Pertumbuhan Perbankan Yogyakarta Anjlok Tiga Tahun Terakhir

Sabtu, 06 Agustus 2016 - 04:35 WIB
Pertumbuhan Perbankan Yogyakarta Anjlok Tiga Tahun Terakhir
Pertumbuhan Perbankan Yogyakarta Anjlok Tiga Tahun Terakhir
A A A
YOGYAKARTA - Kondisi perbankan Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum menukik sejak tahun 2013 yang lalu. Hal ini terkait dengan kondisi perbankan nasional yang juga mengalami pertumbuhan. Jumlah aset, dana pihak ketiga, penyaluran kredit mengalami penurunan cukup drastis, sementara di satu sisi, Loan Deposit Ratio (LDR) stagnan.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Yogyakarta, Fauzi Nugroho mengakui jika kinerja perbankan di Yogyakarta mengalami perlambatan, hampir sama dengan yang terjadi secara nasional. Melemahnya perekonomian daerah dipengaruhi iklim investasi dan ekonomi global yang masih belum stabil. “Memang sejak tahun 2013 menunjukkan grafik penurunan,” ungkap Fauzi di kantornya, Jumat (5/8/2016).

Dari sisi aset misalnya, OJK mencatat jumlahnya terus mengalami penurunan sejak tahun 2013. Jika tahun 2013 lalu, pertumbuhan jumlah aset perbankan di Yogyakarta mencapai 16 %. Tahun 2014 pertumbuhan aset menurun lagi hanya sekitar 14% dan tahun 2015 menurun menjadi 10,6%. Tahun 2016, hingga akhir Mei pertumbuhan aset anjlok menjadi hanya 2,5%.

Kondisi serupa terjadi pada pertumbuhan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK). Di tahun 2013, kondisi pertumbuhan DPK Yogyakarta hampir sama dengan nasional yaitu 14%. Tahun 2014, melambat menjadi 12,3% dan tahun 2015 melambat lagi menjadi 11%. Dan hingga Mei 2016 melambat menjadi 4%.

Perlambatan lebih besar terjadi pada sisi kredit. Hingga Mei 2016, pertumbuhan kredit di Yogyakarta hanya sekitar 2,5%. Padahal, tahun 2013 lalu, pertumbuhan kredit Yogyakarta berkisar 17%, melebihi angka nasional yang di bawah 16%. Namun mulai melambat di tahun 2014 karena hanya tumbuh 16,2% meski di atas angka nasional saat sekitar 13%.

“Dan tahun 2015 pertumbuhannya terus anjlok mencapai 5,7%. Dan hingga Mei 2016 terus menurun bahkan hanya berkisar di angka 2,6% pertumbuhannya,” terangnya.

Fauzi menyebutkan, kondisi ini menunjukkan jika perbankan lebih banyak wait and see alias menahan uangnya di bank dibanding menyalurkannya dalam bentuk kredit. Perbankan terlihat sangat hati-hati dalam menyalurkan kredit mereka. Sehingga berimbas pada tingkat LDR yang terus stagnan di kisaran 60%. Dan hal ini tidak berubah sepanjang tiga tahun terakhir.

Dengan kondisi di atas, OJK menilai banyak uang-uang di Yogyakarta yang tidak mengalir ke daerah melalui berbagai mekanisme, apakah joint venture ataupun lainnya. Hanya saja, Yogyakarta sangat beruntung karena kinerja BPD Yogyakarta cukup bagus sehingga Yogyakarta tidak termasuk dalam 10 daerah yang menahan keuangan daerah di bank.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5508 seconds (0.1#10.140)