Pemerintah Perlu Antisipasi Lonjakan Pengangguran
A
A
A
SEMARANG - Lonjakan jumlah pengangguran di Jawa Tengah, pasca kelulusan sekolah menengah atas (SMA) sederajat harus diantisipasi pemerintah. Sebab, tidak semua lulusan SMA melanjutkan ke perguruan tinggi.
“Setelah kelulusan sekolah nanti, pengangguran pasti akan meningkat dengan lulusan sebanyak ratusan ribu orang. Ini berpotensi menciptakan pengangguran baru. Karena tidak semua melanjutkan ke perguruan tinggi. Pemerintah harus menangkap siklus ini,” ujar anggota Komisi E DPRD Jateng, Zen Adv, Senin (18/5/2015).
Politikus PKB Jateng ini mengatakan, untuk alumnus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) optimistis akan terserap lapangan kerja, karena saat ini ada program vokasi. Semua SMK sudah membangun jaringan dengan pusat pelatihan baik di kabupaten/kota mupun provinsi.
“Harapannya yang tdak melanjutkan perguruan tinggi bisa bekerja di sektor formal perusahaan. Kalau yang tidak bekerja bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,” ungkap Zen.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, lulusan SMK yang terserap sektor formal mencapai 93%. Sementara sisanya masuk sektor informal.
Permasalahannya, lanjut Zen, adalah siswa lulusan lulusan SMA dan Madrasah Aliyah (MA), sebagaimana tahun sebelumnya, tingkat melanjutkan ke perguruan tinggi di bawah 50%. “Artinya masih banyak lulusan yang bingung mau dibawa kemana. Mereka tidak punya kompetensi khusus. Ini dikhawatirkan muncul pengangguran baru dan menambah angka kemiskinan,” imbuhnya.
Sebab itu, Zen mengimbau kepada Dinas Pendidikan maupun Kementerian Agama Jateng agar mendata secara jelas alumninya. Data tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan menjadi pengangguran baru.
“Setelah kelulusan sekolah nanti, pengangguran pasti akan meningkat dengan lulusan sebanyak ratusan ribu orang. Ini berpotensi menciptakan pengangguran baru. Karena tidak semua melanjutkan ke perguruan tinggi. Pemerintah harus menangkap siklus ini,” ujar anggota Komisi E DPRD Jateng, Zen Adv, Senin (18/5/2015).
Politikus PKB Jateng ini mengatakan, untuk alumnus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) optimistis akan terserap lapangan kerja, karena saat ini ada program vokasi. Semua SMK sudah membangun jaringan dengan pusat pelatihan baik di kabupaten/kota mupun provinsi.
“Harapannya yang tdak melanjutkan perguruan tinggi bisa bekerja di sektor formal perusahaan. Kalau yang tidak bekerja bisa melanjutkan ke perguruan tinggi,” ungkap Zen.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, lulusan SMK yang terserap sektor formal mencapai 93%. Sementara sisanya masuk sektor informal.
Permasalahannya, lanjut Zen, adalah siswa lulusan lulusan SMA dan Madrasah Aliyah (MA), sebagaimana tahun sebelumnya, tingkat melanjutkan ke perguruan tinggi di bawah 50%. “Artinya masih banyak lulusan yang bingung mau dibawa kemana. Mereka tidak punya kompetensi khusus. Ini dikhawatirkan muncul pengangguran baru dan menambah angka kemiskinan,” imbuhnya.
Sebab itu, Zen mengimbau kepada Dinas Pendidikan maupun Kementerian Agama Jateng agar mendata secara jelas alumninya. Data tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan menjadi pengangguran baru.
(dmd)