Pertumbuhan Uang Beredar Kembali Melambat
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan uang beredar luas (M2) kembali mengalami perlambatan dibanding bulan sebelumnya.
Posisi uang beredar luas pada akhir Mei 2015 tercatat Rp4.287,7 triliun atau tumbuh 13,4% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan April 2015 (14,9%;yoy).
Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs mengatakan, perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi yang masing-masing tumbuh 8,2% (yoy) dan 15,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (9,0% dan 16,7%;yoy).
"Turunnya pertumbuhan uang beredar sempit terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan simpanan giro rupiah," kata Peter di Jakarta, Sabtu (4/7/2015).
Sementara penurunan uang kuasi dipicu turunnya pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito (rupiah dan valas). Selain itu, kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat (Pempus) juga menjadi faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan uang beredar.
Peter menyebutkan, operasi keuangan pemerintah pusat masih mengalami kontraksi yang tercermin dari turunnya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dari 32,9% (yoy) menjadi 25,5% (yoy).
"Kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat tersebut sejalan dengan meningkatnya penerimaan negara terutama berupa pajak," paparnya.
Baca juga:
Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar April Melambat
Inflasi dan Intervensi BI Penyebab Uang Beredar Naik
Posisi uang beredar luas pada akhir Mei 2015 tercatat Rp4.287,7 triliun atau tumbuh 13,4% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan April 2015 (14,9%;yoy).
Direktur Departemen Komunikasi BI, Peter Jacobs mengatakan, perlambatan tersebut bersumber dari komponen uang beredar sempit (M1) dan uang kuasi yang masing-masing tumbuh 8,2% (yoy) dan 15,1% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan periode sebelumnya (9,0% dan 16,7%;yoy).
"Turunnya pertumbuhan uang beredar sempit terutama disebabkan melambatnya pertumbuhan simpanan giro rupiah," kata Peter di Jakarta, Sabtu (4/7/2015).
Sementara penurunan uang kuasi dipicu turunnya pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito (rupiah dan valas). Selain itu, kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat (Pempus) juga menjadi faktor yang memengaruhi perlambatan pertumbuhan uang beredar.
Peter menyebutkan, operasi keuangan pemerintah pusat masih mengalami kontraksi yang tercermin dari turunnya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dari 32,9% (yoy) menjadi 25,5% (yoy).
"Kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat tersebut sejalan dengan meningkatnya penerimaan negara terutama berupa pajak," paparnya.
Baca juga:
Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar April Melambat
Inflasi dan Intervensi BI Penyebab Uang Beredar Naik
(dmd)