Alihkan Peran Petral ke ISC, Pertamina Hemat Rp287 M
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, PT Pertamina telah memperoleh efisiensi sebesar USD22 juta atau sekitar Rp287,59 miliar (kurs Rp13.072/USD) dengan telah dilimpahkan kewenangan Petral dalam proses tender minyak ke Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina.
Seperti diketahui, kewenangan Petral untuk proses pengadaan minyak telah dilimpahkan ke unit usaha Pertamina tersebut sejak Januari 2015.
"Yang menarik kan gini, kami juga laporkan tadi bahwa dalam tiga bulan saja Pertamina melalui ISC nya dan setelah Petral berubah bentuk bukan lagi sebagai single buyer itu terjadi penghematan USD22 juta," ucapnya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/5/2015).
Menurutnya, jika ISC dapat dikelola dengan baik oleh Pertamina, maka penghematan dan manfaat yang didapatkan akan lebih besar lagi. "Belum lagi soal penghematan loses, penghematan kebocoran segala macam. Artinya, kalau unit ini dikelola dengan baik, maka yang mendapatkan manfaat adalah masyarakat. Dan kalau tiga bulan efisiensinya USD22 juta, bagaiman setahun, bagaimana kalau lima tahun." imbuh dia.
Dalam kesempatan berbeda, Sudirman mengungkapkan sejak dilimpahkan ke ISC, telah terjadi perubahan pola kerja terkait pengadaan minyak tersebut. Kini, ISC melakukan kesepakatan langsung (direct deal) dengan para pemasok.
"ISC melakukan direct deal dengan para pemasok, jadi membuka tender langsung, petral tidak lagi menjadi single buyer. Dulu kan pembelian seluruhnya lewat Petral, kemudian diserahkan kepada ISC. Sejak manajemen baru tidak begitu," jelasnya.
"Kesimpulan atau pembelajaran mereka dalam tiga bulan ini, Petral melakukan suatu price build up atau pembangunan harga dengan cara set standar begitu, sampai akhirnya ketemu diskon yang cukup signifikan," ungkap Sudirman.
Jadi, sambung dia, setiap barel minyak yang dibeli Petral dari pemasok sedianya dapat memberikan diskon mulai dari USD1 hingga USD1,5. Namun, diskon yang diperoleh manajemen lama Petral hanya 25 sen hingga 40 sen.
"Ini menyiratkan dua hal, bahwa sebetulnya ruang efisiensi itu masih terbuka lebar. Kedua, masa lalu ada kesempatan memperoleh diskon yang tidak dimanfaatkan oleh korporasi secara institusi, entah larinya ke mana, ini yang akan menjadi subyek dari investigasi," tandasnya.
Seperti diketahui, kewenangan Petral untuk proses pengadaan minyak telah dilimpahkan ke unit usaha Pertamina tersebut sejak Januari 2015.
"Yang menarik kan gini, kami juga laporkan tadi bahwa dalam tiga bulan saja Pertamina melalui ISC nya dan setelah Petral berubah bentuk bukan lagi sebagai single buyer itu terjadi penghematan USD22 juta," ucapnya di Istana Negara, Jakarta, Jumat (15/5/2015).
Menurutnya, jika ISC dapat dikelola dengan baik oleh Pertamina, maka penghematan dan manfaat yang didapatkan akan lebih besar lagi. "Belum lagi soal penghematan loses, penghematan kebocoran segala macam. Artinya, kalau unit ini dikelola dengan baik, maka yang mendapatkan manfaat adalah masyarakat. Dan kalau tiga bulan efisiensinya USD22 juta, bagaiman setahun, bagaimana kalau lima tahun." imbuh dia.
Dalam kesempatan berbeda, Sudirman mengungkapkan sejak dilimpahkan ke ISC, telah terjadi perubahan pola kerja terkait pengadaan minyak tersebut. Kini, ISC melakukan kesepakatan langsung (direct deal) dengan para pemasok.
"ISC melakukan direct deal dengan para pemasok, jadi membuka tender langsung, petral tidak lagi menjadi single buyer. Dulu kan pembelian seluruhnya lewat Petral, kemudian diserahkan kepada ISC. Sejak manajemen baru tidak begitu," jelasnya.
"Kesimpulan atau pembelajaran mereka dalam tiga bulan ini, Petral melakukan suatu price build up atau pembangunan harga dengan cara set standar begitu, sampai akhirnya ketemu diskon yang cukup signifikan," ungkap Sudirman.
Jadi, sambung dia, setiap barel minyak yang dibeli Petral dari pemasok sedianya dapat memberikan diskon mulai dari USD1 hingga USD1,5. Namun, diskon yang diperoleh manajemen lama Petral hanya 25 sen hingga 40 sen.
"Ini menyiratkan dua hal, bahwa sebetulnya ruang efisiensi itu masih terbuka lebar. Kedua, masa lalu ada kesempatan memperoleh diskon yang tidak dimanfaatkan oleh korporasi secara institusi, entah larinya ke mana, ini yang akan menjadi subyek dari investigasi," tandasnya.
(izz)