Mayoritas UKM Amerika Sebut Kebijakan Trump Lebih Bagus dari Obama

Rabu, 18 Januari 2017 - 22:32 WIB
Mayoritas UKM Amerika Sebut Kebijakan Trump Lebih Bagus dari Obama
Mayoritas UKM Amerika Sebut Kebijakan Trump Lebih Bagus dari Obama
A A A
WASHINGTON - Pada Jumat, 20 Januari 2017, Donald John Trump akan resmi menjadi Presiden Amerika Serikat. Kongres pun telah mulai mengambil tindakan mencabut Undang-undang Layanan Kesehatan era Barack Obama yang dikenal sebagai Obamacare.

Melansir dari CNBC, Rabu (18/1/2017), dalam jajak pendapat yang baru-baru ini disiarkan Manta, mayoritas small medium enterprise alias usaha kecil menengah (UKM) di AS optimistis kebijakan Trump lebih baik ketimbang Obama. Bahkan setengah dari UKM yang disurvei Manta mengaku memilih Trump dalam pemilu November lalu.

Sebanyak tujuh dari sepuluh UKM mengatakan kebijakan Trump akan berdampak positif bagi bisnis mereka. Pasalnya, kebijakan reformasi pajak, perlindungan ekonomi nasional, dan deregulasi Trump dinilai masuk akal dan menjanjikan untuk mengembalikan perekonomian Amerika yang nestapa di bawah rezim Obama.

Senada dengan itu, survei National Small Business Association (NSBA), menyatakan rata-rata UKM Amerika di era Obama mengeluarkan biaya USD83.000 atau setara Rp1,1 miliar (estimasi kurs Rp13.339/USD) dalam tahun pertama operasionalnya. Tidak hanya itu, UKM Amerika mengeluarkan rata-rata uang USD12.000 alias Rp160 juta per tahun untuk biaya regulasi, baik langsung maupun tidak langsung.

Bila mereka menolak patuh, mereka akan terkenda denda. Dan 10% dari pemilik UKM Amerika yang terkena denda, mengatakan membayar biaya denda sebesar USD30.651 alias Rp408 juta. “Apa yang disampaikan mereka tidak dilebih-lebihkan. Dampak dari beban regulasi ini membuat lebih sepertiga usaha menahan investasi bisnis mereka dan setengahnya menahan untuk mempekerjakan karyawan baru karena beban regulasi,” ujar Kepala NSBA Pedro Alfonso.

Regulasi pajak yang sederhana dan rendah bagi UKM yang ditawarkan Donald Trump membuat Main Street memiliki harapan. Main Street adalah sebutan bagi usaha kelas menengah bawah di AS, kebalikan dari Wall Steet yang merupakan julukan bagi pasar modal Amerika.

Bahkan dua pertiga dari UKM yang disurvei menyatakan, mereka ingin agar Obamacare dicabut karena tidak berguna. Mereka mengeluh BPJS ala Obama ini justru membuat biaya pelayanan kesehatan melambung, belum lagi berbelit-belitnya prosedur pelayanan. Sehingga menyulitkan perusahaan yang memiliki pegawai di bawah 50 orang.

“Sebagai usaha kecil yang mempekerjakan 20 orang, perusahaan dan karyawan kami membayar dua kali lipat untuk Obamacare dibanding asuransi sebelumnya,” kata Brad Chandler, pemilik usaha rumahan di Virginia.

Kepada survei Manta, Brad pun berharap bahwa pemerintahan Trump dapat menemukan cara untuk menurunkan premi asuransi kesehatan dalam Obamacare dan meningkatkan pelayanan kesehatan.

Sementara itu, Greg Corey, pemilik Porchlight, biro desain kreatif kecil di Atlanta, juga mengeluh soal Obamacare. “Saya bukan ahli asuransi dan memiliki waktu sedikit untuk mencari tahu soal itu (Obamacare), apalagi untuk mendaftarkan jumlah karyawan yang kurang dari sepuluh pegawai,” tulisnya di blog Manta.

Greg menambahkan sejatinya asuransi kesehatan bagi karyawan dan pemilik usaha kecil dibuat lebih mudah sehingga dapat diakses setiap individu. Meski demikian ada pula beberapa pengusaha yang tidak setuju Obamacare dicabut. Mereka ingin asuransi kesehatan masyarakat ini ditingkatkan mutu pelayanannya.

Kubu Trump sendiri mengatakan bahwa Kongres akan mengganti Obamacare dengan kebijakan asuransi kesehatan yang lebih baik dan menyeluruh. Adapun jajak pendapat yang dilakukan Manta diikuti 1.575 pemilik usaha kecil menengah di Amerika dengan periode survei 29 Desember 2016 hingga 3 Januari 2017.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.7670 seconds (0.1#10.140)