Melalui Teknologi Jalla, Industri Konstruksi Siap Hadapi MEA

Rabu, 22 Juni 2016 - 06:13 WIB
Melalui Teknologi Jalla, Industri Konstruksi Siap Hadapi MEA
Melalui Teknologi Jalla, Industri Konstruksi Siap Hadapi MEA
A A A
JAKARTA - Industri konstruksi siap berkompetisi menghdapi persaingan di Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pengembangan teknologi inovasi karya anak negeri yang mampu meningkatkan daya saing bangsa di pasar global kini terus dikembangkan.

Presiden Direktur PT Katama, Kris Suyanto pemegang paten pondasi tahan gempa konstruksi sarang laba-laba (KSLL) mengatakan teknologi Jalla (jaring laba-laba) dapat menjadi solusi percepatan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, khususnya daerah perbatasan.

“Teknologi Jalla ini dapat menjadi solusi percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya daerah perbatasan. Dan ini bisa mendukung program Jokowi-JK mempercepat pembangunan infrastruktur,” ujarnya, Selasa (21/6/2016).

Melalui infrastruktur yang kuat maka Indonesia akan mampu meningkatkan daya saing terutama dengan masuknya ke pasar global dan MEA.

Kris juga mengungkapkan untuk mewujudkan industrialisasi infrastruktur jalan beton pra cetak, pemerintah dapat memanfaatkan BUMN konstruksi yang saat ini sudah memiliki jaringan di seluruh wilayah Indonesia. Melalui industrialisasi infrastruktur jalan beton pracetak sistim Jalla maka sebanyak 90% kebutuhan konstruksi dapat dikerjakan di pabrik dan hanya 10% di lapangan.

Saat ini sudah dipetakan wilayah-wilayah di tanah air yang memenuhi syarat untuk dibangun pabrik beton pra cetak yakni memiliki banyak bahan pendukung seperti semen, besi, pasir dan lain sebagainya serta tidak terlalu jauh dari lokasi jalan yang akan dikerjakan.

"Beton pra cetak ini menggunakan sistem rangkaian (knocdown) sehingga mudah untuk dibawah menuju lokasi-lokasi yang diinginkan serta mudah dalam pekerjaannya," kata Kris

Ketua Majelis Amanah Mathla'ul Anwar, KH Irsjad Djuwaeli yang mendamping Kris Suyanto bertemu dengan Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia yang inovatif untuk meningkatkan daya saing yang dilatih.

Djuweli mengatakan Indonesia sudah memasuki MEA sehingga sudah saatnya kemampuan sumber daya manusia di daerah-daerah terus ditingkatkan agar mampu bersaing agar tidak lagi menjadi pasar negara lain.

Hal ini selaras dengan keinginan Presiden, dimana pemerataan dan percepatan pembangunan infrastruktur diharapkan menggunakan teknologi karya bangsa sendiri. Asal tau saja, teknologi Jalla ini dikembangkan bersama kalangan akademis dan Kementerian Ristek Dikti. Melalui teknologi ini telah melahirkan Helmy Darjanto, ahli sipil yang mengkhususkan diri dibidang teknologi tersebut.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3455 seconds (0.1#10.140)