Pertumbuhan Simpanan Masyarakat di Bank pada April Melambat

Sabtu, 06 Juni 2015 - 10:37 WIB
Pertumbuhan Simpanan Masyarakat di Bank pada April Melambat
Pertumbuhan Simpanan Masyarakat di Bank pada April Melambat
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan simpanan masyarakat di bank (dana pihak ketiga/DPK) pada April 2015 melambat. Pertumbuhan DPK April tercatat hanya sebesar 14,5% (year on year /yoy), melambat dari 16,3% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, turunnya pertumbuhan DPK tersebut terutama bersumber dari simpanan dalam rupiah yang tumbuh melambat dari 15,4% (yoy) menjadi 12,9%. Penurunan terdalam terutama terjadi pada giro rupiah yang tumbuh 9,9% (yoy), melambat dari 18,6% (yoy) ada bulan sebelumnya.

”Namun, perlambatan DPK tersebut masih dapat ditahan oleh meningkatnya simpanan dalam valas yang tumbuh 23% (yoy), naik dari 21,5% (yoy) pada bulan sebelumnya,” ujar Tirta di Jakarta kemarin. Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menambahkan, perlambatan DPK juga dikarenakan konsumen memiliki banyak pilihan untuk menyimpan dana mereka.

”Artinya, jika semua dimasukkan ke perbankan, ya mungkin kita juga melihat produk-produk lain yang juga memiliki imbal hasil yang lebih menarik, misalnya di pasar modal atau surat-surat berharga,” ujarnya. Halim menambahkan, ada beberapa konsumen yang tertarik untuk bermain valas.

Oleh karena itu, masyarakat jangan terlalu khawatir melihat situasi seperti sekarang ini. Pasalnya, hambatan tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di luar negeri. Di sisi lain, terkait dengan perkembangan nilai tukar rupiah, BI akan terus memantau perkembangan dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, serta melihat perkembangan kondisi luar negeri dan kondisi dalam negeri.

”Pergerakan yang sekarang kita amati ini adalah pergerakan pasar dan tergantung dengan sentimennya seperti apa,” ujarnya. Menurut Halim, memang beberapa hari terakhir ini sentimen agak memburuk dikarenakan pengaruh dari pernyataan bank sentral Amerika dan negosiasi yang tidak begitu menggembirakan mengenai utang Yunani.

Sehingga, faktor ini yang mendorong rupiah agak tertekan, ditambah lagi pada akhir Mei 2015 lalu kebutuhan valas naik untuk kebutuhan membayar utang. ”Saya kira seluruh dunia sedang memantau isu-isu terutama yang terkait dengan kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga. Kita lihat faktor- faktor fundamental ekonomi Amerika terus menunjukkan perbaikan,” tandasnya.

BI juga mencatat, pada April 2015 pertumbuhan uang beredar luas (M2) mengalami perlambatan dibanding bulan sebelumnya. Posisi M2 pada April hanya Rp4.274,9 triliun, tumbuh 14,9% (yoy), melambat dibandingkan Maret 2015 yang tumbuh sebesar 16,3% (yoy). Tirta Segara mengatakan, perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi.

”Uang beredar sempit dan uang kuasi masing-masing tumbuh 9% (yoy) dan 16,7% (yoy), melambat dari 12,2% (yoy) dan 17,6% (yoy) pada bulan sebelumnya,” ujarnya. Faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan uang beredar luas adalah kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat yang tecermin dari turunnya pertumbuhan tagihan bersih dari 38,2% (yoy) menjadi 32,9% (yoy).

Tirtamenilai, kontraksikeuangan pemerintah pusat tersebut sejalan dengan program intensifikasi pajak untuk meningkatkan penerimaan negara. ”Di sisi lain, belanja pemerintah masih relatif rendah terkait realisasi pembiayaan proyek yang diprakirakan mulai meningkat pada Mei 2015,” pungkasnya.

Kunthi fahmar sandy
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7766 seconds (0.1#10.140)