TPID Fokus pada Distribusi dan Ketersediaan Barang
A
A
A
JAKARTA - Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) berupaya mengendalikan inflasi selama bulan puasa hingga Lebaran dengan memfokuskan pada pengelolaan ekspektasi inflasi, ketersediaan barang, dan kelancaran distribusi.
Melalui upaya tersebut, keterjangkauan harga barang-barang bagi masyarakat dapat dipastikan. Asisten Deputi Moneter Neraca Pembayaran dan Perluasan Kesempatan Kerja Kemenko Perekonomian Edi Prambudi mengatakan, pengelolaan ekspektasi inflasi terutama dilakukan melalui peningkatan intensitas komunikasi kepada masyarakat, khususnya mengenai ketersediaan barang di daerah.
Sementara, pengelolaan ketersediaan barang dilakukan melalui inovasi program yang semakin berkembang dan mengacu pada karakteristik sumber tekanan inflasi di masing-masing daerah. ”Pengelolaan kelancaran distribusi ditempuh dengan memprioritaskan pengangkutan dan atau bongkar muat untuk bahan makanan dan energi.
Selain itu, menyiapkan jalur distribusi alternatif, terutama bagi daerah yang sering mengalami hambatan,” kata Edi dalam diskusi bersama media di Jakarta, kemarin. Kasubdit Sarana dan Prasarana Perekonomian Daerah Ditjen Bina Bangda Kemendagri Harul Fauzi menambahkan, berbagai daerah akan berupaya keras agar stabilitas harga bisa tercapai, terjangkau dan terjamin pasokannya.
Salah satu caranya, jelas dia, adalah dengan cara percepatan distribusi raskin. Kemudian, pihaknya juga memprioritaskan transportasi bahan pangan, serta melakukan sidak pemantauan harga secara berkala di seluruh pasar dan gudang distributor.
Selain Sumatera, kata Harul, TPID juga mengawal inflasi di Jawa yakni dengan melaksanakan operasi pasar, pelaksanaan pasar murah, pemantauan langsung ke pasar, penyiapan jalur alternatif, serta memantau bahan bakar minyak (BBM). Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs menambahkan, pihaknya akan terus mencermati berbagai risiko yang memengaruhi inflasi,
terutama perkembangan harga minyak dunia, nilai tukar, penyesuaian administered prices , dan dampak El Nino. Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan Juni, BI memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% masih dapat dicapai.
Kunthi fahmar sandy
Melalui upaya tersebut, keterjangkauan harga barang-barang bagi masyarakat dapat dipastikan. Asisten Deputi Moneter Neraca Pembayaran dan Perluasan Kesempatan Kerja Kemenko Perekonomian Edi Prambudi mengatakan, pengelolaan ekspektasi inflasi terutama dilakukan melalui peningkatan intensitas komunikasi kepada masyarakat, khususnya mengenai ketersediaan barang di daerah.
Sementara, pengelolaan ketersediaan barang dilakukan melalui inovasi program yang semakin berkembang dan mengacu pada karakteristik sumber tekanan inflasi di masing-masing daerah. ”Pengelolaan kelancaran distribusi ditempuh dengan memprioritaskan pengangkutan dan atau bongkar muat untuk bahan makanan dan energi.
Selain itu, menyiapkan jalur distribusi alternatif, terutama bagi daerah yang sering mengalami hambatan,” kata Edi dalam diskusi bersama media di Jakarta, kemarin. Kasubdit Sarana dan Prasarana Perekonomian Daerah Ditjen Bina Bangda Kemendagri Harul Fauzi menambahkan, berbagai daerah akan berupaya keras agar stabilitas harga bisa tercapai, terjangkau dan terjamin pasokannya.
Salah satu caranya, jelas dia, adalah dengan cara percepatan distribusi raskin. Kemudian, pihaknya juga memprioritaskan transportasi bahan pangan, serta melakukan sidak pemantauan harga secara berkala di seluruh pasar dan gudang distributor.
Selain Sumatera, kata Harul, TPID juga mengawal inflasi di Jawa yakni dengan melaksanakan operasi pasar, pelaksanaan pasar murah, pemantauan langsung ke pasar, penyiapan jalur alternatif, serta memantau bahan bakar minyak (BBM). Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs menambahkan, pihaknya akan terus mencermati berbagai risiko yang memengaruhi inflasi,
terutama perkembangan harga minyak dunia, nilai tukar, penyesuaian administered prices , dan dampak El Nino. Berdasarkan perkembangan inflasi sampai dengan Juni, BI memandang bahwa target inflasi 2015 sebesar 4±1% masih dapat dicapai.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)