Sofyan: Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% Realistis
A
A
A
JAKARTA - Menko Perekonomian Sofyan Djalil menyatakan, pemerintah dalam hal ini menteri keuangan telah merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi 5,2%. Penurunan target tersebut dinilainya realistis.
Menurut Sofyan, jika dipaksakan proyeksi 5,7% merupakan langkah yang terlalu optimistis. Proyeksi angka terbaru bercermin pada kondisi dunia saat ini.
"Saya pikir kalau kita lihat seluruh dunia merevisi ke bawah, China bahkan dari 7% ke 6,5%. Ekonomi dunia 3,5% jadi 2,9%. Di berbagai negara merevisi ke bawah. Oleh karena itu, supaya lebih realistis, kalau ditempatkan 5,7% itu terlalu optimis. Jadi, akan lebih realistis," ujarnya di Jakarta, Jumat (3/7/2015)
Meskispun banyak ekonom yang menyatakan, tidak akan sampai 5,2%, namun Sofyan yakin angka itu akan tercapai. Jika lebih dari itu, baru akan sulit.
"Insya Allah bisa tercapai. Sulit memang, karena eksternal enggak bisa kita kontrol. Harga komoditas sulit banget sekarang. Batubara, nikel, apalagi kita larang ekspor harus hilirisasi. Harga karet, timah jatuh dari Rp26 ribu tinggal 14 ribu. Semua komoditas jatuh. Ekspor ke luar negeri juga sulit karena pertumbuhannya enggak tinggi. Jadi, harus kita kuatkan demand di dalam negeri," pungkasnya.
Baca: Optimisme Masyarakat terhadap Ekonomi RI Menurun
Menurut Sofyan, jika dipaksakan proyeksi 5,7% merupakan langkah yang terlalu optimistis. Proyeksi angka terbaru bercermin pada kondisi dunia saat ini.
"Saya pikir kalau kita lihat seluruh dunia merevisi ke bawah, China bahkan dari 7% ke 6,5%. Ekonomi dunia 3,5% jadi 2,9%. Di berbagai negara merevisi ke bawah. Oleh karena itu, supaya lebih realistis, kalau ditempatkan 5,7% itu terlalu optimis. Jadi, akan lebih realistis," ujarnya di Jakarta, Jumat (3/7/2015)
Meskispun banyak ekonom yang menyatakan, tidak akan sampai 5,2%, namun Sofyan yakin angka itu akan tercapai. Jika lebih dari itu, baru akan sulit.
"Insya Allah bisa tercapai. Sulit memang, karena eksternal enggak bisa kita kontrol. Harga komoditas sulit banget sekarang. Batubara, nikel, apalagi kita larang ekspor harus hilirisasi. Harga karet, timah jatuh dari Rp26 ribu tinggal 14 ribu. Semua komoditas jatuh. Ekspor ke luar negeri juga sulit karena pertumbuhannya enggak tinggi. Jadi, harus kita kuatkan demand di dalam negeri," pungkasnya.
Baca: Optimisme Masyarakat terhadap Ekonomi RI Menurun
(dmd)