Bisnis Perumahan Menengah-Atas Lebih Berkembang
A
A
A
SEMARANG - Meski secara keseluruhan penjualan perumahan pada tahun ini mengalami penurunan, bisnis properti kelas menangah-atas di Kota Semarang, Jawa Tengah justru berkembang. Hal ini seiring semakin sempitnya bisnis untuk perumahan kecil.
Ketua DPD REI Jateng MR Priyanto mengatakan, Kota Semarang masih memiliki daya tarik yang bisa membuat orang ingin tinggal. Daya tarik tersebut, seperti banyaknya fasilitas pendidikan dan universitas yang bagus. Selain itu, kemacetan lalu lintas di Semarang belum begitu padat seperti di kota besar lain.
“Perkembangan Kota Semarang sangat memadai, dengan stabilitas keamanan dan politik. Harga tanah juga belum begitu mahal dibandingkan dengan kota besar lainnya, seperti Yogyakarta dan Surabaya,” ujarnya, Minggu (7/6/2015).
Dia menuturkan, meski saat ini di Kota Semarang sudah tidak memungkinkan untuk pembangunan rumah bersubsidi, namun masih sangat memungkinkan untuk pembangunan perumahan menengah atas. "Di Semarang yang masih prospektif ada di Semarang Selatan, Semarang Timur dan Semarang Barat,” imbuh Priyanto.
Dia mengungkapkan, sebenarnya daerah-daerah, seperti Mijen, Ngaliyan, dan Gunungpati sangat prospektif karena banyak lahan kosong. Namun, untuk kawasan tersebut masih terkendal aturan tata ruang, karena tiga wilayah tersebut wilayah tadah hujan.
“Di tiga wilayah itu terkendala aturan perbandingan antara rumah yang dibangun dan fasilitas yang disediakan harus 40%:60%. Padahal untuk daerah lainnya pada umumnya 60% lahan untuk perumahan dan 40% untuk fasilitas umum,” jelasnya.
Priyanto menyebutkan, salah satu yang cukup prospektif adalah wilayah Semarang Barat, kawasan Simongan. Di kawasan tersebut masih banyak lahan kosong, dan dekat dengan kota.
Untuk di Simongan, lanjut dia, sebelum ada aturan tata ruang terakhir untuk kawasan industri. Tapi sesuai tata ruang terkini, kawasan di Simongan bisa direlokasi sehingga akan bagus untuk pemukiman.
Hal senada disampaikan, Ketua Bidang Promosi dan Publikasi DPD REI Jateng, Dibya K Hidayat. Dia menuturkan, Kota Semarang saat ini hanya bisa dibangun untuk rumah-rumah kelas menengah ke atas. “Oleh karena itu banyak pengembang perumahan tipe kecil saat ini sudah mulai beralih ke pengembangan perumahan yang tipe lebih besar,” ungkapnya.
Ketua DPD REI Jateng MR Priyanto mengatakan, Kota Semarang masih memiliki daya tarik yang bisa membuat orang ingin tinggal. Daya tarik tersebut, seperti banyaknya fasilitas pendidikan dan universitas yang bagus. Selain itu, kemacetan lalu lintas di Semarang belum begitu padat seperti di kota besar lain.
“Perkembangan Kota Semarang sangat memadai, dengan stabilitas keamanan dan politik. Harga tanah juga belum begitu mahal dibandingkan dengan kota besar lainnya, seperti Yogyakarta dan Surabaya,” ujarnya, Minggu (7/6/2015).
Dia menuturkan, meski saat ini di Kota Semarang sudah tidak memungkinkan untuk pembangunan rumah bersubsidi, namun masih sangat memungkinkan untuk pembangunan perumahan menengah atas. "Di Semarang yang masih prospektif ada di Semarang Selatan, Semarang Timur dan Semarang Barat,” imbuh Priyanto.
Dia mengungkapkan, sebenarnya daerah-daerah, seperti Mijen, Ngaliyan, dan Gunungpati sangat prospektif karena banyak lahan kosong. Namun, untuk kawasan tersebut masih terkendal aturan tata ruang, karena tiga wilayah tersebut wilayah tadah hujan.
“Di tiga wilayah itu terkendala aturan perbandingan antara rumah yang dibangun dan fasilitas yang disediakan harus 40%:60%. Padahal untuk daerah lainnya pada umumnya 60% lahan untuk perumahan dan 40% untuk fasilitas umum,” jelasnya.
Priyanto menyebutkan, salah satu yang cukup prospektif adalah wilayah Semarang Barat, kawasan Simongan. Di kawasan tersebut masih banyak lahan kosong, dan dekat dengan kota.
Untuk di Simongan, lanjut dia, sebelum ada aturan tata ruang terakhir untuk kawasan industri. Tapi sesuai tata ruang terkini, kawasan di Simongan bisa direlokasi sehingga akan bagus untuk pemukiman.
Hal senada disampaikan, Ketua Bidang Promosi dan Publikasi DPD REI Jateng, Dibya K Hidayat. Dia menuturkan, Kota Semarang saat ini hanya bisa dibangun untuk rumah-rumah kelas menengah ke atas. “Oleh karena itu banyak pengembang perumahan tipe kecil saat ini sudah mulai beralih ke pengembangan perumahan yang tipe lebih besar,” ungkapnya.
(dmd)