Krisis Yunani Tekan Ekspor Mebel
A
A
A
JAKARTA - Krisis Yunani memiliki dampak cukup besar bagi pengusaha-pengusaha berbasis ekspor. Salah satunya adalah pelaku industri mebel.
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) mengungkapkan, meski permintaan mebel ke Yunani tergolong kecil, tetapi dampak yang diterima secara global sudah terasa. Penurunan ekspor mencapai 5%.
“Kasus Yunani merupakan persoalan likuiditas, ada pengaruh daya beli yang dialami,” ujar Ketua AMKRI Jatim, Nur Cahyadi, Kamis (2/7/2015).
Dia mengatakan, saat ini kondisi perekonomian secara internasional tidak mendukung dipicu krisis Yunani dan perekonomian Amerika yang melambat. Bahkan, semua perusahaan dan ritel juga mengalami penurunan.
Dampak yang terjadi (di Yunani) cukup terasa, apalagi ekspor mebel dilakukan ke Eropa, seperti Jerman, Rusia, dan Italia sekitar 30%. Kemudian Amerika sebesar 35%, dan sisanya ke negara-negara lain.
“Secara keseluruhan penurunan sebesar 5%. Bagi kami sangat terasa. Karena barang yang kami ekspor sebesar 70%, sedangkan domestik 30%. Artinya, kondisi perekonomian juga menjadi penentu,” jelas Cahyadi.
Fakta tersebut juga didukung kondisi perekonomian Indonesia, di mana nilai tukar rupiah terus merosot. Apalagi, pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan aturan dalam melakukan transaksi memakai rupiah. Padahal, rupiah terus melemah yang mengakibatkan pengusaha tidak berdaya.
Baca juga:
Yunani Jadi Negara Maju Pertama Default Utang ke IMF
Indonesia Bisa Belajar Ini dari Yunani
Dana JHT Diambil 10 Tahun, BPJS Bikin Rakyat Sengsara
Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI) mengungkapkan, meski permintaan mebel ke Yunani tergolong kecil, tetapi dampak yang diterima secara global sudah terasa. Penurunan ekspor mencapai 5%.
“Kasus Yunani merupakan persoalan likuiditas, ada pengaruh daya beli yang dialami,” ujar Ketua AMKRI Jatim, Nur Cahyadi, Kamis (2/7/2015).
Dia mengatakan, saat ini kondisi perekonomian secara internasional tidak mendukung dipicu krisis Yunani dan perekonomian Amerika yang melambat. Bahkan, semua perusahaan dan ritel juga mengalami penurunan.
Dampak yang terjadi (di Yunani) cukup terasa, apalagi ekspor mebel dilakukan ke Eropa, seperti Jerman, Rusia, dan Italia sekitar 30%. Kemudian Amerika sebesar 35%, dan sisanya ke negara-negara lain.
“Secara keseluruhan penurunan sebesar 5%. Bagi kami sangat terasa. Karena barang yang kami ekspor sebesar 70%, sedangkan domestik 30%. Artinya, kondisi perekonomian juga menjadi penentu,” jelas Cahyadi.
Fakta tersebut juga didukung kondisi perekonomian Indonesia, di mana nilai tukar rupiah terus merosot. Apalagi, pemerintah memutuskan untuk mengeluarkan aturan dalam melakukan transaksi memakai rupiah. Padahal, rupiah terus melemah yang mengakibatkan pengusaha tidak berdaya.
Baca juga:
Yunani Jadi Negara Maju Pertama Default Utang ke IMF
Indonesia Bisa Belajar Ini dari Yunani
Dana JHT Diambil 10 Tahun, BPJS Bikin Rakyat Sengsara
(dmd)