Bank Dunia Cemas Ekonomi RI Kembali Melambat
A
A
A
JAKARTA - World Bank atau Bank Dunia cemas terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II, lantaran penyerapan anggaran modal pemerintah hingga saat ini terbilang belum memuaskan.
Terutama, dari segi sisi belanja yang penyerapannya belum cukup signifikan untuk kementerian dan lembaga. "Dalam sisi belanja ini adalah gambar penyerapan anggaran yang cukup mencengangkan. Anggaran modal ternyata tidak dapat dilaksanakan dengan baik," ungkap Ketua Ekonom World Bank untuk Indonesia Ndiame Diop di Jakarta, Rabu (8/7/2015).
Padahal, lanjut dia, saat ini sudah hampir setengah tahun berjalan di tahun ini. Sehingga, pihaknya khawatir belanja modal menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, penyerapan belanja modal pemerintah masih di bawah 50%. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat khususnya kuartal I/2015 sebesar 4,7%. Bahkan World Bank memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2015 akan sama dengan kuartal I.
Meski demikian, dia merasa optimistis terhadap potensi pertumbuhan Indonesia dikarenakan beberapa kebijakan harus diterapkan. Kebijakan tersebut di antaranya, dihapusnya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), serta kebijakan mengenai pajak pertambahan nilai (PPN).
"Mengenai reformasi fiskal ada sisi pendapatan yang kami lihat banyak kebijakan diadopsi contohnya mengenai pajak pertambahan nilai dan dihapuskannya PPnBM. Ini hal positif. Meyakinkan masyarakat ini sudah ada," tutup Ndiame.
Terutama, dari segi sisi belanja yang penyerapannya belum cukup signifikan untuk kementerian dan lembaga. "Dalam sisi belanja ini adalah gambar penyerapan anggaran yang cukup mencengangkan. Anggaran modal ternyata tidak dapat dilaksanakan dengan baik," ungkap Ketua Ekonom World Bank untuk Indonesia Ndiame Diop di Jakarta, Rabu (8/7/2015).
Padahal, lanjut dia, saat ini sudah hampir setengah tahun berjalan di tahun ini. Sehingga, pihaknya khawatir belanja modal menjadi faktor utama penghambat pertumbuhan ekonomi.
Saat ini, penyerapan belanja modal pemerintah masih di bawah 50%. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat khususnya kuartal I/2015 sebesar 4,7%. Bahkan World Bank memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II/2015 akan sama dengan kuartal I.
Meski demikian, dia merasa optimistis terhadap potensi pertumbuhan Indonesia dikarenakan beberapa kebijakan harus diterapkan. Kebijakan tersebut di antaranya, dihapusnya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), serta kebijakan mengenai pajak pertambahan nilai (PPN).
"Mengenai reformasi fiskal ada sisi pendapatan yang kami lihat banyak kebijakan diadopsi contohnya mengenai pajak pertambahan nilai dan dihapuskannya PPnBM. Ini hal positif. Meyakinkan masyarakat ini sudah ada," tutup Ndiame.
(izz)