Ekspor Jepang Melonjak Lampaui Perkiraan
A
A
A
TOKYO - Ekspor April Jepang melonjak 8,0% dari tahun sebelumnya, melampaui perkiraan sebesar 6,4%, menunjukkan pemulihan bertahap pada permintaan luar negeri.
Namun impor turun lebih dari yang diharapkan menjadi 4,2% , dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 1,5%.
Akibatnya neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 53,4 miliar yen atau setara USD439,3 miliar, dibandingkan estimasi sebesar 318,9 miliar yen. Pada Maret, neraca perdagangan mengalami surplus pertama sejak Juni 2012.
Setelah rilis data perdagangan, nilai tukar yen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperdagangkan tidak berubah, pada level 121,55. Sementara bursa Nikkei dibuka mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun terakhir.
Rilis ini setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan target inflasi Bank of Japan (BOJ) sebesar 2% terlalu optimistis. IMF juga mendesak Jepang mempercepat upaya reformasi fiskal dan bukan mengandalkan koreksi yen.
Bank Sentral Jepang (BOJ) mengejar target inflasi 2% pada September 2016. Indeks harga konsumen inti Jepang (CPI) untuk Maret naik 2,2% dari tahun sebelumnya, tetapi tidak termasuk efek dari kenaikan pajak penjualan konsumsi pada April 2014, dan indeks harga konsumen (CPI) naik 0,2%.
"Angka ekspor memperkuat pandangan kami bahwa komponen pertumbuhan Jepang mulai membaik. Proses reformasi struktural jelas akan sulit dan lambat, tapi kami memperkirakan bahwa ekspor akan 33% dari pertumbuhan Jepang (dari saat ini 29%) hingga 2019," kata Direktur Macquarie Private Wealth Martin Lakos seperti dikutip dari CNBC, Senin (25/5/2015).
Fokus saat ini apakah dalam waktu dekat Jepang akan kembali ke defisit perdagangan secara permanen. Sementara pada Maret, Jepang mencatat surplus perdagangan pertama dalam tiga tahun.
Sementara itu, ekonomi Jepang terus pulih dari resesi dipicu oleh kenaikan pajak konsumsi di April 2014. Rabu lalu, data pemerintah menunjukkan bahwa ekonomi Jepang tumbuh pada laju tercepat dalam setahun.
Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 2,4% pada kuartal sebelumnya, mengalahkan konsensus ekonom seebsar 1,5%. Secara kuartalan, PDB tumbuh 0,6% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sedangkan pada kuartal IV tahun lalu, ekonomi tumbuh 1,5%.
Namun impor turun lebih dari yang diharapkan menjadi 4,2% , dibandingkan dengan ekspektasi sebesar 1,5%.
Akibatnya neraca perdagangan mengalami defisit sebesar 53,4 miliar yen atau setara USD439,3 miliar, dibandingkan estimasi sebesar 318,9 miliar yen. Pada Maret, neraca perdagangan mengalami surplus pertama sejak Juni 2012.
Setelah rilis data perdagangan, nilai tukar yen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperdagangkan tidak berubah, pada level 121,55. Sementara bursa Nikkei dibuka mencapai level tertinggi baru dalam 15 tahun terakhir.
Rilis ini setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan target inflasi Bank of Japan (BOJ) sebesar 2% terlalu optimistis. IMF juga mendesak Jepang mempercepat upaya reformasi fiskal dan bukan mengandalkan koreksi yen.
Bank Sentral Jepang (BOJ) mengejar target inflasi 2% pada September 2016. Indeks harga konsumen inti Jepang (CPI) untuk Maret naik 2,2% dari tahun sebelumnya, tetapi tidak termasuk efek dari kenaikan pajak penjualan konsumsi pada April 2014, dan indeks harga konsumen (CPI) naik 0,2%.
"Angka ekspor memperkuat pandangan kami bahwa komponen pertumbuhan Jepang mulai membaik. Proses reformasi struktural jelas akan sulit dan lambat, tapi kami memperkirakan bahwa ekspor akan 33% dari pertumbuhan Jepang (dari saat ini 29%) hingga 2019," kata Direktur Macquarie Private Wealth Martin Lakos seperti dikutip dari CNBC, Senin (25/5/2015).
Fokus saat ini apakah dalam waktu dekat Jepang akan kembali ke defisit perdagangan secara permanen. Sementara pada Maret, Jepang mencatat surplus perdagangan pertama dalam tiga tahun.
Sementara itu, ekonomi Jepang terus pulih dari resesi dipicu oleh kenaikan pajak konsumsi di April 2014. Rabu lalu, data pemerintah menunjukkan bahwa ekonomi Jepang tumbuh pada laju tercepat dalam setahun.
Produk domestik bruto (PDB) tumbuh 2,4% pada kuartal sebelumnya, mengalahkan konsensus ekonom seebsar 1,5%. Secara kuartalan, PDB tumbuh 0,6% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Sedangkan pada kuartal IV tahun lalu, ekonomi tumbuh 1,5%.
(rna)