Resteel Industry Indonesia Bakal Dapat Insentif

Minggu, 01 Juni 2014 - 10:20 WIB
Resteel Industry Indonesia Bakal Dapat Insentif
Resteel Industry Indonesia Bakal Dapat Insentif
A A A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih mengkaji untuk memberikan insentif pada pabrik baja khusus (super low carbon nickel titanium special steel) milik PT Resteel Industry Indonesia di Batam.

Pasalnya, selain membangun pabrik baja, perusahaan patungan PT Shanxi Haixin and Steel Group dan PT Trinusa Group, juga membangun smelter sejenis di Tojo Una Una, Provinsi Sulawesi Tengah.

Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, pemerintah pasti akan memberikan insentif pada Resteel dan saat ini kajian tersebut masih dalam proses.

"Pasti akan kami berikan insentif. Resteel memang sudah mengajukan insentif berupa tax holiday. Selain itu, Resteel juga meminta untuk menghapus bea masuk untuk sejumlah mesin-mesinnya yang mereka impor dari Tiongkok. Sebab, mesin yang dipesan Resteel memang belum bisa dirakit di Indonesia," ujar Hidayat dalam rilisnya, Minggu (1/6/2014).

Hingga kini, pemerintah masih memilih insentif yang cocok untuk diberikan kepada Resteel. Permintaan insentif ini seiring mulai dibangunnya pabrik baja milik Resteel di Batam.

Hidayat menjelaskan, Resteel dianggap memenuhi kebutuhan baja di Indonesia. Pembangunan pabrik baja Resteel tersebut akan menjadi bagian dari subtitusi impor yang selama ini dilakukan Indonesia.

Selama ini total kebutuhan baja Indonesia lebih dari 11 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya bisa memasok lebih kurang 6 juta ton per tahun, sisanya dipenuhi melalui impor. "Nah ini bagian dari memperkecil kesenjangan dari ekspor dan impor itu," katanya.

Namun yang terpenting, lanjut Menperin, pabrik tersebut memperkenalkan proses dan teknologi baru untuk pembuatan industri baja. Pada prinsipnya Resteel menggunakan iron ore itu langsung bypass hingga ke end product, tidak melalui proses tradisional seperti pabrik baja yang lain.

"Jadi, dia langsung menjadi industri akhir yaitu baja khusus, yang ditujukan untuk kepentingan industri alutsista dan industri perkapalan," jelasnya.

Hidayat mengatakan, jika Indonesia belum banyak menyerap produk Resteel, maka perusahaan patungan tersebut akan mengambil sendiri untuk kebutuhan di Tiongkok.

"Sebenarnya, jika domestik menginginkan, ini bisa diserap semuanya untuk domestik. Tapi, karena ini heavy industry, karena kita belum bisa menyerap semua produknya, Resteel bersedia menyerap sisanya," paparnya.

Menurutnya, industri perkapalan dan alutsista di Indonesia sedang booming, tetapi hampir semua bajanya diimpor. Dengan adanya Resteel di Indonesia maka hal ini bisa digunakan sebagai subtitusi.

Sementara, Komisaris Resteel Achmad Feby Fadhillah mengakui telah mengajukan insentif kepada pemerintah melalui Menperin. "Kami minta bebas pajak hingga 50 tahun. Selain itu, seluruh mesin yang kami datangkan dari Tiongkok harus dibebaskan bea masuknya," ungkap dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3830 seconds (0.1#10.140)