Menperin Targetkan Kemandirian Produksi Industri TIK
A
A
A
JAKARTA - Peta jalan (road map) pengembangan industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menargetkan kemandirian produksi perangkat keras dan konten.
Sejak 2011-2015, tengah dipacu industri manufaktur dan komponen perangkat TIK yang mendukung pembangunan infrastruktur. Termasuk berkembangnya industri animasi, konten dan aplikasi untuk pasar dalam negeri dan berkembangnya produk-produk pendukung wireless communication.
"Hingga saat ini, sudah ada tujuh pelaku usaha yang telah mendirikan industrinya di dalam negeri dan tiga pelaku usaha juga sedang mempersiapkan pendirian industri," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin dalam acara Indonesia Green Infratructure Summit di Jakarta, Selasa (9/7/2015).
Pengembangan ini diharapkan dapat mendukung tumbuh kembangnya industri TIK nasional. Kemenperin sendiri telah menetapkan program Quick Win yang juga mencanangkan terbangunnya lima pusat industri berbasis TIK di Jawa-Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
"Pembangunan pusat-pusat tersebut disarankan dapat menggunakan green technology atau low carbon technology," ujarnya.
Di menuturkan, dipacunya industri strategis ini lantaran Indonesia berkelit dari tingkat impor yang masih jauh lebih tinggi dibanding ekspor. Sebab itu, Kemenperin mendorong TIK, perangkat lunak dan konten multimedia.
"Salah satunya dengan mewajibkan importir untuk mendirikan industrinya di dalam negeri dengan jangka waktu paling lama tiga tahun," tegas Menperin.
Pada fase berikutnya pada 2016-2020, sasarannya adalah industri manufaktur dan komponen perangkat TIK dalam negeri mampu memenuhi pasar domestik dan menjadi basis produksi untuk pasar regional dan berkembangnya peran industri konten dan aplikasi di dalam negeri dan regional.
Selanjutnya mulai 2021 sampai 2025, produk animasi, konten dan aplikasi dipacu agar berdaya saing tinggi di pasar global dan industri manufaktur, serta komponen perangkat TIK nasional telah mampu bersaing di pasar ekspor.
Infrastruktur Hijau
Pada automotif, di tahun 2015, industri nasional difokuskan kepada pengembangan multi purpose vehicle (MPV), truk dengan kapasitas hingga 24 ton, sport utility vehicle (SUV) dan sedan kecil yang ramah lingkungan serta hemat BBM. Seluruhnya juga didukung oleh industri mesin dan komponen domestik.
Menperin Saleh Husin menekankan, investasi hijau di bidang transportasi dan TIK sangat dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya infrastruktur hijau di Indonesia. Untuk itu, diperlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla yang hadir membuka acara tersebut mengungkapkan kebutuhan investasi yang tinggi untuk mengembangkan infrastruktur hijau. "Maka, diharapkan ada kerja sama dan kemitraan investasi dengan lembaga keuangan," ujarnya.
Sementara itu, World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati menegaskan pertumbuhan harus bersifat inklusif dan ramah lingkungan secara berkelanjutan. Merujuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), antara 2010-2014, total investasi PMA yang termasuk kelompok usaha 'hijau' sebesar USD26,81 miliar dan PMDN Rp139 triliun.
Sejak 2011-2015, tengah dipacu industri manufaktur dan komponen perangkat TIK yang mendukung pembangunan infrastruktur. Termasuk berkembangnya industri animasi, konten dan aplikasi untuk pasar dalam negeri dan berkembangnya produk-produk pendukung wireless communication.
"Hingga saat ini, sudah ada tujuh pelaku usaha yang telah mendirikan industrinya di dalam negeri dan tiga pelaku usaha juga sedang mempersiapkan pendirian industri," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin dalam acara Indonesia Green Infratructure Summit di Jakarta, Selasa (9/7/2015).
Pengembangan ini diharapkan dapat mendukung tumbuh kembangnya industri TIK nasional. Kemenperin sendiri telah menetapkan program Quick Win yang juga mencanangkan terbangunnya lima pusat industri berbasis TIK di Jawa-Bali, Sumatera, dan Sulawesi.
"Pembangunan pusat-pusat tersebut disarankan dapat menggunakan green technology atau low carbon technology," ujarnya.
Di menuturkan, dipacunya industri strategis ini lantaran Indonesia berkelit dari tingkat impor yang masih jauh lebih tinggi dibanding ekspor. Sebab itu, Kemenperin mendorong TIK, perangkat lunak dan konten multimedia.
"Salah satunya dengan mewajibkan importir untuk mendirikan industrinya di dalam negeri dengan jangka waktu paling lama tiga tahun," tegas Menperin.
Pada fase berikutnya pada 2016-2020, sasarannya adalah industri manufaktur dan komponen perangkat TIK dalam negeri mampu memenuhi pasar domestik dan menjadi basis produksi untuk pasar regional dan berkembangnya peran industri konten dan aplikasi di dalam negeri dan regional.
Selanjutnya mulai 2021 sampai 2025, produk animasi, konten dan aplikasi dipacu agar berdaya saing tinggi di pasar global dan industri manufaktur, serta komponen perangkat TIK nasional telah mampu bersaing di pasar ekspor.
Infrastruktur Hijau
Pada automotif, di tahun 2015, industri nasional difokuskan kepada pengembangan multi purpose vehicle (MPV), truk dengan kapasitas hingga 24 ton, sport utility vehicle (SUV) dan sedan kecil yang ramah lingkungan serta hemat BBM. Seluruhnya juga didukung oleh industri mesin dan komponen domestik.
Menperin Saleh Husin menekankan, investasi hijau di bidang transportasi dan TIK sangat dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya infrastruktur hijau di Indonesia. Untuk itu, diperlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla yang hadir membuka acara tersebut mengungkapkan kebutuhan investasi yang tinggi untuk mengembangkan infrastruktur hijau. "Maka, diharapkan ada kerja sama dan kemitraan investasi dengan lembaga keuangan," ujarnya.
Sementara itu, World Bank Group Managing Director, Sri Mulyani Indrawati menegaskan pertumbuhan harus bersifat inklusif dan ramah lingkungan secara berkelanjutan. Merujuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), antara 2010-2014, total investasi PMA yang termasuk kelompok usaha 'hijau' sebesar USD26,81 miliar dan PMDN Rp139 triliun.
(dmd)