena tersebut, menurut Azam, karena komponen BBM dalam struktur produksi barang dan jasa memang sangat kecil, hanya 7%. Artinya, jika BBM turun, memang ada peluang harga barang ikut turun, namun maksimal hanya sebesar itu.

Hal tersebut dengan catatan, terdapat ongkos produksi yang dipengaruhi BBM. Jika tidak ada pengaruhnya, maka tidak akan terdapat penurunan harga. "Apalagi kalau dengan penurunan BBM, ongkos angkut tidak turun, transportasi tidak turun, maka pengaruhnya makin kecil," terangnya.

Sebelumnya, Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara juga berpendapat, pemerintah tidak perlu buru buru menurunkan harga BBM, meski dari sisi kewajaran ketika harga minyak turun maka harga BBM juga seharusnya ikut turun.

Apalagi, lanjut dia, sudah ada kesepakatan antara pemerintah dan DPR bahwa peninjauan harga BBM dilakukan setiap tiga bulan. "Sekarang kalau ada desakan termasuk dari DPR, bagaimana dengan kesepakatan yang sudah dibuat. Kita seolah-olah berjalan tanpa rambu yang jelas, sudah ada kesepakatan bersama lalu ketika harga minyak turun muncul desakan untuk turun," jelas Marwan.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5390 seconds (0.1#10.140)