Ekonomi Terbesar Eropa Mandek, Berpotensi Jatuh dalam Resesi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonomi Jerman yang telah menyusut selama dua tahun terakhir berpotensi terus mandek selama sisa tahun ini karena terus bergulat dengan kelesuan ekonomi. Menurut survei yang dilakukan Bloomberg, ekonomi terbesar Uni Eropa (UE) itu bahkan telah mandek dalam tiga bulan hingga September.
Hal itu menandai penurunan yang lebih dalam dari yang perkiraan. Para ekonom telah mulai menurunkan perkiraan mereka untuk tahun ini, dengan beberapa sekarang melihat stagnasi yang berlarut-larut atau bahkan penurunan lagi.
"Meskipun kami memperkirakan pasar akan melihat pemulihan ringan pada akhir tahun 2024 dan tahun 2025, sebagian besar akan bersifat siklus, dengan risiko penurunan tetap akut," ungkap Analis di FrontierView Martin Belchev kepada Bloomberg.
Dia memperingatkan bahwa sektor otomotif yang terpuruk akan semakin memperburuk tekanan ke bawah pada pertumbuhan karena empat produsen mobil Jerman teratas telah mengalami penurunan dua digit.
Sementara, bank sentral Jerman menyatakan pada hari Kamis (19/9) dalam laporan bulanannya bahwa ekonomi negara itu mungkin sudah dalam resesi. Menurut Bundesbank, produk domestik bruto (PDB) bisa mandek atau sedikit menurun lagi pada kuartal ketiga, setelah kontraksi 0,1% pada kuartal kedua.
Presiden Budensbank Joachim Nagel mengatakan, sentimen ekonomi di negara itu telah menderita karena aktivitas industri yang lemah. "Stagnasi mungkin lebih atau kurang mungkin terjadi untuk tahun penuh 2024 juga jika perkiraan terbaru oleh lembaga penelitian ekonomi menjadi acuan," katanya.
Industri Jerman pun tengah berjuang di tengah melemahnya permintaan di pasar ekspor utama, kekurangan pekerja terampil, kebijakan moneter yang lebih ketat, dampak berkepanjangan dari krisis energi, dan meningkatnya persaingan dari China.
Ekonomi terbesar di Zona Euro ini telah tertinggal dari negara-negara lain selama beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh kemerosotan manufaktur yang berkepanjangan. Jerman adalah satu-satunya ekonomi Kelompok Tujuh yang mengalami kontraksi pada tahun 2023.
Hal itu menandai penurunan yang lebih dalam dari yang perkiraan. Para ekonom telah mulai menurunkan perkiraan mereka untuk tahun ini, dengan beberapa sekarang melihat stagnasi yang berlarut-larut atau bahkan penurunan lagi.
"Meskipun kami memperkirakan pasar akan melihat pemulihan ringan pada akhir tahun 2024 dan tahun 2025, sebagian besar akan bersifat siklus, dengan risiko penurunan tetap akut," ungkap Analis di FrontierView Martin Belchev kepada Bloomberg.
Dia memperingatkan bahwa sektor otomotif yang terpuruk akan semakin memperburuk tekanan ke bawah pada pertumbuhan karena empat produsen mobil Jerman teratas telah mengalami penurunan dua digit.
Sementara, bank sentral Jerman menyatakan pada hari Kamis (19/9) dalam laporan bulanannya bahwa ekonomi negara itu mungkin sudah dalam resesi. Menurut Bundesbank, produk domestik bruto (PDB) bisa mandek atau sedikit menurun lagi pada kuartal ketiga, setelah kontraksi 0,1% pada kuartal kedua.
Presiden Budensbank Joachim Nagel mengatakan, sentimen ekonomi di negara itu telah menderita karena aktivitas industri yang lemah. "Stagnasi mungkin lebih atau kurang mungkin terjadi untuk tahun penuh 2024 juga jika perkiraan terbaru oleh lembaga penelitian ekonomi menjadi acuan," katanya.
Industri Jerman pun tengah berjuang di tengah melemahnya permintaan di pasar ekspor utama, kekurangan pekerja terampil, kebijakan moneter yang lebih ketat, dampak berkepanjangan dari krisis energi, dan meningkatnya persaingan dari China.
Ekonomi terbesar di Zona Euro ini telah tertinggal dari negara-negara lain selama beberapa tahun terakhir, sebagian besar disebabkan oleh kemerosotan manufaktur yang berkepanjangan. Jerman adalah satu-satunya ekonomi Kelompok Tujuh yang mengalami kontraksi pada tahun 2023.
(fjo)